Beranda / Romansa / Gairah Cinta CEO dan Peramalnya / Bab 115: Jadwal Baru, Tantangan Baru

Share

Bab 115: Jadwal Baru, Tantangan Baru

Penulis: Aurelia Rahmani
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-10 19:53:38

Reza datang menghampiri, mengenakan kemeja linen abu muda yang senada dengan nuansa interior Ruang Harmoni. Tatapannya penuh kekaguman saat melihat Anya. “Kamu cantik sekali hari ini,” bisiknya lembut.

Acara pembukaan dimulai pukul 10 pagi. Undangan yang hadir tidak hanya teman dekat dan keluarga, tetapi juga mantan klien Anya yang pernah merasakan manfaat dari sesi konsultasi dengannya. Beberapa tokoh di bidang pengembangan diri dan spiritualitas pun hadir, termasuk Guru Adarma yang telah menjadi mentor Anya selama ini.

Ruang utama dipenuhi wewangian lembut lavender dan suara musik instrumental yang menenangkan. Di dinding, terpampang tulisan “Tempat bertumbuh dalam ketenangan, ruang menemukan kembali diri sendiri.”

Anya memulai acara dengan pidato singkat. Suaranya jernih dan penuh ketulusan.

“Ruang Harmoni lahir dari perjalanan batin saya, perjalanan menemukan ketenangan setelah badai kehidupan. Tempat ini kami dedikasikan untuk siapa pun yang ingin menemukan kembali dirinya sendir
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 115: Jadwal Baru, Tantangan Baru

    Reza datang menghampiri, mengenakan kemeja linen abu muda yang senada dengan nuansa interior Ruang Harmoni. Tatapannya penuh kekaguman saat melihat Anya. “Kamu cantik sekali hari ini,” bisiknya lembut.Acara pembukaan dimulai pukul 10 pagi. Undangan yang hadir tidak hanya teman dekat dan keluarga, tetapi juga mantan klien Anya yang pernah merasakan manfaat dari sesi konsultasi dengannya. Beberapa tokoh di bidang pengembangan diri dan spiritualitas pun hadir, termasuk Guru Adarma yang telah menjadi mentor Anya selama ini.Ruang utama dipenuhi wewangian lembut lavender dan suara musik instrumental yang menenangkan. Di dinding, terpampang tulisan “Tempat bertumbuh dalam ketenangan, ruang menemukan kembali diri sendiri.”Anya memulai acara dengan pidato singkat. Suaranya jernih dan penuh ketulusan.“Ruang Harmoni lahir dari perjalanan batin saya, perjalanan menemukan ketenangan setelah badai kehidupan. Tempat ini kami dedikasikan untuk siapa pun yang ingin menemukan kembali dirinya sendir

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 114: Bulan Madu dan Rencana Masa depan

    Setelah pesta pernikahan yang hangat dan penuh tawa, Anya dan Reza memulai babak baru dalam kehidupan mereka dengan perjalanan bulan madu. Mereka memilih tempat yang sederhana namun tenang: sebuah villa kecil di kawasan pegunungan yang dikelilingi hamparan kebun teh dan hutan pinus. Tempat itu jauh dari hiruk-pikuk kota, memberikan ketenangan yang mereka butuhkan setelah perjalanan panjang yang penuh liku.Perjalanan menuju villa memakan waktu beberapa jam dengan mobil. Sepanjang jalan, Reza sesekali melirik Anya yang duduk di sebelahnya. Wajah Anya tampak damai, rambutnya ditiup lembut angin dari jendela yang sedikit terbuka."Terima kasih sudah mau ikut aku ke tempat sederhana ini," kata Reza sambil tersenyum.Anya menoleh dan membalas senyum itu. "Kebahagiaan kita bukan soal kemewahan tempatnya, tapi siapa yang menemani. Selama bersamamu, di mana pun aku merasa nyaman."Setibanya di villa, pemandangan yang mereka lihat melebihi ekspektasi. Kabut tipis menyelimuti lereng gunung, aro

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 113: Persiapan Pernikahan yang Penuh Harapan

