Setelah puas mengamati wajah Lana, pria itu perlahan bergerak, berjalan mengitari tubuh Lana yang berdiri kaku.
“Tidakkah kau merasa tatapanmu itu sangat tidak sopan dan kurang ajar?” Lana mendengus kesal sembari berputar mengikuti pergerakan pria itu.
“Aku tidak perlu bersikap sopan pada orang yang berniat mengincar kekuasaan.”
“Ehem… begini, Tuan Muda Kai. Dia ini adalah Tuan Putri Lucia Klaine.” Victor menyela sebelum keduanya terlibat dalam kesalahpahaman yang lebih parah.
“Apa kau yakin?” sebelah alis pria itu terangkat, meragukan kebenaran dari kata-kata Victor sebelumnya.
“Ya, semuanya sudah dipastikan.”
“Aku hanya tidak ingin kalian tertipu,” pria itu berbicara dengan nada rendah, namun ucapannya terdengar kejam dan menyebalkan.
“Di zaman sekarang ini banyak sekali orang yang menggunakan berbagai cara untuk menipu orang lain,” lanjutnya.
Perkataan pria itu berhasil menyulut emosi Lana yang sudah sejak tadi dia tahan. Gadis itu mengepalkan kedua tangannya sebelum menyembur pria itu dengan kemarahan.
“Siapa yang kau sebut penipu? Seharusnya kau tanyakan itu pada mereka. Kenapa mencariku dan membawaku ke sini, kakek bahkan mengatakan kalau aku adalah cucunya, sekarang kau malah—”
“Kakek? Sepertinya kau cukup terbiasa dengan pengucapan itu,” pria itu memotong sebelum Lana menyelesaikan ucapannya.
“Selain tidak sopan, apakah kau juga selalu berbicara sekasar ini?”
Pria itu mengabaikan pertanyaan Lana dan malah berbalik menuduhnya.
“Kau sudah lama merencanakan ini, benar?” pria itu memincingkan matanya, menatap mencemooh pada Lana yang sudah kehabisan kesabaran.
“Kau ini—” Lana menggertakkan gigi-giginya.
Dia tidak tahu siapa pria di hadapannya ini. Mereka baru bertemu sekali dan dia sudah menyerukan gong permusuhan terhadapnya.
“Sepertinya tuan putri kecil ini mudah sekali marah,” dia lalu tersenyum mengejek.
“Siapa yang kau panggil anak kecil? Aku ini wanita dewasa yang berusia 22 tahun!” Lana melotot saat mengatakannya.
Melihat situasi yang tidak terkendali, Victor mencoba menengahi dan berbicara dengan pria itu.
“Tuan muda. Semua bukti menyatakan kalau dia benar-benar adalah Tuan Putri Lucia. Apa kau tidak bisa melihat kemiripan wajahnya dengan mendiang Tuan Putri Althea?”
“Di dunia ini, memang ada beberapa orang yang memiliki kemiripan. Tapi bukan berarti mereka memiliki hubungan darah, kan?” kali ini pria itu menatap Victor dengan sinis.
Tatapannya bahkan lebih dingin dari gunung es.
“Begini saja. Aku akan memastikannya sendiri, dengan begitu aku bisa tahu tanda itu asli atau tidak.”
“Tanda? Tanda apa?” Lana butuh beberapa detik untuk mencerna kalimat pria itu, sebelum akhirnya dia bergerak cepat untuk memeluk dirinya sendiri dan menyandarkan punggungnya pada tembok terdekat.
“Tentu saja tanda yang membuktikan kalau kau adalah Lucia Klaine,” ucapnya menantang.
“Jangan mimpi! Aku tidak akan membiarkannya,” tolaknya keras.
“Jangan harap pria mesum sepertimu bisa mengambil keuntungan dariku!”
“Pria mesum, katamu?” pria itu meninggikan suaranya, tidak terima atas julukan yang diberikan Lana padanya.
Lana berdeham dan mengangguk. Merasa puas karena berhasil memprovokasi pria itu.
“Kau tidak perlu repot-repot mencurgaiku, lagipula aku juga tidak berniat tinggal di sini,” setelah mengatakan itu, Lana berbalik dan hendak pergi, sebelum suara tepukan tangan yang cukup keras menggema ke seluruh ruangan dan menghentikan langkahnya.
“Kau bahkan tahu cara untuk mundur agar bisa menang.”
“Tuan muda, kumohon jangan mencari masalah lagi,” Victor mendesis penuh permohonan.
Victor merasa sikap pria itu terlalu berlebihan, dan dia takut Lana akan merasa tidak nyaman karenanya.
“Ada baiknya kau menyelidiki ulang,” pria itu berbicara penuh peringatan sembari menepuk bahu Victor sebelum berlalu pergi.
“Maafkan atas kesalahpahaman ini, tuan putri. Tuan Muda Kai biasanya tidak terlalu banyak bicara. Mungkin hari ini suasana hatinya sedang tidak baik, jadi dia bersikap seperti itu.”
