Home / Romansa / Gairah Cinta Kakakku / 16. Untuk apa dia menangis?

Share

16. Untuk apa dia menangis?

Author: Rossy Dildara
last update Last Updated: 2025-06-28 13:00:21

"Katakan dulu kalian siapa?!" Mama berteriak, suaranya tegas, bercampur dengan kecemasan yang tersirat. Suasana mendadak menjadi tegang.

Bahkan Papa, yang tadinya berada di ruang makan, sudah berlari menghampiri kami dengan raut wajah khawatir, langkahnya tergesa-gesa.

"Kami berdua Atta dan Baim, Tan!" Keduanya menyahut bersama, menunjukkan kekompakannya. Aku tertegun sejenak. Atta dan Baim? Berarti mereka adalah teman Kak Juna dan Kak Robert?

Karena memakai pakaian formal—jas yang rapi dan elegan, aku sampai tidak mengenali mereka. Bayangan mereka yang biasanya santai kini berubah menjadi sosok yang formal dan sedikit misterius.

Tapi jujur saja, keduanya memang benar-benar tampak lebih keren dari biasanya. Aura ketampanan mereka semakin terpancar.

"Eh, Atta sama Baim, ya?" tanya Papa, suaranya sedikit lega, menunjukkan rasa kenal yang membuat ketegangan sedikit mereda. Papa melebarkan pintu, mengajak mereka masuk.

"Iya
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
my 1
masa abang nya mau senang" smntara adek berharap yea tidak adil dong. Adek jg mau haha
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Gairah Cinta Kakakku   92. 5 Pertanyaan

    "Love, aku ....""Selamat pagi, anak-anak." Suara bariton seorang dosen pria tiba-tiba memecah keheningan kelas. Sosoknya yang tegap dan berwibawa baru saja memasuki ruangan, membawa setumpuk buku di tangannya. "Ayo, duduk di kursi masing-masing, kita akan mulai kelas pagi ini."Ucapan Silvi tertelan begitu saja. Dia merasakan jantungnya berdegup semakin kencang, bercampur antara rasa gugup dan kecewa. Kehadiran dosen itu menggagalkan niatnya untuk berbicara dengan Love saat ini.Mau tidak mau, Silvi pun mengurungkan niatnya. Dengan langkah gontai, dia segera menuju kursinya dan duduk. Matanya masih sesekali melirik ke arah Love, yang tampak menghindari tatapannya.'Nanti saja deh, pas istirahat,' batin Silvi, mencoba menenangkan diri. Dia berharap, saat istirahat nanti, Love bersedia mendengarkannya. Dia sudah menyiapkan kata-kata yang akan diucapkannya, berharap Love bisa mengerti dan memaafkannya.**Di tempat berbeda.Setelah membeli dua ponsel pintar terbaru, satu untuknya dan s

  • Gairah Cinta Kakakku   91. Deg-degan

    "Eh, Dek. Kamu sudah bangun?" gumam Juna seraya mengucek matanya, menyadari kehadiran Silvi di dekatnya. Namun, dahinya langsung berkerut dalam, memperhatikan istrinya yang tampak aneh, menutupi wajah dengan kedua tangan. "Tapi kenapa kamu menutupi wajahmu begitu?" tanyanya dengan nada bingung dan sedikit khawatir."Eng-enggak! Enggak apa-apa, Kak!" sahut Silvi dengan nada panik yang kentara. Tanpa menunggu jawaban, dia berbalik dan buru-buru melangkah keluar dari kamar, meninggalkan Juna yang termangu dengan ekspresi kebingungan yang semakin menjadi. "Aku mandi duluan, Kak!" serunya dari ambang pintu, sebelum benar-benar menghilang di balik dinding.Juna terdiam, menatap nanar ke arah pintu yang baru saja tertutup. Dia menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. "Kenapa dia? Aneh banget."**Usai sarapan, mereka berdua berangkat menuju kampus.Mobil melaju membelah jalanan Jakarta yang mulai ramai, namun suasana di dalam mobil terasa cang

  • Gairah Cinta Kakakku   90. Karena kami tidur seranjang

    Ting!Ponsel Robert tiba-tiba berdengung, memecah keheningan. Sebuah notifikasi chat masuk dari Daddynya. Ternyata, dia juga telah melewatkan dua panggilan masuk tanpa disadari.[Kamu ada di mana, Rob? Ini sudah lewat dari jam lemburmu lho. Cepat pulang!]"Eemm... Om, Tante, aku sepertinya harus pulang. Daddyku orangnya agak rewel kalau aku telat pulang," kata Robert, berniat pamit.Semenjak dia gagal menikah untuk kedua kalinya, Daddy Joe menjadi protektif dan selalu mencemaskannya secara berlebihan jika dia telat pulang."Eh, tunggu, berapa nomor rekeningmu, Rob?" Daddy Irfan memegang tangan Robert, saat dia baru saja berdiri, menawarkan sesuatu yang tak terduga."Nomor rekening buat apa, Om?" tanyanya, tampak bingung."Buat ganti biaya bensin ke rumah sakit," jawab Daddy Irfan dengan nada tulus, merasa tak enak karena sudah merepotkan Robert di tengah malam.Robert menggeleng cepat, menolak tawaran itu dengan sopan. "Nggak usah, Om. Aku ikhlas kok nolongnya," ujarnya dengan senyum

  • Gairah Cinta Kakakku   89. Dia bukan jodohku

    "Overdosis obat tidur bisa sangat berbahaya, tergantung pada dosis dan jenis obat yang dikonsumsi. Untungnya, pasien cepat dibawa ke rumah sakit. Dan untuk saat ini, pasien masih dalam pengaruh obat, jadi dia akan merasa sangat lemas dan mengantuk. Namun, secara umum, kondisinya sudah stabil dan kami optimis dia akan segera pulih," jawab dokter tersebut, berusaha meyakinkan mereka dengan senyum tipis yang profesional, namun matanya memancarkan kelelahan. Daddy Irfan dan Mommy Indri menghela napas lega. Beban berat di dada mereka sedikit terangkat, namun bayangan ketakutan masih menari-nari di benak. Mereka tidak ingin kehilangan Friska. Entah bagaimana jadinya jika putri semata wayang mereka itu benar-benar pergi. Dunia mereka pasti akan runtuh. "Terima kasih banyak, Dok," kata Daddy Irfan dengan suara serak, mencoba mengukir senyum di bibirnya yang terasa kaku. "Sama-sama, Pak. Kalau begitu saya permisi, dan untuk sementara waktu ... putri Bapak dirawat inap dulu di sini, ya? Kami

  • Gairah Cinta Kakakku   88. Overdosis

    Di tengah perjalanan, mobil Daddy Irfan mendadak mati. Deru mesin yang tadinya meraung kencang tiba-tiba berhenti. Daddy Irfan menggerutu kesal, "Lagi genting begini bisa-bisanya bensinku habis," umpatnya sambil membanting setir. Dia segera turun dari mobil, membuka bagasi depan dengan kasar, dan benar saja, jarum indikator bensin menunjuk angka nol. "Ada apa, Dad? Kenapa mobilnya?" tanya Mommy Indri, nada suaranya dipenuhi kecemasan saat kaca mobilnya diturunkan. Wajahnya pucat pasi, matanya berkaca-kaca menatap suaminya. "Bensinnya habis, Mom. Kita naik taksi saja, ya?" jawab Daddy Irfan dengan nada frustrasi. "Ya sudah, cepat cari taksi, Dad," desak Mommy Indri, suaranya bergetar. Waktu terasa begitu berharga saat ini. Daddy Irfan langsung menoleh ke kanan dan ke kiri, matanya liar mencari-cari taksi yang lewat. Jalanan tampak sepi. Saat taksi tak kunjung terlihat, matanya tiba-tiba menangkap sebuah mobil mewah berwarna hitam mengkilat yang hendak melintas. Melihat itu, deng

  • Gairah Cinta Kakakku   87. Mulutmu berbusa

    Setelah beberapa menit berlalu, Juna pun akhirnya keluar dari kamar mandi.Uap hangat mengepul tipis, membawa serta aroma sampo dan sabun mandi yang langsung menyegarkan seisi ruangan.Bukan sekadar membersihkan gigi dan bersih-bersih, tapi Juna sengaja mandi lagi. Dia membayangkan sentuhan kulitnya dengan Silvi nanti, dan ingin memastikan tubuhnya terasa segar dan wangi.Sebuah antisipasi itu seketika menggelitik perutnya, membuat jantungnya berdebar lebih kencang dari biasanya."Lho... Dek?" Langkahnya terhenti di ambang pintu kamar. Wajah cerianya langsung meredup, digantikan kekecewaan yang kentara. Silvi sudah terlelap di atas kasur, meringkuk memeluk guling seperti anak kucing yang kelelahan setelah seharian bermain. "Katanya udah siap tadi bilang, kok malah ditinggal tidur sih, Dek?" bisiknya lirih, nyaris tak terdengar oleh siapa pun kecuali dirinya sendiri."CK!" Juna berdecak pelan, berusaha menyembunyikan rasa kesalnya. Namun, saat matanya menatap wajah polos Silvi yang tam

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status