Kantor tuan muda Reynold terlihat begitu ramai, ada beberapa orang berdiri di pojok ruang tunggu dan beberapa diantaranya bergerombol di beberapa sudut.
"Sekretaris Pete!" teriak seorang kariawan wanita yang melihat sekretaris Pete berjalan cepat menuju ke arah ruangannya.
"Iya Maria, ada apa?" tanya sekretaris Pete pada wanita muda yang merupakan seorang resepsionis yang bekerja di gedung E, tempat di mana tuan muda Reynold berkantor.
"To-tolong saya, beberapa gadis di luar ingin bertemu dengan tuan muda, saya tidak mengizinkanya karena mereka belum membuat janji." Mendengar itu, sekretaris Pete terlihat mengerutkan dahi.
"Baiklah, coba aku lihat mereka dulu." ucap sekretaris Pete, lalu dia berjalan menuju ke arah ruang tunggu yang terlihat ramai itu.
"Ibu, bapak, apa yang sedang kalian lakukan di sini," tannya sekteraris Pete pada beberapa orang yang ada di ruang tunggu itu.
"Nah itu dia."
"Iya itu sekretaris Pete."
"Benar, ayo segera temui dia."
Itu diantaranya yang beberapa dari mereka ucapkan ketika melihat sekretaris Pete.
"Sekretaris Pete, saya ke sini bersama cucu saya Maria, dia adalah gadis perawan, saya ingin mengenalkannya kepada tuan muda," ucap seorang nenek yang sudah cukup tua namun terlihat kuat itu.
"Nenek, dari mana kau mendapat informasi itu?" tanya sekretaris Pete penasaran.
"Saya tau dari ibunya Anna, dia menyampaikan jika tuan muda dari Hamzah Grup sedang mencari gadis perawan seutuhnya untuk dijadikan istri," ucapnya menjelaskan.
Jadi, mereka semua yang berkumpul di kantor tuan muda Reynold adalah beberapa orang yang mendapat informas dari keluarga Anna, informasi mengenai pencarian perawan seutuhnya yang dilakukan oleh tuan muda Reynald, layaknya sebuah sayembara.
Anna adalah gadis pertama yang dibawa sekretaris Pete dua hari yang lalu.
Begitu cepat berita itu berkembang, hingga menjadikan semua orang ramai membicarakannya.
Tentu semua orang ingin menjadi bagian dari Hamzah Group, apalagi menjadi menantu untuk pewaris tunggalnya.
Dengan sedikit gugup, sekretaris Pete segera melangkah pergi, dia ingin menemui tuan muda Reynold dan memberitahunya mengenai hal ini.
***
"Tu-tuan muda, di luar sudah ada beberapa gadis yang ingin menemuimu, mereka semua adalah gadis prawan yang mungkin salah satunya adalah yang kau cari," ucap sekretaris Pete setelah berada di dalam ruangan tuan muda Reynold atau biasa disebut CEO muda Hamzah Grup.
Seperti biasa Reynold yang merupakan CEO ternama tengah sibuk dengan pekerjaanya, duduk di depan laptop yang sedari tadi membantunya bekerja. Wajahnya serius, sepertinya pekerjaanya begitu banyak.
Reynold menghela nafas panjang, dia benar benar kesal dengan apa yang baru didengarnya.
"Sekretaris Pete! kau pikir apa aku ini, ini bukan sayembara. Jika mereka ingin menemuiku kau harus mengundangnya, bukan mereka yang datang," ucap Reynold kesal.
Sekretaris Pete hanya terdiam, dia juga mulai kesal karna harus berada pada situasi yang membingungkan ini.
"Ba-baik tuan muda," ucap sekretaris Pete dan setelahnya dia berlalu pergi.
"Maria, data saja mereka semua, beritahu kepada mereka jika ini bukan sayembara, mereka harus menerima undangan sebelum bisa datang ke sini," ucap pengacara Pete pada Maria.
"Ta-tapi sekretaris Pete, saya tidak berani, mereka memaksa masuk," ucap Maria yang sedari tadi diberondong banyak pertanyaan karna telah membuat mereka menunggu.
"Ah ya sudah, biar aku yang menemui mereka," ucap sekretaris Pete sedikit kesal.
Sekretaris Pete berjalan ke arah ruang tunggu, dia yakin beberapa orang di sana masih menunggunya.
