Dewasa 21+ Jangan sebut aku pelacur. Aku berbeda dengan mereka yang menjual tubuh demi uang. Kami melakukan hubungan atas nama cinta. Aku mencintainya, begitu pula dengannya. Dia pria yang sangat dewasa, tegas, dan berwibawa. Darinya aku mendapatkan kasih sayang dari sosok ayah yang selama ini tidak pernah aku dapatkan. Dia membuatku bahagia. Namun, sejak Keynan datang semuanya berubah. Cowok itu mengetahui hubungan yang selama ini aku jalani dengan ayahnya. Dia datang lalu mengacaukan segalanya. Menghancurkan kebahagiaanku dalam sekejab atas pernyataan cinta konyolnya. Ah, apa benar cowok sialan itu mencintaiku? Atau dia hanya menginginkan tubuhku?
Lihat lebih banyakLorong Sand Box University terlihat sepi karena kelas sudah dimulai sejak tiga puluh menit yang lalu. Seluruh mahasiswa sudah masuk ke kelas mereka masing-masing untuk menerima materi dari dosen pembimbing.
Namun, tidak dengan Dara. Gadis itu berjalan dengan santai menuju kelasnya yang berada di lorong paling ujung tepat di lantai tiga. Helaan napas lega sontak keluar dari bibir mungilnya karena dosen yang mengajar di kelasanya sedang izin keluar.
"Ya ampun, Dara! Kamu terlambat lagi? Untung saja Miss Calista sedang ada urusan sebentar dengan Dekan, kalau tidak—" Gadis berambut hitam sebahu itu menahan suaranya sebentar sebelum kembali bicara. "Kamu nanti pasti akan mendapat hukuman."
Gadis bernama lengkap Andara Salsabil itu hanya bisa nyengir setelah mendengar ucapan sahabat baiknya, Shasa. Hari ini dia kembali terlambat datang ke kampus karena sang kekasih mengajaknya bercinta lagi pagi ini. Beruntung dia tidak pernah mendapat hukuman dari pihak kampus karena Tama—lelaki yang berstatus sebagai kekasihnya menjadi donatur terbesar di kampusnya.
"Maaf, aku tadi bangun kesiangan karena semalam lembur," ucap Dara diakhiri dengan kekehan.
Gadis itu memang bekerja paruh waktu di Dalcom Cafe sebagai pelayan sepulang kuliah. Dara sebenarnya tidak perlu bersusah payah bekerja karena Tama bisa memberinya banyak uang untuk dikirim pada sang ibu yang tinggal di desa. Namun, dia terpaksa bekerja untuk menutupi hubungan terlarang yang dia jalani bersama Tama karena lelaki yang menjadi kekasihnya itu sudah memiliki istri dan seorang anak.
Dara bertemu dengan Tama pertama kali saat datang ke kota. Saat itu dia mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di salah satu universitas swasta paling bergengsi di kota metropolitan tersebut. Namun, hidup di kota besar ternyata tidak semudah yang Dara bayangkan, apa lagi saat itu dia masih berusia delapan belas tahun dan belum begitu memahami kehidupan di kota.
Uang pemberian sang ibu untuk bekal habis dalam waktu beberapa hari karena harga barang kebutuhan di kota berkali-kali lipat lebih mahal dari pada di desa.
Dara sempat luntang-lantung di jalan seperti gelandangan. Dia bahkan pernah mengumpulkan barang bekas untuk menyambung hidup. Hingga tanpa sengaja dia bertemu dengan Tama. Lelaki dewasa itu telah berhasil membuatnya jatuh cinta. Dara seolah-olah menemukan sosok ayah dalam diri Tama yang selama ini tidak pernah dia dapatkan. Padahal Tama sudah berkeluarga dan memiliki anak, tapi dia memilih menutup mata akan hal itu.
"Tadi Miss Calista ngasih kita tugas kelompok buat akhir semester. Tugas ini penting banget karena jadi salah satu syarat wajib agar lulus mata kuliah ini," jelas Sasha.
