Share

5. Terjebak

"Hah?" Mulut Shasa dan Brian menganga lebar melihat apa yang Keynan lakukan barusan. Mereka benar-benar tidak menyangka Keynan mau mengantar Dara pulang. Padahal cowok itu terlihat tidak peduli dengan Dara.

"Sumpah, aku nggak nyangka Keynan mau nganter Dara pulang."

Brian sontak menatap gadis yang duduk di sebelahnya. "Memangnya kenapa?"

"Keynan kan, dingin banget, Bie. Kok, dia mau sih, nganter Dara pulang?"

Brian malah tersenyum. "Cowok memang kayak gitu, Sha. Mereka bersikap dingin cuma ke cewek yang berhasil menarik perhatian mereka."

"Berarti Keynan tertarik sama Dara, dong?" Shasa menatap Brian dengan pandangan tidak percaya.

Brian mengangguk. "Bisa jadi."

"Astaga! Dara beruntung banget ditaksir cowok ganteng kayak Keynan."

"Bukan cuma Dara yang beruntung. Kamu juga beruntung kok, Sha." Brian menatap Shasa dengan penuh perasaan karena gadis itu berhasil menarik perhatiannya di awal pertemuan mereka.

Namun, sampai sekarang dia belum mempunyai keberanian untuk mengungkapan perasaannya karena Shasa pernah bilang kalau dia tidak ingin pacaran sebelum lulus kuliah.

"Maksud kamu?" tanya Shasa tidak mengerti.

Brian malah tersenyum lalu mengusap puncak kepala Shasa dengan gemas. "Nggak ada maksud apa-apa. Aku pulang dulu, ya? Titip salam buat ibumu."

***

Keynan melepas tangan Dara dari genggamannya ketika tiba di luar. Suasana pun mendadak terasa sangat canggung. Dara yang biasanya banyak bicara, entah kenapa tiba-tiba mendadak diam karena masih tidak menyangka cowok dingin seperti Keynan mau mengantarnya pulang. Sementara Keynan bingung harus bicara apa karena merasa gugup berada di dekat Dara.

"Nih!"

Kening Dara berkerut dalam melihat jaket yang Keynan ulurkan pada dirinya. "Buat aku?" tanyanya sambil menunjuk diri sendiri.

"Iya."

"Terus kamu pakai apa? Udaranya dingin banget, loh."

"Dari pada kamu nanti yang kedinginan."

Dara tanpa sadar tersenyum mendengar ucapan Keynan barusan. Di balik sifatnya yang dingin, Keynan ternyata cowok yang sangat perhatian.

"Terima kasih banyak, Key."

Keynan mengangguk lantas meminta Dara untuk naik ke atas skuternya. Dara pun segera duduk di jok belakang dan memegang handle belakang skuter Keynan dengan erat karena takut jatuh.

"Jangan lupa pegangan."

"Iya, ini udah pegangan." Dara mempererat genggaman tangannya karena takut jatuh. Apa lagi dia jarang sekali dibonceng naik motor.

Keynan tanpa sadar tersenyum melihat Dara yang memegang handle belakang skuternya lewat kaca sepion. Sepertinya gadis itu takut jatuh tapi merasa sungkan kalau memegang pinggangnnya.

"Eh ...?" Dara terkejut karena Keynan tiba-tiba meraih kedua tangannya lantas melingkarkan ke pinggang. Jantung Dara seketika berdegup kencang, begitu pula dengan jantung Keynan.

"Key ...." Dara ingin menarik tangannya, tapi Keynan malah menahan kedua tangannya agar tetap memeluk pinggangnya.

"Biar kamu nggak jatuh," ucap Keynan membuat kedua sudut bibir Dara tertarik ke atas. Dia pun memberanikan diri memeluk pinggang Keynan dengan erat.

Keynan pun melajukan skuternya setelah memastikan Dara duduk dengan aman. Dia melajukan motornya dengan hati-hati membelah jalanan ibu kota yang ramai lancar.

Dara memejamkan kedua matanya erat-erat merasakan dinginnya angin malam yang menerpa kulit wajahnya. Gadis itu tidak pernah menyangka naik motor ternyata rasanya sangat seru dan menyenangkan karena Tama selama ini selalu melarangnya menaiki kendaraan roda dua.

"Rumahmu di mana?"

"Kamu tanya apa?" Dara malah balik bertanya karena tidak mendengar suara Keynan dengan jelas.

"Alamat rumahmu?" ulang Keynan.

"Cloud Nine apartemen."

Keynan mengangguk lantas mengendarai skuternya menuju apartemen Dara. Ternyata jarak apartemen Dara dan rumah Shasa lumayan jauh. Butuh waktu sekitar satu jam untuk tiba di sana.

"Makasih banyak ya, Key," ucap Dara ketika Keynan menghentikan skuternya tepat di depan apartemennya.

Keynan memperhatikan gedung yang berdiri kokoh di hadapannya. Cloud Nine merupakan salah satu apartemen mewah yang berada di ibu kota. Orang-orang yang tinggal di sana pun bukan orang biasa. Mereka kebanyakan dari kalangan bergengsi seperti artis, pengusaha, bahkan pejabat negeri.

Rasanya sangat aneh Dara rela bekerja paruh waktu untuk menyambung hidupnya sepulang kuliah jika tinggal di apartemen mewah seperti ini.

