Waktu menunjukkan pukul tujuh pagi. Bulu mata lentik Bella mulai mengerjap disusul dengan terbukanya sepasang kelopak mata. Persendian dan otot-otot gadis itu terasa lebih segar dan nyaman setelah tidur semalam.
Suasana pagi yang menyenangkan dan berbeda dengan hari-hari Bella sebelumnya. Sebab, kala Bella tinggal di kediaman Miss Dorothy dan menempati kamar bawah tangga, gadis itu selalu terbangun akibat kebisingan dari injakan kaki yang dilakukan oleh Barbara.
'Aku tidak pernah merasa senyaman ini. Apakah karena kasur ini memiliki kualitas terbaik?' batin Bella dengan tubuh yang masih enggan untuk terbangun. Bibir ranumnya tersenyum cerah. Sebab, gadis itu ingin mengawali hari secerah senyumannya. Wajah cantik gadis itu memancarkan aura penuh semangat.
Tak lama, Bella sedikit membuka selimut yang melilit tubuhnya kemudian mendudukkan bokong di atas tempat tidur. Kedua tangannya merentang untuk melakukan peregangan. Hari ini Bella tidak ada gilir
Royal Luc Penthouse nomor enam puluh empat, bukan enam puluh sembilan. Pablo dan Emma kini telah berada di dalam kamar tersebut bersama Bella yang tidak lain adalah sang empunya. Pablo yang berdiri dengan kepala menunduk di hadapan Bella yang sedang terduduk, serta Emma yang tengah berjalan berkeliling untuk melihat-lihat ruang di dalam apartemen."Jadi, mengapa kau tidak mengatakan jika apartemen ini milik Glenn Lucas?" tanya Bella dengan menampilkan raut wajah tidak suka mengenai kenyataan tersebut. Netranya menatap tajam Pablo yang sejak tadi hanya berdiri mematung sembari menundukkan kepala."Ehm ... kupikir hal itu juga tidak penting untukmu, Bella. Sebab yang kupikirkan hanya harga murah yang ditawarkan oleh managernya." Pablo memanyunkan bibir dengan bola mata mengedar tak tentu arah. "Bahkan, yang kutahu hanya orang-orang tertentu atas ijin Glenn saja yang bisa menempati penthouse di lantai ini. Sebab menurut kabar yang kudengar, di lantai ini juga terdapat kam
Menaiki taksi di jalanan La Serenissimo, tempat di mana Royal Luc Penthouse berada. Bella tengah menatap keluar jendela mobil sembari menikmati pemandangan yang ada. Venesia terlihat begitu cantik dan unik. Terlebih jika musim dingin telah usai, keindahan kota di atas air itu semakin terlihat nyata."Kita sudah sampai, Nona," ujar supir taksi seraya menoleh ke belakang, menatap Bella.Bella tersenyum kemudian mengambil beberapa lembar dolar untuk diberikan pada sang supir. Setelahnya, gadis itu segera beranjak dan keluar dari mobil.Mengenakan penutup kepala jaket bulu yang ia kenakan, Bella meletakkan sepasang jemari tangannya yang telanjang ke dalam saku jaket tersebut. Gadis itu lupa mengenakan sarung tangan untuk menghangatkan tubuh. Sementara langkahnya terus berjalan menyusuri jalanan bersalju.Bella melewati rumah-rumah bergaya klasik, sebuah coffe shop, bahkan penjual barang antik di jalan. Bangunan-bangunan klasik tersebut juga tertut
"Pollux ...." Bella menggumam rendah, tetapi masih bisa didengar oleh pria paruh baya yang ada di seberangnya. Hanya meja kayu mahoni berbentuk bulat dan berukuran cukup besar yang memisahkan mereka.Pollux yang sebelumnya sibuk dengan buku yang sedang ia baca, seketika menatap ke depan sembari membenarkan kacamata, "Nona Bella?" Pria itu memastikan jika yang ia lihat adalah Bella.Bella tersenyum tipis, "Ya, kebetulan sekali melihatmu di sini. Apa kau sering datang ke sini?""Benar, Nona. Saya sering mengunjungi tempat ini karena Benito adalah teman lama saya," jelas Pollux yang ternyata teman lama dari pria paruh baya penjaga perpustakaan toko tersebut.Bella mengangguk pelan, "Buku apa yang sedang kau baca, Tuan Pollux?" tanya Bella untuk memecah kecanggungan."Mmm ... Dark Places," jawab Pollux seraya menunjukkan sampul buku yang ia baca."Gillian Flynn?" Bella memekik antusias."Ya. Apakah Anda tidak menganggap saya aneh?"
Sepatu hak tinggi berwarna merah maroon yang dikenakan Bella keluar dari pintu mobil dan menapaki karpet merah. Dengan penuh percaya diri, Bella berjalan di samping Emma seolah berada di atas catwalk. Tiada henti bibir merah Bella mengulas senyuman menawan yang ditujukan pada kamera para wartawan.Sementara cahaya flash kamera dan suara bidikan itu terus menghujani Bella dan Emma yang tengah melangkah di sepanjang tergelarnya karpet merah. Karpet itu akan membawa dua gadis cantik tersebut ke dalam gedung, tempat diadakannya gala premiere.Hingga akhirnya, sampailah mereka di dalam sebuah ruangan yang telah dipadati oleh para artis dan petinggi-petinggi penting. Bahkan, beberapa penggemar VIP dan beberapa wartawan terpilih juga ada di dalamnya. Mereka yang hadir terlebih dahulu telah duduk seraya menghadap ke sebuah layar besar yang akan menampilkan sebuah cuplikan film.Bella berjalan menuju kursi kosong yang telah disediakan untuknya beserta beberapa pema
Suara gemericik air menggema di dalam toilet ruangan pribadi yang ada di dalam gedung gala premiere. Glenn tengah mencuci telapak tangannya setelah selesai mengganti pakaian. Setelan jas yang dikenakan Glenn sebelumnya telah ternoda lantaran terkena lemparan telur yang mendarat tepat di bagian punggungnya. Sementara di balik pintu ruangan, Bella sedang menggigit bibir bawahnya. Otak cantik gadis itu sedang berperang untuk memutuskan masuk ke dalam ruangan tersebut atau tidak. Di sisi lain, nurani gadis itu terus menggelitik seolah mendorongnya untuk segera masuk. Bella harus berterima kasih sebab karena bantuan Glenn, ia berhasil keluar dari situasi genting yang ia alami beberapa saat yang lalu. Dengan memberanikan diri, Bella akhirnya memutuskan untuk mengetuk pintu. Sebuah jawaban dengan suara bariton yang berkata 'masuk' seketika terdengar. Suara tersebut adalah suara berat terseksi yang pernah Bella dengar. Membuka pintu, Bella melihat Glenn yang sedang berdiri d
Bella baru saja selesai melakukan adegan syuting di mana ia berperan sebagai seorang sekretaris dari Bos yang tidak lain adalah musuh bebuyutannya sendiri. Kini, gadis itu tengah berada di dalam ruang ganti untuk menanggalkan kostum sekretaris seksi yang ia kenakan dan menggantinya dengan pakaian casual yang biasa ia gunakan.Keluar dari bilik ruang ganti, Bella kemudian menghapus riasan wajah yang cukup tebal di bawah kucuran air wastafel dan di depan cermin berukuran besar. Tak lama, beberapa pemain figuran wanita masuk ke dalam ruang ganti untuk merapikan dandanan mereka.Bella yang masih membersihkan wajah tanpa sadar sedang diperhatikan oleh beberapa pemain figuran tersebut dengan menampilkan raut wajah tidak suka dan tatapan mata laser. Namun, setelah sadar sedang diperhatikan, Bella pun menoleh ke belakang dan memberikan seraut wajah datar pada mereka yang sedang melihatnya.Gadis-gadis itu justru membuang wajah ke sembarang arah dan tidak mem
Bella membuka pintu sebuah ruangan dan menatap sosok Glenn yang sedang terduduk di atas sofa. Kaki jenjang pria itu diselonjorkan di atas meja bak seorang Raja. Sementara dengan memasang seraut wajah datar, Glenn juga menatap Bella yang hanya bergeming dan berdiri di balik pintu."Apa kau memanggilku?" tanya Bella untuk memecah keheningan di dalam ruangan."Ya, kemarilah."Bella melangkah mendekat tanpa bisa menyembunyikan air muka kesal di wajahnya. Bayangan beef pasta yang berakhir sia-sia membuatnya merasa geram. Bella tidak habis pikir jika pria itu selalu berhasil membuat kekesalan merasuk dan memenuhi kepalanya. Setelah berdiri tidak jauh dari pria itu, Bella kembali membuka suara, "Apakah kau sedang membutuhkan jasa seorang pelayan saat ini?"Glenn mengangguk santai, "Ya, hari ini adalah hari keduamu menjadi pelayanku."Bella merotasi bola matanya, "Baiklah, sekarang apa yang kau butuhkan? Apakah sebuah pijatan kecil di kakimu?" Netra cokela
"Benarkah dia berkata seperti itu?" tanya Emma pada Bella yang sedang duduk di sebelah kursinya.Bella menggeram rendah, "Ya, Emma! Kurasa pria itu memang benar-benar seorang psikopat mesum yang gila! Bagaimana bisa setiap kalimat yang keluar dari mulutnya terdengar begitu gila dan selalu membuatku tercengang? Urgh, mengerikan!" Tidak ada hentinya Bella menggerutu dengan wajah serius. Hanya tampak kekesalan di raut wajahnya saat ini."Astaga! Aku benar-benar ingin mencuci mulut dan otaknya dengan sabun antimesum jika ada," sambung Bella sembari menempelkan stiker kecil pada buah-buah jeruk impor di atas meja.Sepulang dari syuting, Bella tidak segera menuju apartemen. Gadis itu mengunjungi toko buah Emma dan menceritakan semua hal yang terjadi seharian ini. Termasuk hal mencengangkan yang ia alami kala mendapat jamuan makan tidak terduga dengan Glenn. Bella belum merasa puas dan tidak bisa tidur nyenyak jika belum menceritakannya pada Emma.Jemari l