"Tugas apa?" tanya Dara sambil mengeluarkan tabletnya dari dalam tas. Meskipun sibuk, gadis itu tidak pernah lupa mengerjakan tugas kuliahnya karena baginya pendidikan sangat penting. Lagi pula dia ingin membanggakan sang ibu dan memiliki keturunan yang cerdas.
"Miss Calista menyuruh kita melakukan penelitian tentang kehidupan masyarakat yang tinggal di pesisir pantai."
Dara mengangguk paham mendengar penjelasan singkat dari Shasa. "Em, okay. Kalau begitu siapa saja kelompok kita?"
"Em, aku, kamu, Brian, dan Keynan."
Dara mengerutkan dahi karena nama cowok itu terdengar asing di telinganya."Siapa, Keynan?"
Shasa menepuk jidat. "Aku lupa ngasih tahu kamu, Keynan mahasiswa pertukaran pelajar dari kampus sebelah."
"Oh, gitu ...." Dara mengangguk, lantas memperhatikan cowok yang sedang menelungkupkan kepalanya di atas meja paling belakang di kelas. Semoga saja Keynan bisa diajak kerja sama.
Setelah itu Dara dan Shasa terlibat obrolan singkat tentang mahasiswa baru yang menjadi anggota kelompok mereka. Dari gosip yang beredar, Keynan tidak pernah memiliki teman karena sangat dingin dan irit bicara. Selain itu Keynan tidak suka bersosialisasi dengan orang lain.
"Padahal Keynan ganteng banget. Kalau sifatnya nggak dingin pasti udah aku jadiin gebetan," sungut Shasa terdengar penuh semangat.
"Heh?!" Dara refleks menepuk lengan Shasa. "Jangan keras-keras kalau ngomong, nanti kedengeran sama orangnya," ucapnya sambil melirik Keynan yang masih setia menelungkupkan kepalanya di atas meja.
Shasa malah terkekeh tanpa dosa mendapat peringatan keras dari Dara. Mereka terpaksa berhenti mengobrol karena Miss Calista kembali ke kelas.
Dara dengan serius menyimak materi yang disampaikan oleh Miss Calista di depan kelas seolah-olah sudah mengikuti perkuliahan sejak awal. Padahal dia baru saja datang.
***
Keynan berulang kali menghela napas panjang sambil melihat benda mungil bertali yang melingkari pergelangan tangan kirinya. Tidak terasa sudah dua jam dia menunggu sang ayah untuk makan malam bersama. Namun, ayahnya belum juga pulang sampai sekarang. Bahkan makanan yang tersaji di atas meja makan sudah dingin.
Keynan pun meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja. Jemari tangannya begitu lincah mengetik beberapa kata untuk dikirim pada sang ayah. Tidak lama kemudian ada pesan masuk di ponselnya.
Ayah:
[Maaf, ayah malam ini tidak pulang. Jangan tidur terlalu malam. Love ❤]Helaan napas panjang kembali lolos dari bibir Keynan. Dia pikir, malam ini ayahnya akan pulang, tapi ternyata tidak. Entah apa yang sang ayah lalukan di luar sana, dia tidak pernah tahu karena hubungan mereka tidak sedekat dulu.
Keynan benar-benar rindu dengan keluarganya yang dulu. Saat sang ibu belum mengalami kecelakaan hingga tidak sadarkan diri sampai sekarang.
Hubungan kedua orang tuanya dulu sangat harmonis karena ayahnya sangat sayang dan perhatian pada keluarga. Selain itu ayahnya selalu menempatkan keluarga di atas segala-galanya.
Namun, sejak pertengkaran hebat yang terjadi pada ayah dan ibunya lima tahun lalu membuat keadaan seketika berubah. Sang ayah lebih senang menghabiskan waktu di luar rumah dan jarang sekali memperhatikannya. Rumah yang dulu terasa hangat pun sekarang terasa begitu dingin. Hening. Benar-benar sepi.
"Maaf, Den Keyanan. Apa makanannya perlu bibik hangatkan lagi?"