Sementara Lana menatap kepergian pria bernama Kai itu dengan raut kesal. Rasanya dia ingin menangis karena diperlakukan seperti itu.
“Aku tidak ingin melihatnya lagi,” putusnya.
“Hm… kalau soal itu, sepertinya agak sulit,” sahut Victor.
“Kenapa?”
Wajah Victor tampak berpikir sebelum berbicara lagi.
“Karena dia adalah Tuan Muda Kai Lautner Maverick, salah satu putra dari Klan Maverick yang merupakan kandidat terbaik untuk menjadi penerus raja. Dia juga adalah seorang dewa perang Illyrian yang baru saja kembali dari perbatasan atas perintah raja, untuk menjagamu.”
“Menjagaku? Pria sepertinya? Hah, yang benar saja.”
Lana tertawa suram.
“Benar. Raja Alastor bahkan menginstruksikan secara khusus agar memindahkan kamarnya tepat berada di sebelah kamarmu,” lanjutnya.
“Gila! Benar-benar gila.”
Lana menggeleng tak percaya, merasa frustasi dengan apa yang dilakukan kakeknya.
“Apa kau tidak pernah mendengar tentangnya sebelumnya?”
Lana menggeleng.
“Mengingat reputasi dan popularitas Tuan Muda Kai yang begitu besar di Illyrian, cukup aneh kalau kau tidak mengenalinya.”
“Sehebat itukah?” Lana bertanya karena penasaran.
Victor mengangguk, “Ya, sehebat itu.”
“Tapi dia terlihat sangat pucat. Kupikir dia sedang sakit atau semacamnya, jadi dia bertingkah menyebalkan karena tahu mungkin dirinya akan segera—mati?” Lana mengecilkan suaranya pada kata terakhir.
“Ada suatu hal yang membuat penampilannya seperti itu.”
Lana menatap Victor dengan tanda tanya besar di kepalanya.
“Belum saatnya kau tahu,” Victor tersenyum kecil, tidak berniat membahas tentang Kai Lautner lebih banyak lagi.
“Hah, sudahlah. Lagipula aku tidak peduli, dan juga tidak ingin tahu,” ujarnya acuh.
Dalam hati Lana memutuskan tidak ingin terlibat apa pun dengan pria itu.
***
Hari sudah pagi, semburat jingga perlahan naik ke permukaan. Namun Lana masih belum merasa mengantuk, terlebih lagi dia berkali-kali gagal menghubungi orang tuanya. Tidak satu pun dari panggilannya yang terhubung, dan Lana merasa bingung bagaimana harus menjalani hidupnya setelah ini.
Pikiran bahwa salah satu pria penghuni istana ini jelas-jelas memusuhinya tanpa alasan yang jelas, entah bagaimana mengusik hati Lana.
‘Meski pun aku berfantasi menjadi seorang tuan putri kerajaan, namun ketika impian itu akhirnya menjadi kenyataan, aku menyadari bahwa menjadi tuan putri bukanlah hal yang hebat. Aku merasa seperti burung di dalam sangkar emas. Terkurung,’ Lana mendengus pelan.
Dia duduk dengan lesu di atas tempat tidurnya.
“Aku merindukan orang tuaku,” ucapnya kemudian.
Lana tidak tahu, dirinya harus merasa senang atau sedih sekarang. Impiannya menjadi seorang tuan putri telah menjadi kenyataan, namun hatinya justru merasa kosong. Karena di saat yang sama, dia juga harus kehilangan sosok kedua orang tuanya.
Setelah beberapa saat meratapi nasibnya yang berubah 180 derajat, Lana akhirnya bangkit dan memutuskan untuk pergi menemui orang tuanya.
“Selamat pagi, tuan putri. Apa tidurmu nyenyak semalam?” Seseorang muncul di kamar Lana.
Itu adalah orang yang sama dengan yang waktu itu ditemuinya saat audisi kerajaan.
“Kau—?”
