Share

Persiapan untuk pergi jauh.

"Apa Ayah yakin dengan keputusan Ayah? Membiarkan Rosa mencari pekerjaan di luar kota?" Mendengar pertanyaan  Brian, membuat ia berhenti mentanda tangani berkas.

"Apa kamu menguping pembicaraan kami berdua?"

"Maaf Ayah, aku bukan bermaksud untuk menguping pembicaraan kalian berdua. Aku tidak sengaja mendengar saat aku ingin ke sini."

"Itu sama saja kamu menguping, kalau kamu enggak sengaja dengar seharusnya kamu bisa pergi!" Brian hanya bisa tertunduk malu. Ia jadi tidak enak ingin mengatakan tujuannya untuk menemui sang ayah.

“Mau apa kamu ke sini?" tanya Aska melanjutkan pekerjaannya. Bria terlihat ragu untuk meminta suntikan dana untuk perusahaannya, saat ini perusahaan Brian sedang tidak baik-baik saja.

“Kenapa kamu diam? Apa mulutmu sudah dijahit sehingga tidak bisa berbicara dengan Ayah. Atau kamu mau—“ Aska sengaja menghentikan ucapannya, ia ingin tahu reaksi dari anak sulungnya. Sebenarnya Aska sudah tahu tujuan Brian datang ke sini. Tapi Aska pura-pura tidak tahu.

"Aku ingin meminta suntikan dana dari Ayah. Karena perusahaanku sedikit bermasalah.” Tepat dugaan Aska ternyata anaknya ingin meminta bantuan uang lagi.

Aska menahan wajahnya dengan satu tangannya, sedangkan sikunya bertumpu pada meja kerjanya. "Kalau Ayah lihat dari perkembangan perusahaan kamu, kayanya yang salah bukan di perusahaanya deh. Akan tetapi dirimulah yang bermasalah! Kamu tidak becus  mengelola perusahaan dengan baik!” Brian hanya bisa diam, dia tidak bisa lagi mengelek dari perkataan ayahnya. Yang dibilang ayahnya semuanya adalah benar, yang salah bukan dari  perusahaannya melainkan dari Brian sendiri yang tidak bisa mempertahankan kinerja dalam mengelola.

"Sudahku berikan kesempatan berkali-kali, selalu saja gagal dalam menjalankan bisnis. Kalau seperti ini jadinya, bisa-bisa keluarga kita miskin mendadak!" Aska semakin kesal dengan putra pertama yang tidak becus mengurus beberapa perusahaan yang sudah Aska berikan padanya termasuk perhotelan. Itulah sebabnya Aska  memilih Rosa untuk menjadi pewaris tunggal untuk perusahaannya.

“Padahal  kamu adalah anak tertua di keluarga ini, tapi kenapa kamu tidak bisa memberi contoh yang baik terhadap semua adik-adikmu! Untung saja masih ada Rosa yang bisa membawa perusahaan Ayah semakin maju.” Aska terus saja mengomel membuat mental Brian terpental jauh entah ke planet mana.

“Maaf, aku memang tidak berguna sebagai seorang Kakak.”

“Kenapa baru menyadarinya sekarang? Kemarin ke mana aja Pak Brian Arjun Adhitama! Kok baru sadar sekarang? Kemarin kamu sibuk berfoya-foya ya?” sindir Aska membuat Brian semakin terpuruk. Jika Dibandingkan dengan anak yang lain, hanya Rosalah yang mampu membuat perusahaannya menjadi lebih maju. Walaupun umur Rosa masih terbilang muda. 28 tahun. Namun dia bisa membuat 1 perusahaan mendapatkan keuntungan besar bagi Ayahnya.

Sayangnya Aska  melakukan satu kesalahan besar yang membuat Rosa tidak mau menjadi CEO di perusahaannya. Semenjak ibu Rosa meninggal ia tidak mau lagi menjadi seorang CEO Karena dirinya terlalu sibuk dengan pekerjaannya, membuat ia menjadi jauh dari ibunya.

Rosa sangat menyesal, ia tidak bisa melihat wajah ibunya untuk yang terakhir kalinya. Waktu ibunya Rosa telah meninggal dia sedang berada di luar Negri untuk melakukan kerja sama dengan perusahaan asing. Ayah Rosa sengaja tidak memberitahukan info ini pada Rosa, jika dia memberitahukan yang sebenarnya maka Rosa akan pulang ke Negaranya. Dan membatalkan perjanjian kerja samanya dengan perusahaan di luar negeri. Ayahnya takut akan merugi hingga ratusan juta Dollar.

Dari kejadian itu Rosa jadi sangat membenci ayahnya dan juga semua kakaknya. Ayahnya lebih takut kehilangan uang dibandingkan kehilangan istrinya. Mereka semua tidak ada yang peduli dengan kematian ibu mereka. Mereka semua hanya mementingkan urusan masing-masing dan juga uang.

"Ayah jahat! Kenapa Ayah tidak memberitahukan padaku, kalau Ibu sudah tiada?" teriak Rosa. Hatinya hancur mengetahui ibunya telah meninggal dunia. Parahnya lagi ibunya sudah di kubur di pemakaman.

"Maafkan Ayah Nak, maaf."

"Aku benci Ayah! Aku benci kalian semua, pergi kalian dari hadapanku!" Rosa berlari ke kamarnya, mengurung diri berhari-hari tanpa makan dan minum. Bahkan Rosa sempat melakukan tindakan di luar batas, yaitu mengakhiri hidupnya.