Pertanyaan Bik Minah sontak membuat Keynan tersadar dari lamunan. Cowok berusia dua puluh satu tahun itu pun menggelengkan kepala pelan karena nafsu makannya mendadak hilang.
"Buang saja semua makanannya, Bik," ucapnya sebelum beranjak ke kamar.
Bik Minah hanya bisa menghela napas melihat sang majikan yang meninggalkan ruang makan. Wanita paruh baya yang sudah merawat Keynan sejak kecil itu merasa iba atas apa yang terjadi pada keluarga Narendratama. Padahal Keynan dulu sosok anak yang begitu hangat dan ceria, tapi kejadian lima tahun lalu telah mengubah Keynan menjadi pribadi yang begitu tertutup dan dingin pada siapa pun.
***
Dara tertegun, sepasang mata caramell miliknya terpaku pada lelaki berkacama mata yang berjalan menghampirinya. Selama tiga puluh detik yang dia lakukan hanya diam sambil memandangi lelaki tersebut. Dara tidak pernah menyangka Dirga datang ke pernikahannya dan Keynan karena dia tidak mengundang lelaki itu demi menjaga perasaan suaminya. Dirga menarik napas dalam-dalam untuk mengurangi sesak yang menghimpit dadanya. Tangannya tanpa sadar menggenggam jemari wanita berkerudung merah muda yang menemaninya menghadiri resepsi pernikahan Dara dan Keynan dengan erat karena bagaimana pun juga Dara pernah mengisi ruang kosong di dalam hatinya. "Kamu baik-baik saja?" tanya Sabrina terdengar penuh perhatian. Dirga kembali menarik napas panjang lantas mengangguk samar. "Ya, aku baik-baik saja," jawabnya. Sabrina menatap Dirga dengan lekat. Sepertinya lelaki itu belum benar-benar bisa melupakan Dara dan berpura-pura terlihat tegar di depan banyak orang. "M-Mas Dirga ...?" Keynan memeluk pingga
"Kamu kan, sudah dapat kue sendiri, Ayes. Kue ini punya kakak.""Tapi Ayes masih mau kue lagi.""Kakak tidak akan memberikan kue ini padamu.""Dasar pelit!""Biarin."Kening Keynan berkerut dalam karena mendengar suara Ayes dan Keysha. Hari Minggu yang seharusnya dia gunakan untuk beristirahat sepertinya hanya akan menjadi angan-angan belaka karena Ayes dan Keysha sangat berisik. Mereka benar-benar mengganggu waktu istirahatnya.Keynan beranjak meninggalkan tempat tidurnya lantas menghampiri Ayes dan Keysha yang sedang memperebutkan sepotong kue brownies."Kenapa kalian berisik sekali?" tanya Keynan dengan wajah mengantuk karena dia baru bisa tidur jam satu semalam. Beberapa hari ini dia memang sengaja lembur untuk menyelesaikan pekerjaannya karena lusa dia akan menikah dengan Dara."Ayes, ini, Pa. Udah punya kue sendiri tapi masih minta punya Keysha.""Ayes cuma minta sedikit, Dad. Tapi Keysha nggak mau ngasih. Dasar pelit!"Kedua mata Keysha sontak membulat mendengar ucapan Ayes bar
Keynan tampak begitu serius membaca berkas yang ada di tangannya padahal jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Semenjak satu minggu yang lalu lelaki itu memang sengaja menyibukkan diri dengan bekerja karena ingin mengalihkan pikirannya dari Dara dan Ayes.Namun, pekerjaan ternyata tidak berhasil membuatnya berhenti memikirkan Dara dan Ayes. Sehari begitu tiba di Indonesia, dia langsung menghubungi Dara untuk menanyakan kabar Ayes.Dara mengatakan kalau Ayes baik-baik saja. Namun, entah kenapa perasannya mengatakan kalau Dara sedang membohonginya. Sebagai seorang ayah yang memiliki ikatan darah dan batin dengan Ayes, dia seolah-olah bisa merasakan kalau Ayes sedang bersedih karena kepergiannya. Apa lagi dia tidak berpamitan pada Ayes."Kau belum pulang?"Keynan mengalihkan pandang dari berkas yang ada di tangannya sekilas agar bisa menatap Brian yang sedang berjalan menghampirinya."Kau sendiri kenapa masih di sini? Bukankah aku sudah memintamu untuk pulang dari tadi?""Aku tadi s
