Share

BAB 5

"Apakah aku terlihat seperti seorang bapak-bapak? Aku ini belum menikah!"

Mendengar jawaban Elvano, Ruby merasa lega. Karena jawaban itu yang Ruby inginkan. Sebab, Ruby tahu jika ibu—adik tirinya ingin sekali menyingkirkan Ruby, agar adik tirinya itu dapat menguasai aset Anderson.

"Paman, kamu setuju, 'kan, mengantarku pulang?"

"Tidak! Pulang sendiri, sana!"

Ruby mendengus. Dia pikir, Paman ini sudah luluh. Nyatanya, masih saja keras seperti batu. Tidak ada pilihan lain, Ruby harus melakukan jurus terakhirnya.

Ruby segera bangkit dari lantai lalu menatap tajam ke arah Elvano. "Baiklah, jika Paman menolak." Ruby memutar tubuhnya lalu berjalan ke arah pintu sambil melepaskan selimut dan jaket yang diberikan oleh Elvano untuk menutupi tubuhnya.

Elvano yang melihat tingkah gadis gila itu pun tercengang saat Ruby melangkah hanya dengan mengenakan lingerie tipis terusan yang transparan.

"Hei … apa kau gila? Kau ingin keluar dengan penampilan seperti itu, hah?"

Dengan panik, Elvano beranjak dari sofa yang ia duduki. Elvano segera melangkah ke arah Ruby saat melihat gadis itu ingin berbuat nekat keluar dengan lingerie seperti itu. Walaupun Elvano sangat kesal dengan tingkah Ruby, Elvano tidak ingin jika media melihat Ruby berpenampilan seperti itu.

"Paman takut, ya? Ku harap para wartawan-wartawan itu masih ada, aku akan mengatakan bahwa kita ini sebenarnya tidak punya hubungan apa-apa. Karena aku hanya wanita bayaran!" cetus Ruby dengan kesal.

Mendengar ucapan Ruby, membuat Elvano mendengus kesal disertai asap yang keluar dari hidungnya. Elvano segera menghentikan tangan Ruby yang hendak menarik handle pintu.

"Aku akan mengantarmu. Jadi tolong, berhenti melakukan hal yang bodoh!" Elvano memekik kesal.

Ruby membalikkan badannya, menatap ke arah Elvano disertai binar matanya berbintang-bintang. "Wah, terima kasih, Paman!" seru Ruby bersemangat.

Elvano tidak menjawab. Ia segera memutar tubuhnya baru dengan perasaan frustasi. Karena pertama kali dirinya berjumpa dengan anak yang tidak tahu diri dan tidak tahu malu seperti Ruby yang bisa-bisanya menekan Elvano seperti ini.

Ruby hanya dapat bersorak dalam hati ketika jurus terakhir dapat membuat Elvano angkat tangan dan menyerah. Ruby segera memungut jaket yang ia lepaskan tadi lalu memakainya kembali. Setelah memakai jaket, Ruby berjalan ke arah tempat tidur. Dirinya pun duduk di bibir ranjang sembari menunggu kedatangan Mark yang membawakan pakaian ganti untuknya.

Elvano mencuri pandang ke arah Ruby yang terlihat tidak ada takutnya sama sekali. 'Bisakah anak ini aku karungin kemudian dilempar dari atas jembatan?' Elvano begitu kesal melihat tingkah Ruby yang sudah seperti bos.

Suara ketukan pintu mengalihkan pikiran Elvano. Ia membuang wajahnya ke arah pintu. "Masuklah!"

Pintu di kamar hotel itu pun terbuka. Mark segera masuk dengan sebuah paper bag berukuran besar yang ia bawa. "Tuan, ini baju, celana, dalaman, dan sepatu untuk Nona Ruby." Mark menyodorkan paper bag tersebut kepada Elvano.

"Kenapa kau berikan itu padaku? Berikan pada anak monster kecil yang duduk di sana!" pekik Elvano dengan ujung matanya melirik ke arah Ruby.

Ruby yang mendengar Elvano menyebut dirinya monster kecil, segera turun dari ranjang lalu berjalan ke arah Mark, sambil berceloteh. "Paman, kamu kasar sekali. Aku tahu, model Paman sepertimu ini pasti awet jomblonya! Akan hidup sendirian lalu tua sampai karatan!" kesal Ruby sambil tangannya terulur meraih paper bag yang ada pada Mark.

Mark yang mendengar celotehan Ruby, membuat dirinya harus menahan tawanya. Karena ia tahu, majikannya itu, sampai usia 35 tahun pun belum tertarik untuk menikah. Elvano yang melihat ekspresi Mark seperti itu membuat Elvano tersinggung. Ia memberikan tatapan melotot kepada Mark.

