"Pollux ...." Bella menggumam rendah, tetapi masih bisa didengar oleh pria paruh baya yang ada di seberangnya. Hanya meja kayu mahoni berbentuk bulat dan berukuran cukup besar yang memisahkan mereka.
Pollux yang sebelumnya sibuk dengan buku yang sedang ia baca, seketika menatap ke depan sembari membenarkan kacamata, "Nona Bella?" Pria itu memastikan jika yang ia lihat adalah Bella.
Bella tersenyum tipis, "Ya, kebetulan sekali melihatmu di sini. Apa kau sering datang ke sini?"
"Benar, Nona. Saya sering mengunjungi tempat ini karena Benito adalah teman lama saya," jelas Pollux yang ternyata teman lama dari pria paruh baya penjaga perpustakaan toko tersebut.
Bella mengangguk pelan, "Buku apa yang sedang kau baca, Tuan Pollux?" tanya Bella untuk memecah kecanggungan.
"Mmm ... Dark Places," jawab Pollux seraya menunjukkan sampul buku yang ia baca.
"Gillian Flynn?" Bella memekik antusias.
"Ya. Apakah Anda tidak menganggap saya aneh?"<
Sepatu hak tinggi berwarna merah maroon yang dikenakan Bella keluar dari pintu mobil dan menapaki karpet merah. Dengan penuh percaya diri, Bella berjalan di samping Emma seolah berada di atas catwalk. Tiada henti bibir merah Bella mengulas senyuman menawan yang ditujukan pada kamera para wartawan.Sementara cahaya flash kamera dan suara bidikan itu terus menghujani Bella dan Emma yang tengah melangkah di sepanjang tergelarnya karpet merah. Karpet itu akan membawa dua gadis cantik tersebut ke dalam gedung, tempat diadakannya gala premiere.Hingga akhirnya, sampailah mereka di dalam sebuah ruangan yang telah dipadati oleh para artis dan petinggi-petinggi penting. Bahkan, beberapa penggemar VIP dan beberapa wartawan terpilih juga ada di dalamnya. Mereka yang hadir terlebih dahulu telah duduk seraya menghadap ke sebuah layar besar yang akan menampilkan sebuah cuplikan film.Bella berjalan menuju kursi kosong yang telah disediakan untuknya beserta beberapa pema
Suara gemericik air menggema di dalam toilet ruangan pribadi yang ada di dalam gedung gala premiere. Glenn tengah mencuci telapak tangannya setelah selesai mengganti pakaian. Setelan jas yang dikenakan Glenn sebelumnya telah ternoda lantaran terkena lemparan telur yang mendarat tepat di bagian punggungnya. Sementara di balik pintu ruangan, Bella sedang menggigit bibir bawahnya. Otak cantik gadis itu sedang berperang untuk memutuskan masuk ke dalam ruangan tersebut atau tidak. Di sisi lain, nurani gadis itu terus menggelitik seolah mendorongnya untuk segera masuk. Bella harus berterima kasih sebab karena bantuan Glenn, ia berhasil keluar dari situasi genting yang ia alami beberapa saat yang lalu. Dengan memberanikan diri, Bella akhirnya memutuskan untuk mengetuk pintu. Sebuah jawaban dengan suara bariton yang berkata 'masuk' seketika terdengar. Suara tersebut adalah suara berat terseksi yang pernah Bella dengar. Membuka pintu, Bella melihat Glenn yang sedang berdiri d
Bella baru saja selesai melakukan adegan syuting di mana ia berperan sebagai seorang sekretaris dari Bos yang tidak lain adalah musuh bebuyutannya sendiri. Kini, gadis itu tengah berada di dalam ruang ganti untuk menanggalkan kostum sekretaris seksi yang ia kenakan dan menggantinya dengan pakaian casual yang biasa ia gunakan.Keluar dari bilik ruang ganti, Bella kemudian menghapus riasan wajah yang cukup tebal di bawah kucuran air wastafel dan di depan cermin berukuran besar. Tak lama, beberapa pemain figuran wanita masuk ke dalam ruang ganti untuk merapikan dandanan mereka.Bella yang masih membersihkan wajah tanpa sadar sedang diperhatikan oleh beberapa pemain figuran tersebut dengan menampilkan raut wajah tidak suka dan tatapan mata laser. Namun, setelah sadar sedang diperhatikan, Bella pun menoleh ke belakang dan memberikan seraut wajah datar pada mereka yang sedang melihatnya.Gadis-gadis itu justru membuang wajah ke sembarang arah dan tidak mem