"Mau mampir sebentar, Key?" tawar Dara.

Keynan menggeleng lalu menyalakan kembali mesin motornya. Namun, hujan tiba-tiba turun dengan sangat deras.

"Sial!" Keynan berdecak kesal karena tidak membawa jas hujan. "Kamu punya jas hujan?"

Dara menggeleng. "Maaf, aku nggak punya. Bagaimana kalau kamu menunggu di apartemenku sampai hujan reda?"

Kening Keynan berkerut dalam. Lebih baik dia pulang meskipun harus menerebos hujan dari pada menunggu di apartemen Dara hingga hujan reda.

"Aku pulang saja."

"Jangan!"

Alis Keynan terangkat sebelah karena Dara melarangnya pulang.

"Hujannya deres banget, Key. Kamu bisa sakit kalau nekat pulang. Lebih baik kamu nunggu di apartemenku saja sampai hujan reda."

Keynan mengembuskan napas panjang karena ucapan Dara memang ada benarnya. Lagi pula dia harus menjaga kesehatannya dengan baik agar bisa menjaga sang ibu yang sedang dirawat di rumah sakit.

"Baiklah."

Dara tersenyum lega karena Keynan menerima tawarannya. Keynan pun memarkirkan skuternya di basement sesuai arahan Dara. Setelah itu mereka pergi ke apartemen Dara yang berada di lantai dua belas.

"Selamat datang di rumahku, Keynan," ucap Dara sambil membuka pintu apartemennya lebar-lebar.

Keynan hanya mengangguk lantas mengikuti langkah Dara di belakang.

Apartemen Dara ternyata berukuran cukup besar untuk ditempati gadis itu sendirian. Dindingnya didominasi cat berwarna ungu muda yang terlihat manis saat dipandang. Di setiap sudut ruangannya terdapat tanaman hijau yang membuat ruangan terlihat segar.

Satu kata untuk menggambarkan apartemen Dara. Nyaman.

"Aku mau mandi dulu. Kalau kamu ingin mandi, ada kamar mandi di sebelah sana." Dara membawa secangkir kopi dari dapur lantas meletakkannya di atas meja ruang tamu untuk Keynan.

Keynan mengangguk setelah melihat kamar mandi yang ditunjuk Dara.

"Jangan lupa diminum ya, Key? Aku tinggal mandi dulu nggak papa, kan?"

Keynan mengangguk lantas kembali memperhatikan apartemen Dara. Rasanya sangat aneh kalau gadis itu bekerja paruh waktu sepulang kuliah jika tinggal di apartemen mewah.

Apa mungkin Dara menyewa?

Keynan tanpa sadar menggeleng karena gaji yang Dara dapatkan tidak mungkin cukup untuk menyewa apartemen semewah ini.

Lantas dari mana gadis itu mendapatkan uang?

Keynan tanpa sadar berdecak kesal. Untuk apa dia repot-repot memikirkan hal yang bukan urusannya. Membuang-buang waktu saja. Lebih baik dia fokus memikirkan tugas kuliahnya dan sang ibu yang masih dirawat di rumah sakit sampai sekarang.

Ponsel Keynan yang berada di saku celana tiba-tiba bergetar karena ada pesan masuk. Keynan pun cepat-cepat mengeluarkan ponselnya. 

Ayah:

[Kamu di mana, Key? Kenapa sampai sekarang belum pulang?]

Keynan tanpa sadar mengembuskan napas panjang setelah membaca pesan dari sang ayah. Ternyata ayahnya sekarang sedang berada di rumah, tapi dia malah terjebak hujan di apartemen Dara. Padahal dia ingin sekali bertemu dengan sang ayah. 

"Kamu nggak mandi, Key?" 

Aroma vanilla yang menguar dari tubuh Dara seketika menyeruak di indra penciuman Keynan. Aroma yang menenangkan sekaligus membuat jantungnya berdebar. Keynan tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya.

Apa dia sedang jatuh cinta?

"Key, Key!" Dara melambai-lambaikan telapak tangannya tepat di depan wajah Keynan karena cowok itu mendadak diam.

"Ah, ya?"

"Kamu nggak mandi?"

"Aku nggak ada baju ganti."

"Oh, iya juga." Dara menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Gadis itu pun cepat-cepat kembali ke kamar lalu mengambil baju milik Tama untuk Keynan.

"Kamu bisa pakai baju ini."

Keynan mengerutkan dahi melihat kaos hitam polos dan celana pendek yang Dara ulurkan pada dirinya.

"Baju ini milik kakak aku," ucap Dara tanpa perlu Keynan bertanya.

"Kalian tinggal bersama?"

Dara menggeleng. "Tidak, kakak hanya datang sesekali."

"Oh," sahut Keynan lalu menerima baju yang Dara berikan untuknya.

Kening Keynan berkerut dalam melihat baju yang Dara berikan pada dirinya. Kaos hitam tersebut mirip sekali dengan kaos milik ayahnya, wanginya pun sama. Apa baju tersebut milik sang ayah?

Ah, tidak mungkin.

Mungkin saja kakak Dara dan ayahnya mempunyai selera parfum yang sama.

Ya, mungkin karena itu.

***

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Aeris Park
belum, Kak hehehe
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
Ya ketauan deh
goodnovel comment avatar
Aeris Park
Iya, tapi Keynan gak tahu >.<
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status