Share

223. Terjebak

Author: Lil Seven
last update Last Updated: 2025-08-17 08:17:44
“Kamu istriku. Napasmu milikku. Senyummu milikku. Dan tubuhmu…” ia menunduk, berbisik dengan nada berbahaya, “sepenuhnya milikku.”

Ariella menghela napas panjang, menutup mata sejenak untuk meredakan debar jantungnya. “Kalau aku bilang aku ingin punya teman, sekadar berbincang dengan pria lain, kamu juga akan marah?”

Rigen menahan tawa, tapi senyum dingin di wajahnya membuat Ariella tercekat. “Marah?” ia mengulang dengan nada ringan, lalu mendekat hingga bibirnya hampir menyentuh leher Ariella. “Tidak, sayang… aku tidak hanya marah. Aku akan mengikatmu setiap malam, memastikan kau tidak punya tenaga tersisa untuk sekadar menoleh pada pria lain.”

Ariella menelan ludah, tubuhnya merinding. “Itu ancaman, Rigen.”

“Itu janji,” bisiknya, mencium lembut bahunya. “Aku tidak keberatan membuktikannya… mulai sekarang.”

Mata Ariella membulat, buru-buru menepis pelan dada suaminya.

“Tidak! Aku bahkan masih susah bangun, dasar gila.”

Rigen terkekeh, kali ini lebih lembut.

“Hm, kalau
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   230. Keposesifan Rigen

    "Aku tidak bisa gerak, Rigen..." bisik Ariella dengan suara serak, matanya baru terbuka setengah. Dia meringkuk di ranjang, tubuhnya terasa seperti dihantam badai. Rigen, yang sudah rapi dengan kemeja hitamnya, duduk di sisi ranjang sambil menyunggingkan senyum penuh dosa. "Itu karena kamu terlalu manja semalam. Atau mungkin karena kamu tidak bisa menolak aku." Ariella merengut lemah, menarik selimut menutupi wajahnya. "Kamu yang terlalu liar. Itu bukan ronde, itu penyiksaan." "Kalau itu penyiksaan, kenapa kamu berkali-kali minta lebih?" balas Rigen, mencondongkan tubuh, menyingkap selimut, lalu menempelkan bibirnya di leher Ariella. "Hmm?" Ariella mendesah pelan, tangannya menekan dada bidang Rigen. "Jangan mulai lagi... aku bahkan tidak bisa berdiri." "Kalau kamu tidak bisa berdiri, aku bisa menggendongmu. Masalah selesai," bisik Rigen, menggigit kecil kulit sensitif di bawah telinganya. Ariella memukul pelan bahunya. "Kamu gila. Kamu pikir aku ini mainan?" Rigen m

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   229. Sisi Bucinku

    “Rigen… aku… aku tidak tahan lagi…” Sambil memohon, Ariella terisak kecil. “Bertahanlah untukku,” jawab Rigen serak, keringat membasahi pelipisnya. “Aku belum puas, Sayang.” Ariella merasakan tubuhnya makin lemah, pandangannya berkunang, sementara Rigen terus menghajar setiap batas yang ia punya. Hingga akhirnya, tubuh wanita itu benar-benar lemas, napasnya tak beraturan. “R-Rigen… aku… pusing…” suaranya pelan, nyaris hilang. Rigen menahan gerakannya, menatap wajah istrinya yang pucat. “Riel?” Tubuh Ariella terkulai, matanya terpejam, tak kuat lagi. Seketika ekspresi dingin Rigen berubah. Ia mengumpat pelan, lalu mengangkat tubuh istrinya dengan hati-hati. “Sial… aku terlalu jauh.” Dengan lembut ia menggendong Ariella menuju kamar mandi. Tangannya yang tadi penuh hasrat kini berubah hati-hati, membersihkan tubuh istrinya dengan handuk hangat. Sesekali ia berhenti, menatap wajah pucat Ariella yang terlelap. “Kamu benar-benar gila membuatku kehilangan kendali seperti

