BRAAK!Jeno menggebrak meja makan dengan keras sehingga membuat berantakan semua yang ada di atas meja tersebut. Apalagi Rose yang langsung muntah-muntah.Bau itu masih terasa di hidung Jeno. Sebenarnya Jeno juga merasa ingin muntah, tapi Jeno masih bisa menahannya.Jeno bergegas menuangkan air ke dalam gelas dan memberikannya pada Rose. "Minumlah ini." Jeno memberikan gelas itu pada Rose. "Pelan-pelan minumnya," lanjut Jeno.Rose meneguknya pelan, akan tetapi bau tidur belum juga hilang. "Selera makanku sudah hilang. Ini benar-benar membuat semua isi perutku keluar. Maafkan aku, tuan." Di bawah sana sangat kotor dan menjijikan. Hal itu yang membuat Rose meminta maaf pada Jeno karena telah mengeluarkan semuanya. Jeno mengusap punggung Rose, lalu dia melangkah menuju kulkas. Jeno membuka pintu kulkas dan memeriksa semua daging yang ada di dalam sana.Saat membuka pintu kulkas bau menyengat langsung menusuk hidung Jeno. Jeno mengeluarkan satu bungkus daging dan mendekatkan bungkusan it
PYAARR!Bunyi vas bunga yang baru saja jatuh ke lantai dan pecah berkeping-keping. Pecahan kaca itu berserakan ke mana-mana. Rose kecil yang melihat kejadian tersebut hanya bisa diam dan menangis. Rose melihat sendiri dengan mata kepalanya saat sang ayah memukul ibunya.Roland mendorong Clara dengan sangat kasar hingga Clara terjatuh ke lantai dan tangan kirinya terkena pecahan vas bunga tersebut. Wanita itu hanya bisa menangis. Dia tidak mampu melawan Roland, karena jika semakin Clara melawan Roland, maka Roland akan semakin liar. Roland sama sekali tidak menganggap Clara sebagai istrinya.Bagaimana bisa Roland menganggap Clara seperti itu? Sedangkan jika Roland tidak menganggap Clara sebagai istrinya, tentu saja tidak akan ada Rose dan Ryan di dunia ini. Lalu Roland menganggap Clara itu apa?Setiap hari Clara diperlakukan seperti seorang pembantu di rumahnya sendiri. Baik Rose ataupun Ryan tidak bisa membantu sang ibu karena mereka masih sangat kecil. Mereka berdua hanya pasrah meli
Keadaan rumah yang tidak pernah tenang dan damai membuat Rose dan Ryan menjadi pribadi yang kuat. Namun, sekuat-kuatnya mereka berdua, pasti ada saatnya mereka menjadi lemah dan menangis. Hal itu memang tidak dipungkiri.Pertumbuhan anak-anak pun bisa terganggu jika keadaan rumah yang selalu ribut dengan banyak perkara yang selalu dipermasalahkan. Rumah yang bisa dianggap sebagai istana itu bisa menjadi neraka karena banyaknya setan yang memenuhi rumah itu sehingga selalu terjadi masalah.Namun, Clara adalah wanita yang cukup pintar. Dia selalu melindungi Rose dan Ryan saat sang ayah membawa pulang wanita-wanita dari klub malam. Clara selalu mengajak kedua anaknya bersenda gurau di dalam kamar serta menceritakan sebuah dongeng sampai mereka berdua tertidur. Clara tidak ingin jika kedua anaknya sampai melihat sebejad itukah ayah mereka. Melihat ayahnya selalu memperlakukan ibunya dengan kasar itu sudah termasuk pukulan yang sangat berat untuk Rose dan Ryan, tapi Clara selalu tersenyum
Jeno William seorang CEO muda yang sangat tampan. Relasi kerjanya begitu banyak. Tak heran jika Jeno adalah pengusaha nomor satu di kotanya. Selain rumah dia pun memiliki beberapa apartemen, bahkan mobilnya pun berjejer rapi. Namun sayang, kehidupan asmaranya tidak semulus kariernya.Jeno William adalah anak yatim piatu. Dia hidup sendiri dan membangun perusahaan sendiri. Kedua orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan yang fatal. Waktu itu Jeno masih kecil dan dia harus kehilangan figur orang tua untuk selama-lamanya. Sejak itu Jeno dirawat dan dibesarkan oleh pamannya sampai kuliah. Setelah itu Jeno memutuskan untuk hidup mandiri dan membangun sebuah perusahaan.Jeno tumbuh menjadi laki-laki dengan tabiat yang sangat buruk dan dingin pada semua orang. Dia selalu menyakiti orang, bermain dengan wanita nakal, dan suka mabuk. Itu terjadi karena Jeno kurang kasih sayang dari keluarganya, tapi dia begitu disegani oleh relasi kerjanya di kantor.Pagi itu seperti biasa suara gebrakan
"Cepat keluar! Aku sudah menunggumu begitu lama!" bentak seorang pria dari sambungan ponsel dan sambungan ponsel itu langsung terputus.Rose dibuat bengong dengan panggilan telepon itu. Rose menatap layar ponselnya yang bertuliskan panggilan telepon dari Ayah selesai. Rose berpikir keras dengan kalimat yang baru beberapa detik yang lalu dia dengar. "Kenapa Ayah menungguku di luar sana? Tidak biasanya Ayah menjemputku ditempat kerja." Rose memasukkan ponselnya ke dalam totebag-nya, lalu dia bergegas keluar dari ruang ganti.Namun, mendadak Rose berhenti. Dia tidak begitu yakin untuk menemui sang ayah. Mengingat perlakuan ayahnya pada sang ibu yang tidak pernah mengganggapnya istri. Justru lebih tepatnya ayahnya itu menganggap ibunya sebagai pembantu. Kelakuan ayah itu sangat keterlaluan pada ibunya Rose. Sampai pada akhirnya karena tidak tahan sang ibu mengakhiri hidupnya dengan cara yang sangat tragis. Sang ibu pernah berkata pada Rose bahwa Rose adalah dirinya yang terlahir kembali.