***

Rosa sudah  bersiap-siap berangkat ke luar kota, Rosa sudah menyiapkan segalanya dari baju hingga uang. Ia sudah tidak sabar ingin melangkah keluar secepatnya sebelum ayahnya berubah pikiran. Setalah semua perlengkapan selesai ia segara keluar dari rumah tanpa adanya pengawal di sisinya.

"Rosa?" panggil Brian berlari ke arah Rosa.

Rosa menoleh ke arah kakaknya. "Ada apa Kak?"

"Kamu yakin mau kerja di tempat yang lain?”

"Kakak tahu dari mana kalau aku mau bekerja di luar kota? Pasti Ayah yang sudah memberitahukan? Cih, dasar mulut ember!" gerutu Rosa.

"Bukan Ayah yang memberitahukan. Kakak tahu sendiri kalau kamu mau kerja di tempat lain.”

“Terus sekarang Kak Brian mau ngapain?”

“Se-sebenarnya Kakak sedikit  khawatir kalau kamu mau pergi dari rumah ini.” Suara Brian terdengar sangat pelan membuat Rosa tidak bisa mendengar ucapan kakaknya.

“Kalau ngomong tolong diperjelas! Aku enggak dengar apa yang Kakak omongin barusan.” Tiba-tiba saja wajah Brian memerah bagai buah tomat, untungnya Rosa tidak dengar apa yang tadi Brian bilang. Sebenarnya ia malu mengatakan pada Rosa bahwa dirinya mengkhawatirkan adik perempuannya ini.

“Lupakan yang tadi Kakak bicarakan, lagi pula itu enggak penting banget sih.”

“Dih! Enggak jelas nih orang.” Karena sudah tidak ada waktu lagi, Rosa bergegas pergi dari rumah ini menggunakan taksi Online,  bisa saja sih ia membawa mobil pribadinya untuk pergi ke luar kota. Tapi Rosa tidak mau melakukannya.

“Rosa tunggu!” Rosa kembali membalikkan tubuhnya, tanpa ia duga Brian langsung memeluk dirinya. Dengan perasaan berat Brian melepaskan adiknya untuk pergi dari rumah ini, Brian terus memeluk adiknya sampai-sampai Rosa tidak merasa nyaman.

“Kak, tolong jangan peluk aku kaya gini, kalau pun meluk kira-kira dong. Aku enggap Kak,” eluh Rosa.

“Kakak tahu kamu bisa menjaga diri di luar sana, tapi perlu kamu ingat bahwa kamu seorang perempuan tulen. Kamu harus bisa menjaga tubuhmu dari laki-laki lain yang ingin mendekatimu. Kalau bisa jangan ubah penampilan kamu menjadi wanita, tetaplah berpenampilan seperti laki-laki.” ajaran sesat jangan ditiru.

Rosa mendongkakan kepalanya ke atas ia menatap kakaknya dengan wajah datarnya. "Sejak kapan Kakak jadi peduli pada Adiknya? Aku baru tahu jika Kakak punya rasa khawatir."

"Aku ini Kakakmu, wajar aja kalau aku khawatir dengan adik sendiri."

"Hoh." Sebenarnya Rosa masih memendam amarah besar kepada  Brian, Rosa sangat membenci kakaknya ini. Karena dia, ibunya telah meninggal dunia. Andai Brian lebih peka dan perhatian terhadap ibunya. Rosa yakin ibunya tidak akan meninggal.

Brian kembali mengeratkan pelukannya "Maafkan Kakak, ini semua adalah kesalahan kakak. Andai kakak tidak mementingkan diri sendiri mungkin ibu masih hidup hingga sekarang," lirih Brian, dari awal Rosa sudah mengatakan padanya agar menjaga ibunya serta merawatnya dengan baik. Bagi Rosa kakak pertamalah yang dapat ia andalkan. Sayangnya ia abai dengan amanah yang sudah adiknya titipkan padanya. Brian lupa akan janjinya itu hingga ia mengabaikan kesehatan ibunya hanya untuk berfoya-foya dengan teman-temannya.

"Sudah cukup rasa penyesalanmu di depanku, semua itu sudah terlambat. Ibu sudah tidak ada di dunia ini!"

“Aku tahu, Kakak akan menebus semua kesalahan Kakak.”

“Sekarang  lepaskan pelukan Kakak, aku sudah tidak punya banyak waktu lagi. Aku harus berangkat Kak.” Perlahan Brian melepaskan pelukannya, ia pun melepaskan adiknya untuk pergi dari rumah ini. Brian tidak tahu kapan adiknya akan kembali pulang ke rumah ini.

Rosa segara pergi meninggalkan  kakak sendirian. Dengan rasa hancur di hatinya Rosa terus berjalan ke depan sambil meneteskan air matanya yang sudah jatuh di pipinya. Mila yang dari tadi menguping pembicaraan mereka berdua, merasa sangat puas dan juga senang. Ia tidak perlu cape-cape mengeluarkan tenaganya hanya untuk mengusir Rosa dari rumah ini, dan menjauhkannya dari suaminya.

Tanpa ia mengeluarkan tenaganya Rosa sudah pergi dari rumah ini dengan sendirinya. Mila bisa bebas untuk menguasai harta suaminya untuk berfoya-foya. Dengan teman-teman sosialitanya.

Akhirnya Rosa bisa terbebas dari zona yang membuatnya terkekang. Kini ia bisa pergi sesuka hati tanpa harus diikuti oleh pengawal ayahnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status