    Dua minggu setelah Bintang ditahan, kehidupan Anya dan Reza mulai kembali normal. Tidak ada lagi ancaman, tidak ada lagi bayang-bayang masa lalu yang menghantui mereka. Kali ini, mereka bisa benar-benar fokus mempersiapkan pernikahan mereka yang tinggal dua bulan lagi.Pagi itu, Anya dan Reza mengunjungi wedding organizer yang sudah mereka pilih sebelumnya.“Jadi konsepnya tetap intimate garden party, ya, Mbak Anya, Mas Reza?” tanya Maya, wedding planner mereka.“Iya, tamunya nggak banyak, hanya keluarga dan teman dekat saja,” jawab Anya sambil tersenyum. Ia merasa hatinya ringan. Tidak ada lagi rasa was-was.Reza merangkul bahu Anya.“Yang penting kita nyaman dan bisa menikmati hari itu.”Hari-hari mereka diisi dengan memilih undangan, mencicipi menu catering, mencoba gaun dan jas, serta memotret prewedding di Bandung. Anya merasa sangat bahagia, karena semua proses berjalan lancar dan penuh dukungan dari orang-orang terdekat.Suatu sore, Reza membawa Anya ke sebuah galeri seni kecil

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 112: Musuh dalam Selimut

    Dita mengangguk lemah. “Baik, aku akan bantu. Aku berikan semua data dan kontak mereka.”Setelah pertemuan itu, Anya dan Reza berjalan pulang berdua. Anya bersandar di bahu Reza, merasa lega karena pengkhianatan itu mulai terkuak.“Untung ada Rio,” gumam Anya pelan.Reza menoleh, sedikit cemburu tapi tersenyum.“Iya… Rio memang selalu ada untuk kamu. Tapi ingat, aku yang akan jadi suami kamu,” ucap Reza sambil mengecup pelipis Anya lembut.Anya tersenyum.“Iya, aku nggak lupa…”Di kejauhan, dari balik jendela kafe, Rio memperhatikan mereka. Hatinya perih, namun ia tetap tersenyum.“Yang penting dia bahagia…” bisiknya pada dirinya sendiri.Namun, rencana Arman belum berakhir — dan mereka harus bersiap untuk ancaman berikutnya.***Seminggu setelah pengakuan Dita, suasana kembali tenang. Persiapan pernikahan Anya dan Reza berjalan lancar, bahkan lebih rapi sejak Rio membantu mengamankan sistem dan daftar tamu. Namun ketenangan itu tak bertahan lama.Pagi itu, Reza menerima sebuah amplop

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 111: Pengkhianatan yang Terungkap

    Anya masih terdiam setelah mendengar peringatan dari Reza. Suasana di kafe yang tadinya hangat mendadak terasa mencekam dalam pikirannya.“Aku nggak ngerti, Za… aku cuma bicara soal dekorasi dan dia minta sesi konsultasi. Sepertinya nggak ada yang aneh,” ucap Anya, masih mencoba mencerna semuanya.Reza menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya agar tidak menakut-nakuti Anya.“Aku sudah cek latar belakang Yusuf. Dia punya rekam jejak yang nggak bersih, dan aku curiga dia nggak cuma urus dekorasi. Bisa jadi dia bagian dari orang yang nggak suka sama kita atau mau ganggu pernikahan kita.”Anya menelan ludah, dadanya berdebar. Ingatan tentang El dan ancaman dari masa lalu kembali terlintas.“Kamu pikir ini ada hubungannya dengan yang dulu?” bisiknya.Reza meraih tangan Anya, menggenggamnya hangat.“Nggak usah takut. Selama aku ada, nggak akan ada yang bisa sentuh kamu. Kita sudah lewati banyak hal. Aku janji, aku akan lindungi kamu… sampai kapan pun,” ucapnya mantap.Anya mengang

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 110: Rencana Jahat di Balik Tirai

    Beberapa hari setelah Reza menceritakan semuanya pada Anya, suasana hati mereka mulai membaik. Mereka tetap fokus dengan persiapan pernikahan yang tinggal hitungan minggu. Undangan sudah disebar, katering sudah dipilih, bahkan pengajian menjelang pernikahan sudah direncanakan bersama keluarga besar.Namun pagi itu, saat Reza membuka pintu apartemennya, sebuah amplop coklat tanpa nama tergeletak di depan. Ia membukanya dengan hati-hati. Di dalamnya ada foto-foto dirinya bersama Anya, lengkap dengan tulisan tangan berwarna merah:“Kalau pernikahan ini tetap dilanjutkan, bersiaplah kehilangan semuanya.”Reza meremas amplop itu, rahangnya mengeras.“Arman benar-benar serius…”Ia segera menelepon Rio.“Rio, gue dapet ancaman lagi. Dia makin berani.”Tak lama, Rio datang ke apartemen Reza. Mereka duduk sambil memeriksa foto-foto itu.“Ini udah nggak main-main, Za. Kita harus lapor polisi atau sewa pengamanan khusus buat acara nikah nanti,” usul Rio.Reza mengangguk, tapi sebelum ia menjawab

