Beranda / Romansa / Gairah Cinta Kakakku / 79. Selalu ada kemudahan

Share

79. Selalu ada kemudahan

Penulis: Rossy Dildara
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-11 11:59:13
Namun, belum berhasil kugapai, aku sudah gemetar duluan karena mendadak gugup.

Ini bukan hanya pertama kali aku lakukan padanya, tapi untuk pertama kali juga aku ingin meremas dada seorang perempuan.

Pengalaman yang membuatku merasa canggung dan malu. Karena dulu saat bersama Friska aku tidak pernah melakukan ini, bahkan tidak pernah ada pikiran sampai ke situ-situ, mengajaknya berciuman saja jujur aku terpaksa, demi meyakinkan dirinya dan diriku sendiri jika cinta itu ada untuknya. Meski pada akhirnya tak membuahkan hasil apa-apa, dan hanya menyisakan kekecewaan dan penyesalan.

Tuk! Tuk! Tuk!

Suara ketukan keras di kaca mobil memecah keheningan malam dan membuyarkan suasana intim yang baru saja tercipta.

Kami berdua tersentak kaget, jantung kami berdegup kencang karena terkejut. Refleks kami menjauhkan diri masing-masing, dan aku merasa kesal karena momen indah itu harus terhenti begitu saja.

Ah sial, padahal aku sudah berusaha dan sedikit lagi aku bisa menyentuh dada Silvi. Tap
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Gairah Cinta Kakakku   84. Harus pulang ke rumah Papa!

    "Maaf, Pak. Bu Nissa nggak ada di ruangannya." Seorang pria berkemeja rapi, dengan nama berkilauan di dadanya, mendekat dengan langkah cepat namun tetap sopan.Dia adalah manager di restoran itu, orang kepercayaan Mami Nissa yang selalu sigap dalam melayani kebutuhan pelanggannya."Nissa belum ke sini?" tanya Opa Angga, nada suaranya menunjukkan kekecewaan yang mendalam."Betul, Pak." Pria itu mengangguk."Coba kamu telepon dia, tanyakan dia ada di mana sekarang." Opa Angga memerintah, berharap manager itu bisa menjadi jembatan untuk menghubunginya dengan sang putri."Maaf, Pak. Saya nggak enak, takut mengganggu Bu Nissa," jawab Manager itu menolak dengan halus. Dia tahu betul betapa sibuknya Mami Nissa, dan tidak ingin mengganggu waktu berharganya kecuali dalam keadaan mendesak."CK!" Opa Angga berdecak kesal. Jika saja Mami Nissa semudah itu dihubungi, dia tidak akan meminta pria itu untuk melakukannya. Rasa frustrasinya semakin memuncak, merasa seperti terhalang oleh tembok yang ta

  • Gairah Cinta Kakakku   83. 100 juta

    Juna langsung tersenyum lebar, sebuah senyum penuh kepalsuan yang dia paksakan."Tentu saja semuanya baik, Bu. Silvi bahagia sekarang.""Syukurlah ...." Bu Wiwik menghela napas panjang, merasa lega, bahunya sedikit mengendur. "Ibu ikut senang mendengarnya. Ya sudah, sana gih mandi, terus sarapan bareng Silvi.""Iya, Bu." Juna mengangguk, segera bangkit dari kursi, merasa sedikit terbebani namun juga lega karena berhasil mengelabui Bu Wiwik. Dia lalu melangkah menuju kamar mandi dan masuk ke dalamnya, menutup pintu di belakangnya.**Selesai sarapan, mereka bergegas pergi bersama untuk menemui Baim.Om Ihsan juga sudah mengabari lewat Bu Wiwik, menyampaikan kabar baik bahwa mobil Juna telah selesai diservise.Juna berencana, setelah urusannya dengan Baim selesai, dia akan langsung menuju bengkel untuk mengambil mobilnya, sekaligus mengembalikan mobil Om Ihsan. Sebuah perasaan lega menyelinap di benaknya, setidaknya satu m