Betapa kagetnya dia ketika mendapati jumlah orang yang semakin banyak. Dia tidak menyangka jika antusias masyarakat akan begitu dahsyat, mungkin ada sekitar 50 orang lebih, itu baru dari satu tempat informasi, belum lagi setelah ini, mungkin seluruh perawan di kota Jakarta akan mendatanginya, untuk sekedar bisa bertemu dengan tuan muda Reynold.
"Baiklah, sebaiknya begini, kalian tulis saja nama kalian, aku akan segera menghubungi." ucap sekretaris Pete kepasa semua orang yang sudah menunggu.
"Sekretaris Pete, kami sudah menunggu sejak pagi, bisa kah kami bertemu tuan muda, dia harus melihat perawan kami," ucap seorang Nenek yang berusia sekitar tujuh puluh tahun namun masih terlihat segar dan cantik.
"Maaf nenek, itu sudah menjadi keputusan tuan muda, kalian harus mendapat undangan sebelum bisa menemuinya. Mengertilah, atau jika tidak kalian tidak akan pernah bertemu dengan tuan muda Reynold," ucap sekretaris Pete yang mulai lelah dan sedikit kesal.
"Tapi sekretaris Pete, kau juga harus memahami, kami datang dari jauh. Lihatlah perawanku sebentar," ucap nenek itu sambil mendorong seorang gadis yang dia akui sebagai cucunya.
Sekretaris Pete tersentak kaget, nampak memelototkan mata ke arah gadis itu.
Tentu dia masih perawan, usianya saja baru sekitar dua belas tahun.
"Sebaiknya begini, yang bisa menemui tuan muda Reynold adalah gadis yang sudah dewasa, minimal dua puluh tahun, tolong jangan bawa anak anak kemari, kami bisa bermasalah dengan itu," ucap sekretaris Pete yang mulai tidak habis pikir.
"Baiklah sekretaris Pete, kami akan menyerahkan nomor telephon kami dan data pribadi anak perempuan kami. Jangan lupa untuk menghubungi kami," ucap seorang pria separuh baya yang sepertinya juga bersama anak gadisnya.
Sekretaris Pete mulai menghela nafas panjang, benar benar gila. Ini harus segera berakhir, jika tidak dia akan sering sakit kepala karna hal ini.
Masih di hari hari pencarian.Sekretaris Pete berusaha sekuat tenaga untuk menemukan gadis itu, dia berusaha mengumpulkan informasi sebanyak mungkin mengenai gadis istimewa yang mungkin saja ada di sudut negeri. Dia tidak ingin salah memilih, memberikan undangan pada gadis yang tidak tepat, yang berakibat akan ada amarah dan gertakan dari tuan muda yang begitu dia jaga.Di dalam kantornya, Reynold terlihat begitu sibuk dengan pekerjaannya, beberapa kali dia melirik ke arah jam tangan mahal yang melingkar di tangan kirinya. Siang ini dia ada janji dengan sekretaris Pete, ada tiga gadis yang harus ditemuinya. Reynold sejatinya adalah sang casanova,
PencarianSetelah Natasya keluar dari kantor tuan muda Reynold, sekretaris Pete sudah bisa menebak apa yang telah terjadi, bagaimana situasi di dalam, sama seperti halnya kemarin, tidak ada yang bisa diperjuangkan. Sekretaris Pete berusaha mempersiapkan gadis kedua. Mungkin saja akan lebih beruntung. Dia adalah Diana, anak seorang pemilik perkebunan di pinggiran kota Jakarta. Penampilannya cukup menarik, itu menurut sekretaris Pete. Kulit putih bersih bak keramik bening yang menyilaukan mata, rambut sebahu yang terurai bergelombang. Wajah oval dengan mata bulat yang berhias bulu mata lentik, hidung mancung dan bibir merah, cukup seksi dan menggairahkan bagi siapa saja yang melihat. Usianya masih sekitar dua puluh tahun, jiwa muda yang bergairah penuh semangat yang membara, kekuat