Flashback on, 2 hari yang lalu.Seorang pria tua berjalan menuju ke sebuah ruangan membawa berkas yang isinya kontrak kerjasama. Pria tua itu berdiri tepat di depan sebuah pintu. Dia menarik napas panjang dan mengembuskannya, lalu pria itu membenarkan letak dasinya. Kemudian tangan kanannya terangkat ke atas dan mulailah dia mengetuk pintu itu sebanyak tiga kali."Masuk!" Sebuah suara dari dalam yang mengisyaratkan pria tua itu untuk masuk. Lantas dia langsung mas9uk ke dalam ruangan."Permisi Tuan, apakah anda sibuk?" tanyanya pada seorang laki-laki tampan yang sedang duduk di kursi. Laki-laki itu mengangkat kepalanya dan meletakkan bolpoin yang sedang dia pegang."Mau apa kau ke sini? Apa ada sesuatu yang penting?" tanya laki-laki tampan yang bernama Jeno William."Aku ingin menyampaikan padamu. Bisakan perusahaan kita bekerja sama?" ungkap pria tua yang bernama Roland Lance."Aku tidak yakin jika harus bekerja sama dengan perusahaanmu.""Ayolah, Tuan Jeno. Perusahaanku sangat membu
Tubuh Rose lemas seketika saat menghirup aroma yang ada di sapu tangan tersebut. Tubuh Rose langsung digendong dan dimasukkan ke dalam mobil. Tentunya mobil lain dan bukan mobil milik ayah Rose.Setelah berjabat tangan dengan Roland, Jeno keluar dari mobil Roland. Dia melangkah mendekati mobil berwarna silver."Bawa gadis itu ke villa. Aku masih ada urusan yang ingin aku selesaikan. Suruh beberapa pelayan untuk menjaganya dan kalian berdua tetap berjaga di depan pintu. Paham!" Kedua pengawal Roland menganggukkan kepalanya. Jeno pun segera masuk ke dalam mobilnya dan segera melaju pergi. Begitu pula dengan kedua pengawal yang membawa Rose. Mereka pun meninggalkan tempat tersebut.Orang-orang bertubuh kekar itu membawa Rose masuk ke dalam rumah Jeno. "Cepat bawa dia ke kamarku," perintah Jeno berjalan mengikuti dua pengawalnya.Dua pengawal itu membawa masuk Rose ke dalam kamar Jeno dan merebahkan tubuh Rose di atas ranjang. Tak lupa mereka mengikat kedua tangan serta kaki Rose. Sungg
Rose berusaha bangun dari ranjang. Dia menggerakkan kedua tangannya agar bisa terlepas dari ikatan itu, akan tetapi justru membuat pergelangan kedua tangannya merah dan sakit. Rose mencari langkah lain. Dia menggigit tali yang mengikat kedua tangannya. Hasilnya tetap nihil."Ini terlalu kuat," keluh Rose. Dia meringis menahan sakit karena perih yang dirasakan pada pergelangan tangan. "Sakit ...."Sayup-sayup Rose mendengarkan suara gemercik airair. Gadis itu mencari arah datangnya suara itu. Kedua mata Rose tertuju pada sebuah pintu yang tertutup rapat. Rose berteriak agar seseorang mendengarkannya. Jeno yang sudah selesai mandi dan sedang memegang hairdryer untuk mengeringkan rambutnya. Telinganya menangkap sesuatu dan Jeno segera mematikan hairdryer nya. Pria itu bergegas keluar dari kamar mandi."Rupanya kau sudah siuman, nona?" Jeno mendekati Rose.Rose terlihat ketakutan melihat Jeno dengan rambut yang masih acak-acakan. Rose terdiam dan memundurkan tubuhnya. "Si-siapa kau?" Sua