  • Gairah Cinta Kakakku   82. Hidup mandiri

    Juna menerima amplop tersebut dengan tangan gemetar, lalu membukanya perlahan, jantungnya berdebar tak karuan. Sontak, matanya membulat sempurna, pupilnya melebar, lantaran melihat isinya adalah beberapa lembar uang seratus ribuan yang tersusun rapi, jumlahnya sangat banyak. Sebuah kebingungan melanda benaknya. Namun, di antara tumpukan uang itu, ada selembar surat yang terlipat rapi. Dengan rasa penasaran yang memuncak, Juna langsung membuka lipatan surat tersebut. Ternyata itu adalah tulisan tangan, bukan ketikan mesin. Silvi juga ikut melihat dari dekat. [Pakai uang ini untuk biaya hidup kalian. Gunakan sebaik-baiknya.] Mata Silvi membulat, mulutnya sedikit terbuka karena terkejut. "Apa maksudnya uang ini untuk kita? Tapi siapa yang kasih, nggak mungkin Papi 'kan, Kak?" tanya Silvi, menatap Juna dengan tatapan bingung sekaligus penasaran, dahinya berkerut dalam. Juna mengamati tulisan tangan itu dengan seksama, berusaha mengingat-ingat. "Dari tulisan tangannya sih Kakak h

  • Gairah Cinta Kakakku   81. Amplop cokelat

    "Kamu serius? Tapi air kencing siapa, Stev?" tanya Opa Angga, kerut di dahinya semakin dalam. Dia mencondongkan tubuh ke depan, berusaha memastikan pendengarannya tidak salah menangkap ucapan putranya."Akulah, siapa lagi?" jawab Om Steven dengan nada enteng, menyeringai lebar."Tapi kenapa harus dicekoki air kencing segala, Stev? Manfaatnya apa?" Opa Angga merasa tidak paham dengan jalan pikiran putranya. Alasan Om Steven ingin melakukan hal menjijikkan itu terdengar konyol dan tidak masuk akal. "Apa nggak ada cara lain yang lebih beradab?""Aku sudah terlanjur kesel banget sama dia, Pa. Keselnya sudah sampai ubun-ubun. Jadi aku rasa... dengan mencekokinya air kencingku, itu akan memberinya pelajaran yang setimpal dan efek jera yang permanen. Biar dia ingat seumur hidupnya," jawab Om Steven dengan nada penuh dendam."Kalau sampai dia keracunan terus mati gimana?" Opa Angga bertanya dengan nada khawatir. Dia membayangkan skenario terburuk yang mun

  • Gairah Cinta Kakakku   80. Air kencing

    (POV Author) Sinar mentari pagi menerobos masuk. Haru telah berganti. "Astaghfirullah!!" Opa Angga tersentak dari tidurnya, matanya mengerjap-ngerjap linglung. Istighfar lolos dari bibirnya saat menyadari tubuhnya masih terbaring di sofa kamarnya. Semalaman dia terlelap di sini. Dengan gerakan kaku, diraihnya ponsel di atas meja. Layar menampilkan puluhan panggilan tak terjawab dari Om Steven. "Sial!" gerutu Opa Angga. Pasti Om Steven ingin melaporkan perkembangan soal perintahnya semalam. Bodohnya, dia malah ketiduran saat menunggu kabar. Mungkin efek samping obat encok yang diminumnya sebelum tidur. Obat itu membuat dia terlelap tanpa sadar, mengalahkan rasa penasarannya. "Aku harus segera menelepon balik Steven." Jari Opa Angga sudah bergerak untuk mencari nama anaknya di daftar kontak. "Eh, Papa sudah bangun?" tanya Oma Sindi tiba-tiba. Wanita tua itu muncul dari balik pintu kamar mandi, se

  • Gairah Cinta Kakakku   79. Selalu ada kemudahan

    Namun, belum berhasil kugapai, aku sudah gemetar duluan karena mendadak gugup. Ini bukan hanya pertama kali aku lakukan padanya, tapi untuk pertama kali juga aku ingin meremas dada seorang perempuan. Pengalaman yang membuatku merasa canggung dan malu. Karena dulu saat bersama Friska aku tidak pernah melakukan ini, bahkan tidak pernah ada pikiran sampai ke situ-situ, mengajaknya berciuman saja jujur aku terpaksa, demi meyakinkan dirinya dan diriku sendiri jika cinta itu ada untuknya. Meski pada akhirnya tak membuahkan hasil apa-apa, dan hanya menyisakan kekecewaan dan penyesalan. Tuk! Tuk! Tuk! Suara ketukan keras di kaca mobil memecah keheningan malam dan membuyarkan suasana intim yang baru saja tercipta. Kami berdua tersentak kaget, jantung kami berdegup kencang karena terkejut. Refleks kami menjauhkan diri masing-masing, dan aku merasa kesal karena momen indah itu harus terhenti begitu saja. Ah sial, padahal aku sudah berusaha dan sedikit lagi aku bisa menyentuh dada Silvi. Tap

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status