Matahari Sore"Bagaimana sekretaris Pete, sudah ada perkembangan?" tanya kakek Hamzah kepada sekretaris Pete yang berdiri di belakangnya."Maaf tuan, saya belum menemukan gadis itu," ucap sekretaris Pete seraya menunduk.Seperti biasa setiap sore, kakek Hamzah berdiri di jendela kaca yang berhadapan langsung dengan taman indah, taman indah peninggalan menantunya yang begitu dia sayangi, mennggu matahari terbenam yang nampak menyejukkan hati. Dia berdiri, dengan tangan di belakang, berusaha menegakkan tubuhnya yang mulai rapuh karena tua. "Berusahalah sekretaris Pete, bantu aku sebisa mungkin," ucap Tuan Hamzah tanpa membalikkan tubuh."Saya akan berusaha sebisa mungkin tuan
Takdir Reynold terlihat sibuk di kantornya, pekerjaan seolah tak ada habisnya, begitu banyak hal yang harus dia kerjakan. Beberapa kali sekretaris Pete membantu Reynold menyiapkan beberapa berkas yang harus dia tanda tangani. Mereka berdua sama sibuknya, tidak ada waktu sedikitpun untuk sekedar menenggak secangkir kopi yang sudah tersaji di meja, masih utuh dan sudah menjadi dingin. "Tuan muda, hari ini ada meeting dengan pak William di Hotel Graha jam 11 siang, lalu saya ingatkan lagi nanti sore ada peringatan meninggalnya nyonya Elle dan tuan Alex," sekretaris Pete mengingatkan beberapa jadwal yang hari ini harus dikerjakan oleh Reynold. "Iya, aku sudah ta
Si cantik"Aldo, jemput saya sekarang," Reynold terlihat berbicara dengan seseorang di telephone, dia adalah Aldo supir pribadinya yang sedang tidak di tempat karena mengantar Monalisa."Baik tuan," jawab Alno singkat.Beberapa menit setelahnya Mobil mewah berwarna biru tua itu telah sampai di depan lobby hotel. Melihat mobilnya sudah siap, Reynold segera melangkahkan kaki menuju ke arah mobil dan bergegas memasukinya. Aldo terlihat mendongakkan kepala, memandang ke kiri dan ke kanan seolah mencari sesuatu."Apa yang kau cari Aldo?" tanya Reynold setelah melihat prilaku aneh Aldo."Sekretaris Pete tuan muda,"
Perbincangan serius "Kakek, aku sudah mengambil bunganya," ucap Reynold ketika memasuki rumah dan bertemu dengan kakeknya. Reynold terlihat meraih tangan kakeknya itu dan menciumnya lembut. "Bisakah aku meminjam seratus lima puluh ribu? Aku naik taxi dan aku tidak memiliki uang cash," lanjut Reynold. "Minta bik Inah untuk membayar tagihan Taximu," perintah kakek Hamzah. "Baiklah kek," ucap Reynold singkat lalu dia berlalu untuk mencari bik Inah. Reynold me
Masih ada rasa"Aldo! Aldo!" teriak Reynold memanggil supir kepercayaannya tersebut."Iya tuan muda," jawab Aldo sambil berlari tergopoh gopoh menghampiri tuan mudanya tersebut."Masuk ke ruangan saya," ucap Reynold sambil berjalan menuju ke arah ruang kerjanya.Di dalam ruang kerja Reynold yang nyaman dengan nuansa putih dan abu abu, Reynold duduk di kursi kerja empuk dengan busa tebal, dia duduk sambil memainkan kursi yang bisa berputar dan bergerak lincah, dia menggerakkan kursinya ke kiri dan kekanan, dia terlihat melihat ke arah Aldo yang sudah berdiri di hadapannya."Aldo, di mana kau antar Monalisa pulang?" tanya Reynold."Maaf tuan muda, no
Salah mengenali"Bibi Rose, hari ini aku tidak bisa bekerja sampai sore, aku akan ke rumah paman Pete untuk menjenguknya," ucap Devanka pada bibi Rose. "Baiklah Devanka, kau harus mengurusnya, dia sendirian," ucap bibi Rose yang sudah sangat mengenal sekretaris Pete. Sejarahnya, dulu sekretaris Pete pernah menjalin hubungan dekat dengan keponakan bibi Rose, mereka hampir menikah, namun Tuhan berkata lain, calon istri sekretaris Pete yang bernama Vivi mengalami kecelakaan dan akhirnya meninggal dunia. Sekretaris Pete sangat terpukul dengan kejadian itu dan itu juga yang membuatnya enggan untuk jatuh cinta lagi atau bahkan untuk menikah, padahal usianya tidak muda lagi. "Bawakan ini untuk sekretaris Pete, dia