Share

Mari Kita Bercerai

Author: Baby Yangfa
last update Last Updated: 2023-11-04 04:28:42

Saat ia tiba di kediaman keluarga Keina, Alden disambut oleh wajah Tiana yang menatapnya dengan panik.

"Alden, sebenarnya ada apa? Kenapa Keina datang membawa koper semalam? Apa kalian bertengkar?"

Alden menghela nafasnya panjang mendengar penuturan Tiana, ia tidak menyangka jika Keina akan mengambil langkah seceroboh ini semenjak pernikahan mereka. Jika seperti ini, rusak sudah semua citra menantu terbaik yang selama ini sudah ia bangun.

Alden mengusap tangan Tiana dengan lembut, "Tidak apa-apa Ma, biar Alden yang membujuk Keina untuk pulang."

Alden bergerak maju ke dalam rumah Tiana. Alden mendengus saat melihat Keina sudah duduk di sana seolah menunggu kedatangannya.

"Ayo kita pulang, Sayang. Aku minta maaf, kita bicarakan ini di rumah."

Alden segera menarik tangan Keina, namun ia terhenyak saat Keina menepis tangannya dengan kasar. Sesuatu yang tidak pernah Keina lakukan selama mereka bersama. Tunggu, bukankah ini juga pertama kalinya Keina kabur meninggalkan rumah yang mereka tinggali bersama?

"Tidak, aku tidak akan pulang."

Mata Alden melebar sempurna mendengar jawaban Keina. Apa Keina tengah merajuk kepadanya saat ini karena kejadian semalam?

"Sayang..."

Keina terlihat mengalihkan tatapannya ke arah Tiana, "Ada hal yang harus Keina bicarakan dengan Alden, bisa tinggalkan kami berdua?"

"Tapi Sayang..."

"Tolong Ma,"

Tiana menyerah mendengar ucapan Keina, ia melangkahkan kakinya lalu pergi dari sana.

Alden menatap ke arah Keina, lebam-lebam yang terlihat dari bahu Keina yang kurus membuat Alden merasa sangat bersalah. Helaan nafas panjang keluar dari mulut Alden, ia duduk menghadap Keina lalu berkata dengan nada lirih, "Apa kau marah padaku soal kejadian semalam hingga tidak mau pulang? Kalau begitu aku minta maaf Keina, aku terlalu kasar padamu. Aku terlalu banyak minum semalam."

Keina tersenyum tipis mendengar ucapan Alden, "Ini pertama kalinya."

Alden menatap Keina tidak mengerti.

"Selama ini kau selalu menyakitiku, tapi ini pertama kalinya kau meminta maaf." Lanjut Keina kembali.

Alden kembali menghela nafas, "Aku tahu aku salah, tapi bisa tidak kita bicarakan ini di rumah saja? Ayo kita pulang, jangan membuat ibumu bingung dengan situasi ini."

Keina menghela nafasnya panjang, "Mari kita bercerai saja."

Perkataan Keina yang terakhir sontak membuat Alden tercengang.

"Apa?"

"Kita bercerai saja. Bukankah itu yang kau inginkan selama ini?"

"Omong kosong apa yang tengah kau bicarakan? Kau ingin membuat kedua orang tua kita terkejut?" Nada bicara Alden seketika meninggi. Selama setahun mereka menikah, tidak pernah sekalipun kata perceraian terungkap di sana. Alden memang salah, tapi bercerai? Itu berlebihan. Apa tanggapan orang tua mereka jika mereka tiba-tiba bercerai?

"Aku yang akan bicara dengan mereka, kita bercerai saja. Aku melepaskanmu, Alden. Bukankah itu yang kau inginkan? Kau ingin bebas, bukan?"

Setelah berkata seperti itu, Keina bangkit berdiri, "Aku sudah selesai bicara, sebaiknya kau pulang."

Alden segera menangkap tangan Keina yang berlalu, raut wajahnya terlihat bingung dengan apa yang Keina bicarakan, "Kau serius dengan perkataanmu?"

"Aku tidak pernah seserius ini, Alden."

Keina menepis tangan Alden lalu berjalan meninggalkan pria itu yang tengah termangu. Ini sulit dipercaya, benarkah Keina ingin bercerai darinya?

****

Tepat setelah pembicaraan mereka, beberapa hari kemudian Keina meminta kedua keluarga berkumpul.

"Jadi, kalian akan bercerai? Tapi kenapa?" Tanya Reymand tidak mengerti.

Keina hanya terdiam, selama ini Reymand selalu melihat Keina dan Alden sangat harmonis di hadapan mereka, keputusan yang Keina utarakan hari ini sepertinya cukup mengguncang perasaan pria paruh baya itu.

Reymand menatap ke arah Handika lalu bertanya, "Handika, kau tahu soal ini?"

"Aku juga baru tahu beberapa hari yang lalu, aku juga sama bingungnya dengan kau." balas ayahnya dengan lemah.

"Sebenarnya ada apa ini? Kalian selalu terlihat harmonis, tapi kenapa ingin bercerai?" Tanya Herman kembali tidak habis pikir.

"Sudah tidak ada kecocokan lagi diantara kami. Kami selalu berusaha memperbaikinya, tapi sepertinya tidak mungkin lagi." Jawab Keina dengan tatapan yakin.

"Tidak ada kecocokan? Papa sungguh tidak mengerti, Sayang. Jika tidak cocok, bagaimana mungkin kalian bertahan selama setahun ini? Papa tidak setuju dengan perceraian ini. Kamu harus membujuk Keina kembali Alden!"

Keina menghela nafas, sudah ia duga Reymand tidak akan dengan mudah menerimanya.

"Tunggu apa lagi? Segera memohon pada Keina untuk kembali padamu!" Perintah Reymand dengan kuat.

Melihat Reymand yang bersikeras, Keina segera membuka mulut, "Karena Alden tidak pernah mencintai Keina, Pa." balas Keina dengan getir, "Dia mencintai orang lain, Pa. Untuk itu Keina akan membiarkan Alden untuk memilih sekarang. Papa dan Mama juga sebaiknya melepaskan Alden, biarkan dia memilih pasangan hidupnya sendiri."

Reymand menatap ke arah Alden tidak percaya, "Apa itu benar? Jangan-jangan kau... Kau masih mengharapkan wanita rendahan itu?"

Keina menatap ke arah Alden menunggu jawaban dari pria itu.

"Ya, itu benar."

Balasan Alden yang membenarkan ucapannya membuat Keina kembali merasa sesak. Sebelah tangannya terkepal di samping tubuh saat merasakan perih yang kembali menusuk hatinya. Ia harus kuat, ia sudah memutuskan semua ini.

"Jika kau benar-benar ingin bercerai denganku, baiklah, kita bercerai."

Nyes. Rasanya hatinya tengah dihimpit sesuatu saat ia mendengar hal itu. Ia menghela nafasnya panjang lalu dengan susah payah Keina mengulas sebuah senyuman di bibirnya. Selesai sudah, pernikahannya dengan Alden sekarang hanya sampai di batas ini.

Keina mengulurkan sebelah tangannya ke arah Alden lalu berkata, "Terimakasih atas waktu yang sudah kita lalui selama ini."

Tanpa berkata apapun lagi, Alden menerima uluran tangan itu.

Keina kembali tersenyum tipis. Ini adalah kali terakhir ia bisa menyentuh tangan besar pria itu. Ini sudah benar-benar berakhir.

****

Setelah hampir satu bulan proses perceraian mereka, hari ini mereka akan duduk di sidang perceraian.

Hati Keina kembali merasa sesak saat melihat sosok Shiren yang kini menemani Alden. Rupanya Shiren memilih kembali pada pria itu karena mereka akan bercerai. Ada rasa sakit yang ia rasakan, namun Keina tetap berusaha tegar. Ia mencoba mengabaikan pemandangan itu lalu pergi ke ruang sidang dengan langkah percaya diri. Ia tidak bisa mundur lagi.

Perjalanan sidang berlangsung alot, hakim banyak bertanya mengenai keseriusan mereka untuk bercerai dan Keina tetap teguh memilih perceraian. Sementara Alden hanya mengikuti keinginan wanita itu.

"Baiklah, saudara tergugat..."

Keina mengerjapkan matanya saat merasakan pening yang mendera kepalanya tiba-tiba saat mendengar putusan hakim. Suara-suara di sekitarnya seketika terasa kebas, pemandangannya mulai kabur dan terasa berputar-putar.

Ada apa ini? Apa ia terlalu lelah mengurus perceraian mereka hingga merasakan sakit seperti ini? Keina mencoba fokus, namun kepalanya terasa sangat sakit.

Tepat sebelum hakim selesai mengambil putusan, pemandangan Keina seketika menggelap. Untuk sedetik kemudian...

Bruugh! Keina seketika ambruk di tengah-tengah jalannya sidang.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Rifatul Mahmuda
kasihan keina
goodnovel comment avatar
Allyaalmahira
aduuuhh.. pingsan
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Gagal Cerai: Mengandung Benih CEO   Hari Pernikahan Kedua

    "Kau benar-benar akan pergi sekarang? Tanpa melihat pernikahanku terlebih dulu?" rengek Keina kepada Adrian. Hari ini adalah hari dimana Adrian memutuskan untuk melanjutkan perjalanan seperti yang ia sudah ia rencanakan sedari awal. Karena keadaan Alden sudah stabil, ia merasa cukup tenang meninggalkan Keina sendirian sekarang."Bukankah sudah ku bilang, aku tidak akan mau menanggung resiko menangis di hari itu."Keina membrenggutkan wajahnya, ia segera merentangkan tangannya di depan Adrian, "Kalau begitu aku akan memelukmu saja."Adrian tersenyum kecil mendengar ucapan itu, ia segera memeluk Keina dengan erat."Apa aku patung di sini?" timpal Alden yang sedari tadi hanya mengawasi tingkah Adrian dan juga Keina. Matanya menatap tajam ke arah mereka yang malah asyik berpelukan. Sebal melihatnya, Alden segera menarik tubuh mungil Keina untuk menjauh dari jangkauan Adrian, "Sudah hentikan, jika kau terus memeluknya seperti itu, ia akan mengurungkan niatnya kembali untuk pergi.""Astaga

  • Gagal Cerai: Mengandung Benih CEO   Kau Harus Melihat Pernikahan Kami

    Saat mengetahui bahwa Alden yang datang menjenguk dirinya hari ini, raut wajah Clara seketika berubah cerah, ia segera merangsek maju dengan antusias saat sampai di ruang tunggu para tamu."Alden, akhirnya kau menemuiku, bagaimana keadaanmu? Aku sungguh minta maaf karena membuat dirimu celaka tempo hari. Itu karena Keina–""Kau sedang membicarakan aku, Clara?"Kata-kata Clara seketika tergantung begitu saja saat melihat Keina yang ternyata mengikuti langkah Alden dari belakang."Kenapa diam? Lanjutkan saja perkataanmu." ujar Keina dengan tatapan tajam."Dia yang sudah membuat kita seperti ini, Alden. Kau harus mengeluarkan aku dari sini, aku sama sekali tidak bersalah, dia mencoba memisahkan kita.""Astaga wanita ini benar-benar gila." dengus Keina tidak percaya. Setelah semua yang ia lakukan, Clara sama sekali tidak merasa bersalah."Alden katakan sesuatu!" Jerit Clara dengan kesal karena melihat Alden yang hanya terdiam."Kau ingin aku mengatakan sesuatu?"Clara mengangguk kecil, "K

  • Gagal Cerai: Mengandung Benih CEO   Diam atau Aku Akan Menciummu Lagi dan Lagi

    "Tentu saja bodoh! Aku mengingat semuanya, semuanya termasuk rencana pernikahan kita sebelumnya."Keina membekap mulutnya, merasa sangat terharu dengan seluruh keajaiban ini, ia sungguh tidak menyangka akhirnya hari ini datang juga, hari dimana Alden akan kembali mengingat cinta mereka, "Astaga!""Tadi kau bilang apa? Kau mau menjauh dariku setelah ini? Dua kali aku hampir mati untukmu, tapi kau malah mau meninggalkan aku. Kau pikir siapa–"Alden tersentak saat tiba-tiba merasakan bibir Keina yang mengecupnya. Matanya mengerjap sempurna, merasa tidak percaya jika Keina akan melakukan ini.Setelah mengecup bibir Alden selama beberapa menit, Keina menjauhkan dirinya, "Aku senang kau selamat, aku senang kau mengingatku lagi, Alden." ujar Keina dengan berurai air mata. Penantiannya kali ini ternyata mendapat sambutan hangat, Alden akhirnya dapat mengingat dirinya.Alden tersenyum mendengar ucapan Keina, ia mengusap air mata Keina yang masih mengalir, "Aku minta maaf karena membuatmu kesuli

  • Gagal Cerai: Mengandung Benih CEO   Kau Mengingat Semuanya?

    Puas menumpahkan semuanya di dalam bilik toilet, Keina segera bangkit. Perlahan Keina kembali ke ruangan Alden. Keina tersentak saat melihat Audrey dan juga Handika sudah ada di sana, raut wajah bersalah kembali memenuhi hatinya. Keina segera berlari ke arah Audrey hendak menjatuhkan diri untuk berlutut di hadapan kedua figur yang sudah ia anggap sebagai orang tuanya sendiri."Maafkan Keina Ma, sungguh maafkan Keina.""Bangun Keina, apa yang kamu lakukan?"Keina hanya bisa tergugu, ia bangkit dengan air mata yang masih mengalir tiada henti."Keina selalu membuat Alden seperti ini, maafkan Keina.""Sudahlah Sayang, Dokter sudah menangani Alden, kita berdoa saja yang terbaik untuknya. Kamu juga terluka saat ini."Keina mengangkat wajahnya merasa tidak percaya jika Audrey tidak menyalahkan dirinya, Audrey bahkan terlihat lebih tegar dibandingkan dengan saat Alden mengalami kecelakaan saat itu."Mama tidak marah padaku?""Untuk Mama marah? Mama marah pun tidak akan membuat Alden sembuh le

  • Gagal Cerai: Mengandung Benih CEO   Insiden Berdarah Lagi

    "Hentikan!!"Keina yang hampir frustasi dengan keadaannya segera mengangkat wajah saat mendengar teriakan itu. Harapan segera terlihat di sudut matanya, akhirnya Tuhan menjawab do'anya, Alden ada di sana mendobrak pintu gudang dengan tatapan nyalang yang ia berikan.Clara terlihat terkejut, ia tidak menduga akan kehadiran Alden yang berada di sini. Padahal ia sudah melakukan rencana serapi mungkin, tapi kenapa Alden ada di sini?Alden terhenyak melihat keadaan Keina, amarahnya segera naik ke ubun-ubun melihat beberapa pria tengah melecehkan Keina di sana. Baju Keina terlihat sudah compang-camping, dengan amarah yang teramat besar Alden segera menerjang maju ke arah mereka. Pukulan demi pukulan Alden layangkan, merasa tidak terima melihat orang lain menyentuh Keina sesuka hati. Mendengar tangisan Keina yang begitu menyayat membuat bara api di dalam hatinya semakin menyala-nyala. Berani sekali! Berani sekali mereka menyentuh Keina!"Kurang ajar kalian! Kurang ajar! Berani sekali kalian m

  • Gagal Cerai: Mengandung Benih CEO   Tiduri Dia Sampai Kalian Puas!

    Tepat saat Alden merasa sangat frustasi dengan keadaan yang menimpa Keina, ponselnya berdering dengan nyaring. Alden segera mengangkat panggilan itu ternyata itu dari Erik."Bagaimana Erik? Kau menemukan jejak Keina di lokasi terakhir yang aku kirimkan?""Ya Pak, saya juga menemukan mobil yang membawa Nona Keina. Saya akan segera mengirim lokasi terakhir mobil itu ditemukan dengan bantuan orang-orang profesional kita."Mendengar hal itu Alden kembali memantapkan pemikirannya, Alden segera menyalakan mesin mobilnya lalu melihat ke arah pesan Erik. Keningnya berkerut dalam melihat lokasi pesan itu, lokasinya mengarah kepada tempat dimana pabrik makanan yang sudah terbengkalai. Pasti Keina ada di sana. Mata Alden segera berubah dengan yakin, ia harus bisa menemukan Keina secepatnya.****Keina mengerjapkan matanya saat kesadarannya mulai kembali. Ia terhenyak saat matanya menangkap pemandangan di hadapannya. Ruangan tempat ia berada sepertinya merupakan bangunan tua. Rasa pengap dan deb

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status