Tidak ada yang membuka suara sejak lima belas menit yang lalu. Dara hanya diam sambil meremas kesepuluh jemari tangannya tanpa berani menatap Dirga yang duduk tepat di hadapannya. Dara sepenuhnya menyadari Dirga pasti marah dan kecewa karena dia tidak memberi tahu jika dia bertemu lagi dengan Keynan. Dirga kembali meneguk segelas air putih yang ada di tangannya. Amarah dan kekecewaan tergambar jelas di wajah tampannya. Dirga merasa sangat marah sekaligus kecewa karena Dara tidak memberi tahu jika Keynan datang. Sepupunya itu bahkan tinggal di apartemen calon istrinya. Entah apa yang sudah Dara dan Keynan lalukan selama mereka tinggal bersama. Membayangkannya saja sudah membuat dadanya terasa sesak. Apakah ada hal yang lebih menyakitkan lagi dari pada ini? "Sudah berapa lama?" "Maksud, Mas?" Dara malah balik bertanya karena tidak mengerti dengan maksud Dirga. Dirga melirik Keynan dan Ayes yang sedang asyik bermain ular tangga di ruang tengah. Melihat mereka yang begitu dekat, memb
"Bagaimana undangan ini, Nona?"Dara menatap undangan yang terdapat bibit tanaman pada kertasnya. Kertas undangan tersebut akan tumbuh dan berbunga sangat indah jika diberi air lalu ditanam. Selain itu di dalam undangan tersebut tertulis doa agar rumah tangga calon memperlai pengantin berjalan harmonis.Namun, menurut Dara undangan tersebut terlalu rumit dan harganya lumayan menguras kantong."Apa ada contoh undangan lain?""Sebentar, Nona." Wanita berambut pirang yang duduk di depan Dara mencari beberapa contoh desain undangannya untuk direkomendasikan pada Dara."Bagaimana dengan yang ini, Nona?" Wanita itu menunjukkan contoh udangan pilihannya pada Dara. Sebuah undangan dress code yang dilengkapi dengan aksesoris seperti pita atau bros yang bisa digunakan tamu undangan saat menghadiri resepsi pernikahannya dengan Dirga."Undangan ini cukup populer dikalangan calon pengantin akhir-akhir ini. Apa Anda tertarik dengan undangan ini?""Em ...." Kedua alis Dara tampak menyatu jika dia se
Dara hanya diam. Tidak ada satu kata pun yang keluar dari bibirnya meskipun di kepalanya tersimpan berbagai pertanyaan untuk Keynan. Selama tiga puluh menit yang dia lakukan hanya diam sambil mengusap keringat dingin yang membasahi tubuh Keynan. Enam tahun lebih dia mengenal Keynan, dan baru pertama kali ini dia melihat lelaki itu mengerang kesakitan hingga nyaris pingsan. Obat yang dia temukan beberapa hari lalu ternyata milik Keynan. Setelah mencari tahu lewat internet, akhirnya dia tahu kalau obat tersebut adalah aspirin. Obat bagi penderita penyakit jantung. Kenapa Keynan minum aspirin? Apakah lelaki itu menderita penyakit jantung? Keynan melirik Dara lewat ekor matanya. Dia yakin sekali Dara pasti ingin menanyakan banyak hal pada dirinya. Namun, Dara malah menahannya sampai kondisinya kembali membaik. Wanita itu sangat pengertian. Sepertinya dia harus menyiapkan jawaban yang tepat agar Dara tidak khawatir. "Key ...." "Ya?" "Apa aku boleh tanya sesuatu?" "Tentu saja, Dara.
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen