Sayang, hari ini aku boleh enggak berkumpul sama teman-temanku di club malam?" tanya Mila ia senang sekali menghabiskan uang suaminya di tempat club malam. Bahkan dalam semalam Mila bisa menghabiskan uang hingga ratusan juta.
"Iya boleh, nanti aku akan menyuruh Radit untuk mentarnsfer uangnya kedalam rekeningmu." Aska mengusap rambut istrinya dengan lembut, ia senang sekali dengan rambut panjang milik Mila. Aska paling senang dengan wanita yang mempunyai rambut panjang.
"Oke, jangan lama-lama ya transfer uangnya. Kalau lama, aku enggak bisa pergi dong sama teman-teman aku." Mila memajukan bibirnya membuat Aska semakin gemas dengan istri barunya.
"Iya, apa sih yang enggak buat kamu. Ya udah lanjut lagi ya makan malamnya, pokoknya kamu harus menghabiskan makanan yang ada di sini.”
“Enggak mau hah, nanti badan aku bisa gemuk.” Aska sangat mencintai istrinya ini. Apa pun yang istrinya minta semuanya akan Aska kabulkan asalkan Mila bahagia.
"Terima kasih sayang." Tanpa rasa malu dan canggung ia mencium pipi suaminya, membuat Rosa menggelengkan kepalannya melihat tingkah Mila yang tidak tahu tempat. Saking muaknya ia sampai tidak nafsu makan. Sedangkan ke 4 kakaknya terlihat cuek dan tidak peduli akan hal ini.
"Rosa?" panggil Aska.
"Iya Ayah."
"Setelah makan malam, Ayah tunggu kamu di ruang kerja Ayah." Rosa menghela napasnya, lagi-lagi ia harus masuk ke ruang kerja ayahnya. Kenapa harus dia yang selalu dipanggil olehnya.
"Hmm!" Rosa hanya menjawab dengan gumamnan. sebenarnya Rosa sudah bosan. Jika berbicara dengan sang ayah. Rosa bisa menebak jika ayahnya akan membicarakan masalah perusahaannya. Ayahnya akan terus memaksa Rosa hingga dia mau menjadi pewaris perusahaan ayahnya. Atau lebih buruknya lagi Rosa akan dijodohkan oleh teman ayahnya.
Di ruang kerja Aska.
"Duduklah!" pinta Aska.
"Ayah sudah memikirkan masalah ini. Jika kamu tidak mau mewariskan perusahaan Ayah, maka tidak ada pilihan lain lagi, Ayah akan menjodohkan dirimu dengan teman Ayah. Rosa sudah menduga akan hal ini, ayahnya pasti akan menjodohkan dirinya dengan anak teman bisnisnya agar bisnisnya selalu lancar.
"..." Rosa tidak menggubris permintaan ayahnya itu. Ia sudah bosan dengan hal ini. Ia sengaja mengabaikan ayahnya ia malah sibuk memperhatikan patung yang ada di belakang Aska.
"Kenapa kamu hanya diam? Kamu dengarkan apa kata Ayah?" Rosa menghela napas panjangnya ia memutar bola matanya, ia malas sekali membicarakan hal ini pada Ayanya.
"Bukankah Ayah sudah mengetahui jawabannya?" ucap Rosa malas rasanya ia ingin pergi dari sini.
"Ayah tahu itu, kamu pasti enggak mau menerima tawaran Ayah."
"Baguslah jika Ayah mengerti!"
"Tapi, dengan syarat."
"Syarat?" Rosa mengeritkan keningnya. "Sejak kapan Ayah memberikan syarat seperti ini? Pasti Ayah mempunyai rencana licik padaku." batin Rosa.
"Kalau kamu enggak mau menerima perjodohan ini, atau menjadi pewaris di perusahaan Ayah. Maka kumpulkan uang sebanyak 50 Milyar untuk ayah dalam waktu 5 tahun." Aska sengaja memberikan syarat pada putrinya. Ia tahu jika Rosa tidak akan sanggup untuk melakukan hal itu.
"Jika aku sanggup, apa yang Ayah berikan padaku?"
"Hhmm!" Aska menaikkan alisnya, ia merasa heran dengan perkataan anaknya barusan. Kalau pun dia sanggup uang dari mana ia dapatkan. Sedangkan Rosa sudah tidak mau lagi bekerja di perusahaan dia. Otomatis dia sudah tidak mempunyai pendapatan lagi.
"Apa kamu yakin bisa melakukanya?" tanya Aska sekali lagi.
"Aku yakin pasti bisa! Asalkan aku bisa keluar dari zona yang membuatku muak!" emosi Rosa sedikit memuncak. Tapi ia masih bisa menahanya.
