Share

Gadis Perawan Untuk CEO
Gadis Perawan Untuk CEO
Penulis: Nietha_setiaji

Prolog

Devanka berjalan dengan santai, menerobos gelapnya malam yang diiringi semilir angin. Sesekali bulu kuduknya berdiri, antara takut atau hanya sekedar karena hembusan angin malam.

Biasanya dia tidak pernah pulang selarut ini, hari ini adalah hari yang cukup sial untuknya, karena dia harus lembur tanpa pemberitahuan sebelumnya.

Biasanya ketika dia lembur, ada sang ayah yang dengan setia menjemputnya, walau hanya dengan berjalan kaki.

Kali ini dia tidak bisa menghubungi ayahnya, ponselnya kehabisan daya dan dia harus lembur di gudang penyimpanan yang letaknya 100 meter dari supermarket tempatnya bekerja.

Devanka bekerja di sebuah supermarket ternama di Jakarta, sebuah kota besar yang sangat megah namun kejahatan juga cukup meraja lela.

Langkah Devanka mulai pelan, dia merasa ada seseorang yang tengah membuntutinya. Rasa takut menyerang perlahan dan dia bersiap untuk segera lari. Namun keinginannya hanyalah hayalan semu, tiba tiba tubuh mungilnya disergap oleh seseorang bertubuh besar dan sangat tinggi.

Mulut Devanka dibekap sangat kuat oleh seseorang yang memiliki tangan besar dan kasar.

Devanka terus berontak, namun apa daya kekuatannya hanya sebatas kecil, seseorang yang menyergap tubuhnya jauh lebih besar dan kekuatannya luar biasa.

Tubuh Devanka tersungkur ke tanah lalu di seret oleh seseorang yang ternyata adalah seorang pria. Tubuhnya tinggi besar, sangat menyeramkan dan membuat Devanka ketakutan.

Situasi yang sangat menakutkan. Devanka hanya bisa terus berteriak sekuat tenaga, walau dia tau semua hanyalah percuma.

Tangan Devanka ditarik dengan begitu kasar, tubuhnya berguling guling, tidak mampu untuk berdiri. Pria itu terus menarik tubuhnya, masuk ke area semak semak.

Malam yang sepi seolah menenggelamkan teriakan minta tolong Devanka. Tidak ada satu orangpun yang mendengar, Devanka hanya sendiri, semakin jauh dari jalan raya yang tadi dia lewati.

Sayup sayup Devanka mendengar pria itu berbicara "kau akan menjadi milikku malam ini, aku akan membuat tubuhmu menggelinjang dan akan aku nikmati senti demi senti kulitmu yang mulus itu."

Mendengar itu Devanka semakin ketakutan, teriaknya semakin kencang namun semua masih percuma.

Dia berusaha melihat dengan jelas ke arah pria itu, pria dengan tubuh besar, penuh dengan otot yang terbentuk sempurna.

Wajahnya sedikit seram, dengan kumis tebal yang menghiasi wajahnya. Usianya kisaran 50 tahun, dan Devanka mula ingat dengan wajah itu.

Itu adalah Tuan Santoso, tetangga sebelah rumah yang sering menatapnya dengan senyum ramah lewat jendela lantai atas rumahnya yang langsung berhadapan dengan kamar Devanka.

Iya, Devanka yakin, itu adalah tetangganya yang dia pikir baik dan santun karena sering menyapanya dengan lembut.

"Tu-tuan Santoso, tolong lepaskan aku, aku tidak akan melaporkan semua kejadian ini," ucap Devanka mengiba dengan suara yang terdengar parau karena menahan sakit akibat tubuh yang ditarik paksa.

Tuan Santoso melempar tubuh Devanka di pojokan sebuah gudang kosong.

Gelapnya malam, hanya disinari lampu bohlam kecil yang tergamtung di ujung gedung, semakin membuat suasana terasa mecekam, ketakutan begitu terasa dan keputus asaan hendak segera mendekat.

"Tu-tuan tolong, jangan lakukan ini kepadaku," ucap Devanka lirih sambil terus melelehkan air mata penuh ketakutan.

"Aku sudah lama menunggu saat ini! tidak mungkin aku akan menyia nyiakannya, aku sudah mengintaimu sejak lama," ucap Tuan Santoso dengan pandangan yang cukup menakutkan.

Tuan Santoso menarik jaket tebal Devanka dengan paksa dan kasar.

Sekali hentak langsung terlepas, membuat Devanka kedinginan dan nyaris beku.

Devanka bisa mencium aroma aneh keluar dari mulut pria paruh baya itu. Sepertinya pria itu sedang mabuk. Menemukan fakta itu, tubuh Devanka mulai lemas, seberapa besar usahanya untuk lepas dari pria itu sepertinya akan percuma.

Alkohol membuat pria itu semakin arogan dan lebih berani, tidak ada lagi belas kasian atau sekedar memberi iba pada gadis muda yang sebenarnya sudah dikenalnya itu.

Pria itu melihat Devanka dengan pandangan penuh nafsu, matanya berbinar merah dan seolah seperti harimau yang siap memangsa targetnya.

"To-tolong tuan, jangan lakukan ini," pinta Devanka memelas.

"Aku akan menikmati setiap senti tubuhmu, aku akan membuatmu merasakan kenikmatan yang tidak pernah kau rasakan, kau akan sangat ketagihan seperti candu dan setelah ini kau akan meminta dengan senang hati kepadaku," ucap tuan Santoso diiringi dengan tawa keras seolah senang karena akan mendapatkan apa yang diimpikannya.

