Sampai di sana, dia langsung menekan angka pada panel di dekat handle pintu dan benda tersebut terbuka.Dia masuk lebih jauh ke dalam rumah memindai seluruh ruangan beserta isinya.“Kamar aku di mana, Mas?” Sifabella bertanya dengan mata masih mengedar ke sepenjuru rumah.“Di atas,” jawab Aarav singkat.Sifabella lantas pergi ke lantai dua, ada tiga pintu dan satu ruangan untuk bersantai.Dia mendorong salah satu pintu lalu menemukan ruangan itu kosong.Sifabella melanjutkan langkahnya ke pintu yang lain dan sama saja, dia juga mendapati ruangan itu benar-benar kosong tanpa ada furniture.“Kalau dua kamar ini kosong berarti yang itu pasti kamar utama.” Sifabella bicara sendiri seiring langkahnya menuju pintu terakhir.Dan benar saja, di kamar itu sudah lengkap dengan furniture bahkan ruangannya sangat luas karena terdapat walk in closet dan kamar mandi.Sifabella menyimpan tasnya di atas ranjang, setelah itu kembali ke lantai satu di mana Aarav baru selesai mengeluarkan barang belanja
“Lo bisa masak, enggak?” Aarav yang sedang mendorong troli di belakang Sifabella bertanya.“Enggak!” jawab Sifabella tanpa perlu berpikir.Mereka sedang berada di pusat perbelanjaan untuk membeli perabotan rumah tangga.“Terus ngapain kita beli wajan ini, spatula, terus tadi oven, memangnya microwave enggak cukup?” “Enggak, Mas … microwave enggak bisa buat kue.” Sifabella memasukan beberapa piring saji dan mangkuk dengan motif bohemian ke dalam troli.Barang-barang di sini bagus dan lucu, Sifabella yang tidak suka masak saja jadi kalap membeli perabotan rumah tangga.“Memangnya lo bisa bikin kue?” Aarav sebetulnya bukan bertanya melainkan mencibir.“Nanti belajar dari YouTube.” Sifabella sedang konsentrasi memilih barang-barang jadi tidak terprovokasi ucapan Aarav.“Buruan donk, Bel ….” Aarav sedang menggerutu, tanpa terasa sudah tiga jam mereka memutari toko itu.“Mas mau ke mana sih? Kan Mas Aarav tadi yang ngajak belanja, sekarang udah belanja mau buru-buru selesai … aku ‘kan eng
Ada yang menjemput mereka di pintu kedatangan, seorang driver pria paruh baya berkebangsaan Indonesia yang sudah bekerja cukup lama dengan opa Beni.“Kita ke rumah Opa dulu ya, Pak!” kata Aarav dan langsung mendapat anggukan kepala dari sang driver.“Jadi kita beneran akan tinggal di rumah sendiri?” Sifabella bertanya memastikan.“Iyaaaa, gue ‘kan udah bilang mau bikin aturan Friday nak—“Kalimat Aarav terhenti disebabkan oleh tangan Sifabella yang menutup mulut pria itu, disertai tatapan melotot memperingati.Apa Aarav tidak sadar kalau ada orang lain selain mereka di dalam mobil ini.Aarav terkekeh, dia mengecup telapak tangan Sifabella sampai mencetuskan desiran di dalam tubuhnya.Buru-buru Sifabella jauhkan tangannya dari bibir Aarav.Dia tidak mau bicara lagi dengan makhluk tampan tapi menyebalkan itu sampai akhirnya mobil berbelok ke sebuah halaman rumah mewah dan megah di suatu pemukiman kaum Jetset.Seorang pria paruh baya lainnya berdiri di teras menyambut mereka, tapi pria y
Menikahi anak Konglomerat membuat Sifabella jadi bisa merasakan fasilitas eksclusive. Seperti saat ini, Sifabella yang duduk di samping Aarav di kelas bisnis tidak berhenti takjub dengan apa yang dia dapatkan selama kurang lebih tujuh jam mengudara. Kursinya saja sangat empuk serta luas, Sifabella bisa berbaring sempurna dengan mengangkat sandaran kaki. Ada selimut, bantal, welcome drink dan buah-buahan tersedia di meja yang membatasi kursinya dengan kursi Aarav. Belum lagi kabin kru dengan sering menawarkan makanan juga minuman. Sifabella senang sekali dilayani seperti Ratu sampai melupakan Aarav. “Perasaan … mulut lo enggak berenti ngunyah dari tadi.” Aarav sedang mencari keributan. “Makanya jangan pake perasaan,” balas Sifabella bersama delikan tajam. Aarav terkekeh, berhasil membuat Sifabella kesal. “Enggak ada kerjaan gue! Sayangnya kita lagi di pesawat, kalau di rumah … gue bisa ngerjain lo,” ujar Aarav mesum. Ngomong-ngomong tentang rumah, di manaka
Keluarga Aarav satu persatu berdatangan menambah ramai kamar suite Aarav.Berbeda dengan saat kedatangan Heru tadi, keluarga Aarav membawa kehangatan sampai terasa ke dalam hati Sifabella.Banyak senda gurau tercetus meledek Aarav yang tampak santai menanggapi.Ada cerewetnya oma Aneu yang memberi wejangan untuk rumah tangga Aarav dan Sifabella tapi lebih banyak mewanti-wanti Aarav agar menjadi suami dan kepala rumah tangga yang baik.Sifabella tidak seperti orang asing di keluarga Aarav padahal dia diasingkan oleh keluarganya sendiri.“Pokoknya Bel, kalau Aarav macem-macem kasih tahu Daddy nanti Daddy coret nama Aarav dari ahli waris.” Semua tertawa mendengar kelakar daddy tapi tidak dengan Aarav yang merotasi matanya malas.“Jewer aja telinganya kalau dia macem-macem.” Mommy menimpali.“Kalau dia selingkuh, balas selingkuh balik … memangnya sinetron, dia selingkuh ku menangis,” kata Arshavina sembari melirik sang suami dan dia mendapat tos dari Rachel-sahabat sekaligus kakak iparnya
“Dasar suami lucknut!” Sifabella menggeram kesal di dalam kamar mandi.Setelah mengerjai Sifabella mendorong tubuhnya ke atas kasur, Aarav kemudian tergelak melepaskan sang istri yang tampak ketakutan.Lama-lama Aarav jadi senang membuat Sifabella kesal, tawanya semakin kencang saat Sifabella menghentakan kaki menuju kamar mandi dengan wajah memberengut kesal.Sifabella membasuh wajah yang masih terdapat makeup tebal, tidak peduli makeup-nya akan luntur karena acara pun telah selesai.Melihat ada bathrobe tergantung di dinding, dia pun menanggalkan gaun pengantinnya.Setelah memakai bathrobe, Sifabella keluar dari dalam kamar mandi dan mendapati Aarav sedang berbaring terlentang di atas ranjang, kedua tangan dilipat di belakang kepala dengan masih menggunakan sepatu dan matanya terpejam.“Mas … aku pinjem hape,” kata Sifabella ketus.Perlahan Aarav membuka matanya, dia tampak terkejut saat melihat Sifabella hanya dibalut bathrobe saja.Dia jadi membayangkan menarik simpul bathrobe yan