"Menarik, baiklah. Jika kamu sanggup melakukan hal itu Ayah akan memberikan kebebasan padamu apa yang kamu minta akan Ayah kabulkan."
"Apa Ayah berjanji?"
"Tentu saja, apa pernah Ayah melanggar janji?"
"Cih, sering banget!" gumam Rosa. Padahal ayahnya sering sekali ingkar janji pada Rosa, sayangnya ayah tidak sadar.
"Bagai mana? Kamu sanggup? Kalau kamu bisa mengumpulkan uang sebanyak itu, kamu bisa bebas seperti burung." Mendengar perkataan ayahnya membuat Rosa semakin semangat untuk mengumpulkan uang 50 Milyar dalam waktu 5 tahun. Bagi Rosa mengumpulkan uang 50 Milyar dalam waktu 5 tahun sanggatlah mudah.
Ayahnya tidak tahu jika Rosa mempunyai bisnis Online bersama dengan temanya dulu. Ditambah lagi dia juga mempunyai tabungan saham yang cukup besar untuk dirinya. Uang yang ia dapat dari hasil bekerja di perusahaan ayahnya ia kumpulkan sebanyak mungkin. karena Rosa tipe orang yang tidak suka menghamburkan uang ia memilih untuk menginvestasikan uangnya lewat saham. Apalagi Rosa pernah menjadi CEO di salah satu perusahaan ayahnya, pastilah Rosa mempunyai uang banyak. Ia tidak mau jika Ayahnya mengetahui dirinya mempunyai uang banyak. Jika sampai ayahnya tahu maka ia bisa mengacaukannya.
"Baiklah aku terima syarat dari Ayah, dan Ayah harus menepati janji Ayah. Deal?" ucap Rosa mengulurkan tangannya pada Ayah. Aska belum menerima jabatan tangan dari putrinya.
"Jika kamu tidak berhasil mengumpulkan uang dalam waktu 5 tahun, maka dirimu harus menuruti semua perkataan Ayah. Kamu setuju?" Aska menerima jabatan tangan dari Rosa.
"Baiklah aku terima tantangan Ayah."
"Lalu dengan cara apa kamu mencari uang sebanyak 50 Milyar? Sedangkan dirimu tidak bekerja."
"Aku akan bekerja di luar kota."
"Bekerja di luar kota?"
"Iya, izinkan diriku untuk mencari pekerjaannya di luar kota. Selama 5 tahun ke depan aku akan mengumpulkannya."
“Kamu mau kerja apaan Ros? Kamu yakin bisa mengumpulkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat?” Aska sedikit meremehkan anaknya, bagai mana bisa ia mengumpulkan uang sebanyak 50 M. Jangankan Rosa yang hanya bekerja biasa, ia saja saat merintis bisnis dari nol mengumpulkan uang 50 M membutuhkan waktu bertahun-tahun. Tapi Aska penasaran dengan cara kerja Rosa, kali ini ia akan membiarkan anaknya untuk mencari uang 50 M di luar sana.
Sebenarnya tanpa Rosa bekerja ia bisa mengumpulkan uang sebanyak 50 Milyar, tetapi ia lebih memilih keluar dari rumah ini dengan alasan bekerja di luar kota agar ayahnya tidak curiga dengan dirinya.
"Oke, Ayah akan mengizinkanmu untuk mencari pekerjaan di luar kota, asal kamu benar-benar mencari pekerjaan. Ayah juga akan memberikan uang untuk--" Rosa mengangkat tangannya sejajar dengan muka, menandakan bahwa ayahnya jangan banyak bicara lagi.
"Tidak usah! Tanpa uang dari Ayah aku bisa pergi ke luar kota sendiri. Ayah tidak perlu khawatir akan hal ini. Dan tolong jangan ikut campur dengan urusannku." Rosa mengakhiri percakapannya dengan sang Ayah, karena urusannya sudah selesai Rosa keluar. Saking buru-burunya Rosa keluar dari ruang kerja ayahnya, tanpa sengaja ia menabrak kakak pertamanya Brian Arjun Adhitama.
Bruk!!
"Maaf Kak," acuh Rosa pada Brian kakaknya.
"Tidak apa-apa," senyum Brian.
Rosa segera pergi meninggalkan kakaknya, sedangkan kakaknya hanya bisa melihat Adik perempuannya pergi jauh. Sebenarnya ia sangat mengkhawatirkan adiknya. Karena Adiknya selalu saja terkekang oleh Ayahnya. Selesai melihat kepergian adiknya, ia masuk ke dalam ruang kerja ayahnya. Tujuan ia datang ke tempat kerja ingin meminta dana suntikan untuk perusahaan yang ia jalani saat ini.
"Ayah?"
"Ada apa?" jawab Aska tanpa menoleh ke arah Brian. Ia masih sibuk dengan berkas-berkas penting yang belum ia tanda tangani minggu lalu.
"Apa Ayah yakin dengan keputusan Ayah? Membiarkan Rosa mencari pekerjaan di luar kota?" Mendengar pertanyaan Brian, membuat ia berhenti mentanda tangani berkas."Apa kamu menguping pembicaraan kami berdua?""Maaf Ayah, aku bukan bermaksud untuk menguping pembicaraan kalian berdua. Aku tidak sengaja mendengar saat aku ingin ke sini.""Itu sama saja kamu menguping, kalau kamu enggak sengaja dengar seharusnya kamu bisa pergi!" Brian hanya bisa tertunduk malu. Ia jadi tidak enak ingin mengatakan tujuannya untuk menemui sang ayah.“Mau apa kamu ke sini?" tanya Aska melanjutkan pekerjaannya. Bria terlihat ragu untuk meminta suntikan dana untuk perusahaannya, saat ini perusahaan Brian sedang tidak baik-baik saja.“Kenapa kamu diam? Apa mulutmu sudah dijahit sehingga tidak bisa berbicara dengan Ayah. Atau kamu mau—“ Aska sengaja menghentikan ucapannya, ia in
Akhirnya Rosa bisa terbebas dari zona yang membuatnya terkekang. Kini ia bisa pergi sesuka hati tanpa harus diikuti oleh pengawal ayahnya. Sebelum ia pergi ke luar kota, ia terlebih dahulu mampir ke sebuah kontrakan kecil untuk mengajak temanya. Yang dulu pernah menolong Rosa saat ia kabur dari rumah. Sampai di kontrakan ia pun mengetuk pintunya.Tok..tok.."Tunggu sebentar," ucap seorang wanita muda membuka pintu.Ceklek!"Dinda!” saat melihat temanya sudah ada di depan matanya Rosa langsung memeluk temannya yang bernama Dinda Lestari. Sudah lama sekali Rosa tidak bertemu dengan Dinda."Ya, ampun, Rosa. ini benaran kamu? Ya, Tuhan." Dinda begitu terkejut dengan kedatangan Rosa, ia yang sudah rindu dengan temannya langsung membalas pelukan dari Rosa."Sudah lama kita enggak ketemu, aku kangen banget sama kamu Din. Gimana kabar ka
“Dinda? Bagaimana? Apa kamu mau ikut denganku.” Rosa menatap mata Dinda dengan tatapan melas, agar ia mau menuruti keinginannya."Hmm, oke deh. Aku mau." Dalam sekejab mata Rosa langsung membinar, senyumnya mengembang lebar. "Good job, heheh." Rosa senang, akhirnya Dinda mau ikut dengannya ke luar kota, walau pun di hati Dinda ragu. ia pun mau mengikuti saran dari Rosa.Sebenarnya Dinda sudah lelah bekerja di sebuah pabrik plastik yang bayaran hanya cukup untuk memenuhi kebutuhannya setiap hari, ditambah lagi masih ada adik yang butuh biaya yang cukup besar untuk sekolahnya. Untungnya lagi, ia masih mempunyai pekerjaan sampingan untuk keluarganya. Ini semua berkat Rosa.***Tiga hari kemudian Rosa dan Dinda telah sampai di Kota S. Mereka berdua pergi menggunakan kereta kelas eksekutif semua biaya sudah Rosa tanggung. Tugas Dinda hanya menuruti perkataan Rosa. Butuh waktu 8 jam untuk sampai
"Ada tamu rese! Masa minta kamar VVIP sama pihak hotel, udah gitu minta panggil atasan kita lagi.” Lia menunjuk ke arah Rosa dengan kepalanya sambil melipatkan kedua tangannya di dada.Mata Sri langsung menoleh ke arah Rosa dan juga Dinda, matanya terus memperhatikan penampilan Rosa dari atas kepala hingga bawah kaki. Begitu juga dengan Dinda yang tak luput dari mata Sriyani."Pfft." Sriyani langsung menahan tawanya dengan cara menutup mulutnya pakai satu tangannya. Sebenarnya ia ingin tertawa kencang melihat penampilan Rosa dan juga Dinda, apalagi Dinda terlihat seperti orang kampung dengan pakaian biasanya."Mohon maaf nih, rasanya gue pengen ketawa," bisik Sriyani pada Lia."Ketawa aja Beb, gue juga dari tadi pengen ketawa kok," timpal Lia, ia juga heran bagaimana bisa Rosa yang berpenampilan seperti ini menyewa kamar VVIP untuk d
“Dinda, kamu ngapain di situ?" tanya Rosa setelah masuk ke dalam kamar, ia melihat temanya sedang berdiri di dekat jendala memandangi luasnya lautan biru. “Ros, lihat deh pemandangan laut itu. Bagus banget loh. Aku jadi pengen main air laut, kaya seru deh.” “Nanti aku ajak ke laut ya, tapi sebelum itu kamu di sini dulu ya. Aku masih ada urusan di luar, kalau kamu mau minta apa-apa kamu bisa telepon pegawai yang ada di sini, nanti kamu bisa dibantu.” “Oke!” Dinda memberikan dua jempol untuk Rosa, ia pun kembali melanjutkan melihat pemandangan laut yang begitu indah. Rosa bergegas pergi ke ruang kerjanya, ia berjalan di sepanjang lorong hotel. Ketika dia berjalan, ia berpapasan dengan manajer, ketika manajer itu melihat bos besarnya ada di depan matanya langsung terbelalak. Rosa menyadari sikap dari manajernya, ia menaruh 1 jarinya di bibirnya menandakan ag
Melihat temanya yang sangat keras kepala, Dinda hanya bisa pasrah menerima perkataan Rosa. Pagi hari telah tiba, Rosa telah bersiap-siap untuk mencari pekerjaan yang cocok untuk mereka berdua. Sedangkan Dinda tetap berada di hotel menikmati semua fasilitas yang ada di sini. “Aku pergi keluar dulu ya, kamu di sini aja sampai aku kembali ke sini. Kalau kamu mau berenang kamu tinggal ke bawah aja, kalau kamu masih bingung kamu boleh minta bantuan sama Rio. Nanti aku yang akan sampaikan.” Dinda menggoyangkan kedua tangannya, bahwa Dinda menolak akan hal itu. Ia tidak ingin merepotkan orang lain hanya karena ia ingin berenang di kolam renang. “Makasih Ros, aku lebih baik tunggu kamu aja dari pada sama orang lain. Aku lebih nyaman sama kamu, aku enggak apa-apa kok nunggu kamu.” “Kamu yakin?” “Yakin! Ya udah sana kamu keluar aja cari kerja, nanti kalau sudah dapat
"Aargghh, lepaskan!" Rosa berontak saat pengawalnya memegang lengannya, ia diseret keluar dari dalam lift dan membawanya pergi menuju mobil. Semua orang yang melihat kejadian itu, merasa heran dan juga takut. Apalagi para pengawal keluarga Adhitama begitu menakutkan. "Apa-apan ini? Lepaskan saya! Kalian jangan macam-macam ya!" Rosa terus saja memberontak, sayangnya kekuatannya kalah jauh dari para pengawalnya. Sekuat apa pun Rosa melawan, ia tidak akan sanggup menandingi kekuatan para pengawalnya. Rosa dipaksa masuk ke dalam mobil. "Awas ya kalian semua! Tunggu pembalasanku!" ancam Rosa dari dalam mobil. Tangannya terus menunjuk-nunjuk ke arah pengawalnya. “Halo adikku tersayang,” sapa Brian dengan senyuman lebarnya menampakkan barisan gigi putih dan rapih. "Arrghh!" Rosa berteriak kencang, ia kaget ada Brian di dalam mobil. Saking emosinya ia tidak sadar di depannya sudah ada kakak sulungnya. J
Keesokan paginya Dinda, dan Rosa tengah bersiap-siap untuk melamar pekerjaan di sebuah cafe yang jaraknya lumayan jauh dari hotelnya. Untuk melamar pekerjaan mereka berdua harus mempunyai penampilan sebagus mungkin."Kita sarapannya di sana saja ya? Takut telat nanti.""Iya, lagiian aku belum lapar kok."“Oke, kita berangkat sekarang yuk, takut macet di jalan. Soalnya sekarang waktunya orang berangkat kerja,” ucap Rosa, ia tidak ingin terjebak macet, ia sengaja berangkat lebih awal dengan sepeda motornya yang telah ia sewa seharian penuh, agar tidak telat. Ia lebih baik menunggu dari pada harus telat untuk datang ke cafe. Kesempatan seperti ini tidak boleh ia lewatkan sedetik pun.Satu jam kemudian Rosa telah sampai di tempat tujuan, ia melihat cafenya masih tutup. Tapi sudah banyak orang yang melamar di cafe ini. sebelum jam menujukan pukul 8 ia dan Dinda memutuskan untuk menunggu