"Aku tidak pernah merasakan darah perawan seumur hidupku dan aku akan mendapatkannya hari ini," ucapnya berambisi.

Devanka adalah anak gadis dari keluarga Lumawi, anak satu satunya pak tua Lu yang berasal dari suku Jawa dan bertinggal di Jakarta. Keluarga yang terkenal selalu menjaga kehormatan atau bisa dibilang keperawanan anak anaknya.

Bagi mereka, menjaga keperawanan anak gadisnya di tengah perkembangan jaman yang mulai gila ini adalah sebuah keharusan apalagi sudah merupakan tradisi turun temurun, karena mereka meyakini bahka ketika seseorang melakukan perbuatan keji di luar pernikahan, maka akan ada karma tuju turunan yang akan menimpa keluarganya. Kepercayaan itu masih mereka pegang teguh hingga saat ini.

Mereka akan berjuang mati matian untuk menjaga keperawanan anak gadis yang lahir di keluarga mereka. Menjaga mereka sekuat tenaga hingga dipinang oleh pria terbaik.

Ada sebuah aturan penting di keluarga Lumawi, semua anak perempuan harus menjaga keperawanananya, dari ujung rambut hingga ujung kaki. Bukan hanya keperawanan alat kelaminnya dalam artian selaput dara yang masih tersegel utuh, namun juga seluruh tubuhnya.

Perempuan dari keluarga Lumawi yang belum menikah dipastikan adalah perawan seutuhnya, dan bisa menikah dengan perawan seutuhnya adalah sebuah keagungan tertinggi bagi setiap pria.

Tuan Santoso memandang ke arah Devanka yang terlihat ketakutan itu. Menatapnya tajam, menusuk hingga membuat bibir Devanka bergetar karena takut dan juga kedinginan.

Tuan Santoso menatap ke arah bibir itu, bibir tipis berwarna merah muda itu adalah bibir perawan yang tidak pernah dikecup oleh pria manapun, betapa beruntungnya dia hari ini, akan bisa mencium bibir itu dengan sepuasnya.

Dia sudah membayangkan betapa brutalnya hal yang akan dia lakukan terhadap gadis perawan itu.

Devanka yang tengah dipeluk ketakutan mulai menangis sejadi jadinya, dia tidak bisa membayangkan apa yang akan menimpanya, haruskah dia menjadi musibah bagi keluarganya karena tidak mampu menjaga keperawanannya.

Dia benar benar ketakutan, tubuhnya mulai lemas tak berdaya, dia mulai menangis dan berteriak sejadi jadinya.

"Bunuh aku!" terial Devanka.

"Le-lebih baik kau membunuhku daripada kau perlakukan aku seperti ini Tuan Santoso," teriak Devanka yang diiringi dengan tangis memilukan.

"Yang akan aku berikan adalah kenikmatan Devanka, kenapa kau malah memilih kematian," ucapnya lirih namun terdengar menakutkan.

"To-tolong tuan, tolong jangan lakukan ini," teriak Devanka ketika tangan pria itu mulai mengarah ke tubuhnya dan hendak menyergapnya.

Devanka berteriak sejadi jadinya, teriakan ketakutan yang penuh dengan kenestapaan. Matanya tertutup, mulai terlintas bayangan masa depan, betapa hancurnya hidupnya setelah ini. Dia akan menjadi orang terasing yang penuh kehinaan, sendiri dalam kenestapaan, tidak lagi ada masa depan, apalagi keluarga yang mungkin akan mengambabnya pembawa karma buruk.

Tiba tiba Devanka mendengar sesuatu yang sangat keras, benturan benda tumpul yang diiringi dengan teriakan keras kesakitan.

Devanka memberanikan diri membuka mata, dia mendapati ayahnya memukuli tuan Santoso dengan membabi buta.

"Rasakan ini! beraninya kau melakukan hal gila pada putriku," teriak Ayah Devanka kesal sembari terus menghujani tuan Santoso dengan pukulan keras menggunakan balok kayu panjang.

Melihat ayahnya, Devanka segera berlari dan memeluk pria paruh baya itu dengan pelukan erat penuh kelegaan. Seperti guyuran air surga, membasahi api abadi yang siap melenyapkan seisi bumi.

"Ayah," ucap Devanka yang mulai menangis sejadi jadinya di pelukan ayahnya itu.

Ayah Devanka bernama pak Sabto Lumawi, keturunan Jawa dari keluarga Lumawi. Dia akan berusaha mati matian untuk menjaga anak gadisnya, bahkan dia rela bertaruh nyawa demi menjaga kehormatan anaknya.

"Aku sudah mencarimu ke mana mana, jangan pulang selarut ini lagi, ayah tidak ingin kau mengalami hal seperti ini lagi."

"Ayah menjemputmu di supermarket, tapi manager Zack mengatakan kau ada lembur di gedung penyimpanan, ayah sudah mencarimu di sana, tapi katanya kau sudah pulang. Kau tau betapa khawatirnya ayahmu ini," ucap Ayah Devanka sambil terus memeluk putri kesangaannya itu.

"Ayah," ucap Devanka lirih sambil terus menangis di sisi ayahnya.

Sungguh beruntung Devanka, musibah besar tidak jadi meremukkan masa depannya. Dia tidak harus menjadi pembawa karma buruk untuk keluarganya

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Bunda Saputri
yaa kasihan sekali
goodnovel comment avatar
Deo Pablo
oke, pembukaan yang cukup menegangkan dan bikin penasaran
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status