Bella membuka pintu sebuah ruangan dan menatap sosok Glenn yang sedang terduduk di atas sofa. Kaki jenjang pria itu diselonjorkan di atas meja bak seorang Raja. Sementara dengan memasang seraut wajah datar, Glenn juga menatap Bella yang hanya bergeming dan berdiri di balik pintu."Apa kau memanggilku?" tanya Bella untuk memecah keheningan di dalam ruangan."Ya, kemarilah."Bella melangkah mendekat tanpa bisa menyembunyikan air muka kesal di wajahnya. Bayangan beef pasta yang berakhir sia-sia membuatnya merasa geram. Bella tidak habis pikir jika pria itu selalu berhasil membuat kekesalan merasuk dan memenuhi kepalanya. Setelah berdiri tidak jauh dari pria itu, Bella kembali membuka suara, "Apakah kau sedang membutuhkan jasa seorang pelayan saat ini?"Glenn mengangguk santai, "Ya, hari ini adalah hari keduamu menjadi pelayanku."Bella merotasi bola matanya, "Baiklah, sekarang apa yang kau butuhkan? Apakah sebuah pijatan kecil di kakimu?" Netra cokela
"Benarkah dia berkata seperti itu?" tanya Emma pada Bella yang sedang duduk di sebelah kursinya.Bella menggeram rendah, "Ya, Emma! Kurasa pria itu memang benar-benar seorang psikopat mesum yang gila! Bagaimana bisa setiap kalimat yang keluar dari mulutnya terdengar begitu gila dan selalu membuatku tercengang? Urgh, mengerikan!" Tidak ada hentinya Bella menggerutu dengan wajah serius. Hanya tampak kekesalan di raut wajahnya saat ini."Astaga! Aku benar-benar ingin mencuci mulut dan otaknya dengan sabun antimesum jika ada," sambung Bella sembari menempelkan stiker kecil pada buah-buah jeruk impor di atas meja.Sepulang dari syuting, Bella tidak segera menuju apartemen. Gadis itu mengunjungi toko buah Emma dan menceritakan semua hal yang terjadi seharian ini. Termasuk hal mencengangkan yang ia alami kala mendapat jamuan makan tidak terduga dengan Glenn. Bella belum merasa puas dan tidak bisa tidur nyenyak jika belum menceritakannya pada Emma.Jemari l
"Sejak kapan kau ada di sini, Aaron?" tanya Bella yang sudah berdiri di dekat Aaron dan Emma. "Ehm, baru saja, Bella. Tadi Aaron tidak sengaja melihatku kesulitan dan hanya berusaha menolongku." Emma tiba-tiba menyahut dan menjelaskan dengan ekspresi sedikit panik. Entah mengapa Emma merasa takut jika Bella menjadi salah paham padanya. Namun, ekspresinya yang tidak biasa justru membuat Bella mengernyit bingung, "Well, apakah kau sudah selesai, Emma? Maafkan aku yang justru sibuk dengan ponselku. Pablo tiba-tiba menelepon. Apa tadi kau kesulitan karena aku?" Emma menggeleng, "Tidak, Bella. Tadi Aaron juga sempat membantuku memindahkan box." Bella beralih menatap Aaron, "Terima kasih banyak, Aaron." Aaron terkekeh, "Mengapa kalian berdua harus berterima kasih berkali-kali seperti itu? Aku sama sekali tidak melakukan apapun." "Ya, bahkan jika itu adalah orang lain yang tidak kau kenal, maka kau juga akan tetap membantunya bukan? Jangankan
Di salah satu sudut ruangan tempat para kru beristirahat. Bella sedang duduk sendiri dan mempelajari naskah. Sementara tidak jauh dari Bella berada, terdapat tiga orang gadis dengan pakaian kantor tengah berkasak-kusuk sambil memandangi Bella dari kejauhan.Mereka baru saja menyelesaikan syuting sebagai karyawan yang tugasnya hanya duduk di depan meja komputer. Tidak ada dialog dan adegan khusus yang diberikan. Hanya figuran pengisi ruangan. Ya, mereka juga merupakan tiga orang gadis yang sama dengan gadis sebelumnya kala di ruang ganti dan membuat berbagai opini tentang Bella.Kini, tatapan sinis yang didasari rasa iri mereka berikan. Salah satu dari mereka sedang membawa ponsel dan melihat media sosial yang memberitakan tentang Bella. Meskipun media telah berhasil dibungkam, tetapi tetap saja ada yang dinamakan dengan kebocoran. Terkadang, berita dan rumor memang sulit untuk dikendalikan."Lihatlah! Aku suka sekali dengan komentar-komentar yang ada di sini," u
Setelah menyelesaikan beberapa urusan di LV Company, Glenn kembali ke lokasi syuting. Pukul tiga sore, waktu di mana jam makan siang tentu saja sudah terlewatkan. Namun, Glenn tetap duduk di ruangannya dengan berbagai macam hidangan lezat yang telah disiapkan di atas meja.Tak lama, terdengar suara pintu berderit. Pertanda seseorang telah membukanya dari luar. Terlihat sebuah kepala menyembul dengan rambut golden brown panjang yang menjuntai sembari mengintip Glenn di dalam ruangan.Siapa lagi yang berani menampakkan diri dengan posisi menggelikan seperti itu di ranah Glenn jika bukan Bella Marlene? Gadis yang membuka pintu tanpa mengetuknya terlebih dahulu itu seketika menegakkan tubuh kala netra biru Glenn menatapnya.Berdiri di ambang pintu, Bella hanya berdeham, "Mmm ... maafkan aku. Kukira kau tidak datang," ujar Bella yang menampilkan seraut wajah kaku dan tersenyum canggung. "Apa kau baru saja memanggilku, Yang Mulia?" tanya Bella masih dengan memak