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 109: Batas Kesabaran Reza

    “Anya, lama nggak ketemu ya. Aku denger-denger kamu mau nikah… Tapi kalau ada apa-apa, kamu selalu bisa cerita sama aku, kan?” ucap Dimas sambil tersenyum dengan tatapan tajam ke arah Reza.Reza memperhatikan dengan tenang, namun dalam hati ia mulai waspada. Ia tak ingin ada gangguan dari masa lalu yang merusak hubungan mereka. Setelah pertemuan keluarga selesai, Reza dan Anya sempat bicara di perjalanan pulang.“Za, jangan salah paham ya. Dimas memang dari dulu suka sok perhatian begitu. Aku anggap dia cuma sepupu dan teman,” ujar Anya menenangkan.Reza mengangguk pelan.“Aku ngerti, sayang. Aku percaya sama kamu. Kita fokus ke persiapan kita aja ya.”Walau begitu, diam-diam Reza memutuskan akan lebih waspada pada Dimas. Ia tak ingin calon istrinya diganggu oleh siapa pun. Hubungan mereka sudah terlalu jauh untuk digoyahkan.Perjalanan ke Bandung mempererat hubungan kedua keluarga. Semua sepakat untuk menggelar akad nikah di Jakarta, dilanjutkan dengan resepsi sederhana namun hangat.

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 108: Lamaran Resmi di Hadapan Keluarga

    Dua minggu setelah kejadian di pelabuhan, suasana rumah keluarga Anya penuh kehangatan. Hari itu, Reza dan keluarganya datang bersilaturahmi secara resmi ke rumah orang tua Anya. Bukan sekadar kunjungan biasa — tapi lamaran yang sudah lama dinanti.Anya mengenakan kebaya pastel lembut, rambutnya disanggul sederhana. Senyumnya tak pernah lepas sejak pagi. Reza, dengan batik elegan, duduk berdampingan dengan orang tuanya. Hatinya berdebar, namun wajahnya tetap tenang.Ayah Anya membuka percakapan dengan suara hangat, “Reza, niat baikmu kami hargai. Apalagi kami sudah melihat sendiri bagaimana kamu menjaga dan menyayangi Anya selama ini.”Reza mengangguk hormat.“Pak, Bu… saya datang ke sini dengan niat serius. Saya ingin melamar Anya, membangun rumah tangga bersama, dan membahagiakannya seumur hidup.”Ibunda Anya tersenyum haru. Anya menunduk malu, pipinya merona.Ayah Anya memandang putrinya, lalu kembali menoleh pada Reza.“Kalau Anya sudah mantap dengan pilihan hatinya, kami restui.”

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 107: Janji dalam Badai yang Mengancam

    Mata Anya menajam. Luka pengkhianatan terasa menyesakkan.“Kamu… kamu tega ngelakuin itu ke aku?”Rio menunduk dalam rasa bersalah.“Aku minta maaf. Aku mau tebus semua salahku. Aku bakal bantu kamu dan Reza. Aku janji.”Sementara itu, di luar kafe, seorang pria bertubuh tegap — anak buah Rino — memperhatikan mereka dari balik kaca. Ia mengirim pesan singkat pada Rino.Rio mulai berkhianat. Mau saya habisi?Rino, yang sedang duduk di kantornya, tersenyum dingin.Belum. Biarkan saja dulu. Biar dia pikir dia masih bisa main dua kaki.Di apartemen, Reza yang menunggu kepulangan Anya, menerima pesan dari nomor tak dikenal.Anya dalam bahaya. Rio nggak sebersih yang kamu kira. – RReza mengepalkan tangannya, wajahnya berubah serius. Ia mengambil kunci mobil dan bergegas menyusul Anya ke kafe.Di kafe, Anya menatap Rio tajam.“Aku nggak tahu aku bisa percaya kamu atau nggak. Tapi aku terima niat baik kamu… untuk saat ini.”Rio tersenyum samar, tapi di balik tatapan matanya, jelas ada gejola

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status