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   228. Disini Ada Aku

    “Apa kau tidak lelah, Rigenn?” Suara Ariella memecah kesunyian malam itu. Ia menoleh pada suaminya yang sedang duduk di tepi ranjang, menatap gelas anggur di tangannya tanpa minat. Rigen mengangkat wajah, menahan seulas senyum tipis. “Lelahku hilang begitu melihatmu, Sayang,” balasnya, nada tenangnya begitu kontras dengan dingin yang masih menggantung di tubuhnya. “hmmm, kamu selalu pandai berbohong,” sahut Ariella, merengut, tapi jemarinya tetap meraih lengan Rigen, seolah mencari kehangatan yang ia butuhkan. “Tapi tanganku bisa merasakan… dingin sekali.” Rigen menahan napas sejenak, kemudian menyentuh pipi istrinya dengan telapak tangan yang masih menyisakan bekas samar merah. “Kamu ingin tahu kenapa tanganku dingin?” Ariella mengangguk, matanya penuh selidik. “Karena aku merindukan hangatmu terlalu lama,” ucap Rigen, suaranya serak, seperti menyembunyikan banyak hal. Ariella menunduk, lalu menghela napas. “Kamu semakin menutup dirimu, Rigen. Aku tidak suka. Aku ing

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   227. Aku Monster

    “Aku dengar pintu baru saja terbuka… Rigen, itu kamu?” Suara Ariella terdengar dari ruang tengah. Rigen berdiri di ambang pintu, jas hitamnya masih berlumur noda darah yang belum sempat ia bersihkan. Ia menatap tangannya sendiri sejenak, lalu menghela napas dalam, berusaha menyingkirkan dinginnya medan eksekusi dari wajahnya. “Iya, ini aku.” Suaranya datar, tapi ia segera memaksakan senyum tipis. “Kamu masih belum tidur, hm?” tanyanya dengan suara lembut kepada sang istri. Ariella bangkit dari sofa, berjalan cepat menghampirinya. “Aku menunggumu, Rigen. Kamu bilang hanya keluar sebentar, tapi lihat jam sekarang… Kau pulang hampir subuh.” Matanya menelusuri wajah suaminya yang kelelahan. “Apa yang terjadi?” tanyanya dengan penuh selidik. Rigen meraih tangannya dan menuntunnya menjauh dari pintu. “Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan, Riel. Urusan bisnis yang sedikit… berantakan.” Ariella mengernyit, berhenti melangkah.“Berantakan? Rigen, lenganmu berdarah—” cecarnya, s

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   226. Singkirkan Nadia!

    “Aku tidak mengerti lagi denganmu, Rigen….” Ariella menatap ke arah pria itu, tetapi yang ia dapat hanyalah punggung kokoh yang berdiri di depan jendela besar. Siluetnya dipeluk cahaya malam, dingin, tak terjangkau. “Kenapa setiap hari rasanya kamu semakin jauh? Bukankah kita sudah sepakat untuk jujur satu sama lain?” Rigen tak langsung menoleh. Jemarinya mengetuk ringan bingkai jendela, seolah menghitung waktu. “Aku tidak pernah berbohong padamu, Ariella. Hanya saja… ada hal-hal yang tak seharusnya kamu tahu.” Suaranya berat, penuh kendali, namun menyisakan jurang yang tak mampu dijembatani oleh sang istri. Hati Ariella mencelos. Dulu, ia terbiasa dengan sifat Rigen yang dingin dan mendominasi, tapi setelah semua keintiman yang mereka bagi, setelah malam-malam penuh cinta dan bisikan janji, jarak ini terasa seperti pengkhianatan. “Kalau begitu,” ucap Ariella, melangkah mendekat, suaranya bergetar, “apa arti semua yang kita lalui? Apa kamu masih menganggapku hanya seb

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   225. Dihasut

    Ariella menatap wajah Nadia yang tersenyum ramah di hadapannya. Perempuan itu seolah menjadi tempat curhat yang sempurna. Setiap kata-katanya lembut, penuh perhatian, dan membuat Ariella merasa aman. Sesuatu yang jarang ia dapatkan dari orang lain—apalagi di tengah dunia penuh intrik yang dijalani Rigen. “Aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana, Nad,” ucap Ariella lirih sambil menggenggam cangkir teh hangat di tangannya. “Kadang aku merasa terlalu terkurung… Rigen selalu melindungiku, tapi aku juga ingin punya ruang untuk diriku sendiri.” Nadia mengangguk pelan, sorot matanya penuh pengertian. “Aku mengerti. Lelaki sekuat dan sedingin dia pasti punya cara sendiri dalam menunjukkan kasih sayang. Tapi kau tetap seorang istri, Riel. Kau berhak merasa bebas, berhak memilih kepada siapa kau ingin berbagi cerita. Setidaknya… padaku.” Ucapan itu membuat Ariella tersenyum tipis. Ada kelegaan yang menenangkan dalam dirinya. Tanpa sadar, dia semakin membuka hati, membiarkan Nadi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status