Share

6. Stolen Kiss

Keynan menggosok rambutnya yang sedikit basah dengan handuk kecil saat keluar dari kamar mandi. Tubuhnya terasa jauh lebih segar setelah mandi. Kening Keynan berkerut dalam karena mencium aroma lezat yang berasal dari dapur.

Apa Dara sedang memasak?

"Kamu sudah mandi, Key?"

"Iya," jawab Keynan sambil mendudukkan diri di meja makan lantas memperhatikan Dara yang sedang sibuk mengaduk-aduk sesuatu di penggorengan.

"Perutku tiba-tiba lapar, untung saja masih ada spageti sisa tadi pagi. Sepertinya spageti ini cukup untuk kita makan berdua." Dara mematikan kompor lantas membagi spageti tersebut menjadi dua bagian.

"Ini buat kamu, selamat makan."

Keynan hanya diam menatap sepiring spageti yang tersaji di hadapannya. Spageti buatan Dara terlihat sangat lezat dan menggiurkan.

"Kenapa nggak dimakan? Nggak suka, ya?" Dara akhirnya bertanya karena Keynan sejak tadi hanya menatap makanannya.

"Aku nggak pernah makan malam."

Dara meringis mendengar ucapan Keynan barusan. Keynan pasti menghindari makan malam agar tubuhnya tetap terlihat bagus.

"Em, maaf, ya? Kalau begitu jangan dimakan!" Dara merasa sangat menyesal sudah menawari Keyanan makan malam. Dia pun menggeser sepiring spageti tersebut dari hadapan Keynan. 

"Aku akan memakannya." Keynan meraih kembali piringnya lantas memakan spageti buatan Dara.

"Enak," komentarnya karena spageti buatan Dara rasanya sangat enak, mirip sekali dengan buatan sang ibu.

Dara tersenyum senang mendengarnya. "Terima kasih, Key. Jangan lupa dihabiskan, ya?"

Keynan mengangguk sekilas untuk menjawab pertanyaan Dara.

Dara dan Keynan makan dalam diam karena tidak tahu harus bicara apa. Di luar hujan turun semakin deras, sepertinya tidak ada tanda-tanda akan reda. Dara pun meminta Keynan untuk menginap di apartemennya karena malam ini Tama tidak pulang. Lagi pula di apartemennya masih ada kamar kosong.

"Kamu nggak takut tidur satu rumah denganku?"

Kening Dara berkerut dalam mendengar pertanyaan Keynan barusan. "Kenapa aku harus takut?"

Keynan menatap Dara dengan lekat. "Bagaimana kalau aku berbuat macam-macam?"

Dara malah terkekeh. "Kamu tidak mungkin berbuat macam-macam karena aku yakin sekali kalau kamu itu cowok baik, Key. Ini kamarmu, selamat malam."

Keynan pun masuk ke kamar yang Dara siapkan utuknya. Kamar tersebut hanya berisi sebuah tempat tidur, lemari, dan, televisi 21'. Warna cat dindingnya sama seperti ruang tamu. Perpaduan pink muda dan ungu. Sebuah tananam hijau terletak di sudut ruangan membuat kamar ini terlihat lebih segar.

Keynan pun membaringkan diri di atas tempat tidur setelah puas mengamati kamar Dara kemudian mengirim pesan pada sang ayah kalau malam ini dia tidak bisa pulang karena terjebak hujan.

***

Dara terus berbalik mencari posisi tidur yang nyaman. Entah kenapa kedua matanya sulit sekali untuk dipejamkan padahal sekarang sudah hampir tengah malam. Di luar hujan turun sangat deras, bersahutan dengan suara petir yang menggelegar. Dara takut mendengarnya, apa lagi malam ini dia tidur sendirian.

Dara pun meraih ponselnya yang tergeletak di meja kecil samping tempat tidur karena ingin menelepon Tama untuk mengusir ketakutannya. Namun, Tama tidak kunjung menjawab teleponnya. Kekasihnya itu pasti sudah tidur karena sekarang sudah hampir tengah malam.

Dara menghela napas panjang lantas meletakkan kembali ponselnya ke atas meja. Gadis itu tiba-tiba berteriak dengan sangat keras karena listrik di apartemennya tiba-tiba padam, kamarnya pun seketika berubah gelap.

"Tuhan, aku takut." Tubuh Dara gemetar hebat, kristal bening itu jatuh begitu saja membasahi pipinya karena dia takut dengan gelap.

"Dara!" Keynan yang mendengar Dara berteriak ketakutan bergegas menghampiri gadis itu.

"Key, aku takut." Dara refleks melemparkan diri ke dalam dekapan Keynan. Tubuh gadis itu gemetar hebat, jantungnya pun berdetak lebih cepat sementara air mata turun deras membasahi pipinya karena ketakutan.

"Tenanglah, Ra." Keynan memberanikan diri mengusap punggung Dara dengan lembut. Semoga cara itu bisa membuat perasaan Dara menjadi lebih tenang.

"A-aku, takut ...." Dara tanpa sadar mencengkeram kaos Keynan dengan erat hingga meninggalkan kerutan di sana.

"Sshh ... tenanglah. Semua pasti baik-baik saja." Keynan terus mengusap punggung Dara yang gemetar.

Dara bisa mendengar jantung Keynan yang berdegup kencang seirama dengan detak jantungnya.

Apa Keynan juga takut gelap?

Keynan berusaha menormalkan kembali detak jantungnya agar tidak terdengar oleh Dara. Dia merasa sangat gugup karena dekat dengan perempuan lain selain ibunya.

Tubuh Keynan menegang karena Dara tiba-tiba meraih tangannya lantas menautkan jemari mereka. Keynan tidak tahu apa yang akan Dara lakukan. Dia hanya bisa diam ketika Dara mendekat, menepis jarak di antara mereka.

Jantung Keynan seolah-olah berhenti berdetak ketika benda lembut dan basah menyentuh bibirnya.

Bibir Dara.

Gadis itu telah menciumnya. Mengambil ciuman pertamanya, dan hal bodoh itulah yang Dara sesalkan.

Komen (6)
goodnovel comment avatar
Diana Ananda
knp g bisa masuk parah banget
goodnovel comment avatar
Az-Zahra
ehmmmm...lgsg dah bercinta jgn lama2 ...
goodnovel comment avatar
Atminah Raffa
gk bisa bab dengan cara lain apa??
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status