"Apa yang kau tertawakan, hah!" pekik Elvano kepada Mark.

Mark menggeleng. "Tidak ada, Tuan. Maaf," jawab Mark.

Elvano mengalihkan pandangannya ke arah Ruby. "Kenapa masih berdiri di situ seperti patung selamat datang? Sana, ganti pakaianmu." Pekik Elvano kepada Ruby. Elvano melirik jam pada pergelangan tangannya, "Ku beri waktu 5 menit. Jika selama 5 menit kau tidak ke sini, aku akan meninggalkanmu." Tekan Elvano kepada Ruby.

Ruby menekuk wajahnya. Sungguh pria yang memiliki jiwa otoriter yang hakiki. Lima menit? Hitungannya sudah seperti makanan yang jatuh. Lima menit? Pasti hanya mencuci ketiak saja.

"Segera mandi!" bentak Elvano.

Ruby tersentak dengan suara 10 oktaf yang keluar dari tenggorokan Elvano. Dengan cepat Ruby menjawab, "Iya!" Ruby segera berlari ke arah kamar mandi yang berada di dalam kamar hotel itu.

Ruby dan Elvano telah berada di dalam mobil. Mereka berdua duduk di kursi belakang. Kini Elvano duduk sambil melipat kaki dengan kedua tangannya ia letakkan di dada. Tatapan pria itu hanya lurus ke depan dengan raut wajah seperti seseorang yang sedang menonton film horor.

Ruby yang duduk di samping Elvano, membuat dirinya begitu gelisah. Bagaimana tidak, suasana di dalam mobil begitu mencekam ditambah wajah Elvano yang terlihat seperti seorang supranatural yang sedang mencari tumbal proyek.

"Paman, apa kulit wajahmu tidak retak? Jika kau seharian memasang wajah kaku seperti itu—"

"Berhentilah berbicara, jika tidak ingin aku melemparmu ke jalanan!" ujar Elvano dengan pandangan tetap lurus ke depan tanpa sedikit pun memberikan ekspresi.

Ruby dengan cepat membuang wajahnya menghadap ke arah jendela. Padahal niat Ruby hanya ingin mencairkan suasana. Tapi apa yang didapatkan? Hanyalah sebuah pengancaman.

"Benar-benar manusia yang satu ini, tidak bisa diajak berbicara. Sepertinya, Paman kaku wajah kanebo kering ini hidupnya begitu monoton!" gerutu Ruby dengan pelan. Karena takut juga jika Elvano mendengar saat dirinya sedang mengumpat.

Mobil kini kembali hening selama perjalanan. Benar-benar sungguh hening dengan suasana tegang dan horor ketika harus satu mobil dengan Elvano. Belum lagi, sopir yang ikut-ikutan mode dingin Silent on, membuat suasana di dalam mobil benar-benar beku.

Hingga, rasa bosan Ruby pun berakhir setelah mobil itu berhenti di depan gerbang kediaman Anderson.

"Turun!" tekan Elvano saat mobil itu berhenti.

Ruby menatap ke arah Elvano dengan jengkel. "Paman, aku juga tahu diri. Nih, aku turun!" sahut Ruby dengan tangan meraih gagang pintu mobil.

Ruby segera turun. "Bam!" Ruby membanting pintu mobil itu dengan kuat. "Terima kasih—"

"Mark, sampai di kediaman, cuci mobil lalu basuh mobil dengan tanah 7 kali!" ucap Elvano kepada Mark.

Ruby terbelalak ketika mendengar ucapan Elvano. Bisa-bisanya ia dihina seperti itu. "Paman, kau pikir aku ini najis besar yang harus disucikan, hah!" geram Ruby menatap pria di dalam mobil itu.

"Jalan!" titah Elvano kepada Mark.

Mobil pun melaju meninggalkan Ruby yang masih berdiri memandang mobil Elvano yang sudah berlalu dengan emosi.

"Terkutuk, kau, Paman. Semoga jomblomu abadi, dasar Kingkong tua!" Ruby berteriak dengan lantang ke arah mobil yang sudah berlalu.

Setelah puas melampiaskan kekesalannya, Ruby memutar tubuhnya lalu berjalan ke arah kediaman yang ada di hadapannya. Bangunan yang terlihat mewah dengan perpaduan warna putih kombinasi gold. Ruby, buru-buru masuk ke dalam bangunan itu.

Baru saja kaki Ruby melangkah ke arah pintu utama, tiba-tiba. "Plak!" sebuah telapak tangan mengarah di pipi Ruby.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Anteni Teni
gak punya koin
goodnovel comment avatar
Mang They'Wee
koin gak punya
goodnovel comment avatar
Khusnul Heru
menarik, tapi koinnya habis
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status