“Perkenalkan, saya adalah Melinda Drake, yang akan mengurus segala keperluan tuan putri,” ucapnya dengan ramah dan santun.Sama sekali tidak berubah dengan saat pertama kali mereka bertemu.“Ah, kau yang memintaku untuk membuka pakaian?”Wanita itu tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban.“Anda mau ke mana pagi-pagi begini?”“Aku ingin mengunjungi orang tuaku.”Setelah mengatakannya, Lana langsung melesat pergi. Mengabaikan larangan Melinda yang tidak membiarkannya keluar dari istana.Lana bahkan berlari saat beberapa maid mengejar untuk menghentikannya.“Kalian mau apa? Minggir, aku hanya ingin pergi jalan-jalan."“Anda dilarang ke luar dari istana tanpa ijin dari raja.”“Aku hanya ingin menemui orang tuaku, bukannya mau kabur.”Lana mendengus kesal karena akses jalannya diblokir.“Ada beberapa aturan kerajaan yang tidak boleh dilanggar meski pun kau adalah seorang tuan putri,” Lana menoleh dan mendapati Victor sudah berdiri di belakangnya.“Apa? Kau juga mau melarangku?” Lana menga
“Apa maksudmu?”“Aku sudah mengirim mereka berdua ke Halberd.”“Apa?” butuh beberapa detik untuk Lana mencerna kata-kata kakeknya.‘Halberd? Wilayah paling barat di Illyrian, dan juga sangat jauh dari Estrela,’ memikirkannya saja sudah membuat Lana pusing.Dia tidak percaya, kakeknya sanggup bertindak sejauh itu. Halberd terkenal dengan suhunya yang dingin dan cuacanya yang tidak menentu. Lana khawatir orang tuanya tidak bisa bertahan. Seketika Lana diselimuti oleh amarah, emosinya bergejolak begitu mendengar informasi itu.“Kakek! Kau tidak bisa mengusir orang tuaku seperti ini!” Lana tidak bisa menahan teriakannya.Dia ingin marah dan juga menangis di saat bersamaan.“Hanya untuk pencegahan agar kau tidak terlalu sering keluar dari istana.”“Bagaimana bisa kakek tega mengusir orang tua yang selama ini merawatku dari Estrela, di mana hati nuranimu?”“Suatu saat nanti kau akan mengerti, kenapa aku melakukan semua ini, Lucia sayang.”“Jangan panggil aku dengan nama itu. Aku bukan Lucia
Lana mengambil benda apa pun dan bersiap memukul sosok yang tiba-tiba muncul tanpa di undang.“Hyaaa!”Lana berteriak sembari mengayukan sebuah sapu ke arah seseorang yang berjalan masuk tanpa suara. Dua detik setelahnya, dia terdiam, tertegun. Lana tidak menyangka pria itu akan muncul di sana. Pria yang tidak dia harapkan datang.“Kai? Apa yang kau lakukan di sini?” Tanya Lana tanpa bisa menyembunyikan keterkejutannya.“Kau hampir saja membunuhku,” bukannya menjawab, pria itu malah berkata dingin pada Lana.“Salah sendiri kau masuk dengan mengendap-endap seperti itu. Siapa pun pasti mengira kau adalah pencuri atau perampok!”“Apakah ada perampok yang memiliki wajah seperti ini?” Kai menunjuk diri sendiri dengan telunjuknya.“Entahlah,” Lana mengendikkan bahunya.“Kenapa kau ke sini?” lanjutnya, memutuskan tidak ingin berdebat.Jadi dia kembali ke tempatnya semula, membuka salah satu kain putih yang menutupi sofa dan duduk di sana.“Victor dan orang-orangnya tidak menemukanmu di sini.
“Ah, maaf. Aku tidak sengaja. Karena lampunya padam, aku jadi tidak bisa melihat dengan benar,” Lana berbicara tepat di depan wajah Kai.Dia merasa pipinya memanas berada dalam jarak sedekat ini dengan pria itu.“Kenapa jantungmu—” Lana tidak memiliki kesempatan untuk melanjutkan kalimatnya.Yang dia tahu, Kai tiba-tiba melingkarkan tangan di pinggangnya, lalu perlahan mendekatkan wajah ke arahnya.Lana tidak tahu, jantung siapa yang menggila sekarang. Berada dalam jarak sedekat ini dengan Kai menimbulkan perasaan aneh yang belum pernah dia temui sebelumnya. Selama ini, satu-satunya laki-laki yang paling dekat dengannya adalah ayahnya. Namun sekarang, ayahnya tidak ada. Dan Kai sepertinya memiliki niat terhadapnya.‘Apakah aku harus menutup mata di saat seperti ini?’ kata hatinya.Tubuh Kai sangat dingin, namun anehnya, Lana malah merasa hangat.Kai sendiri, tanpa sadar merasakan sesuatu yang
“Kudengar kau membantu tuan putri kecil untuk bertemu dengan orang tuanya. Kau juga menjadi orang pertama yang menemukannya saat dia melarikan diri dari istana,” ucap Louise—kakaknya.“Sepertinya akhir-akhir ini kau memiliki banyak waktu senggang. Bagaimana kalau kau mulai membantu Raja Alastor mengurus pemerintahan? Kau berbakat dalam hal itu, kan? Aku tidak keberatan membantumu berbicara dengannya,” sahut Kai dengan kata-kata sarkasnya.“Tidak, terima kasih. Kau tahu sendiri, cara menikmati hidup adalah satu-satunya bakat yang kumiliki. Dan aku akan mempertahankan kesan yang dimiliki Raja Alastor terhadapku akan hal itu.”“Benarkah? Kenapa aku merasa, kau sengaja membuat citra buruk itu sebagai penyamaran? Kau jelas-jelas ahli memahami data keuangan dalam pemerintahan, tapi malah bertingkah seperti seseorang yang akan mati besok. Bersenang-senang setiap hari, ckck.”Kai mencemooh perilaku kakaknya.
“Yelena.”“Sepertinya Kai dekat dengannya?” tanyanya spontan.‘Bagus Lana, dari sekian banyak pertanyaan, kau malah memilih pertanyaan bodoh itu,’ dalam hati, Lana merutuki diri sendiri.“Ya, mereka memang dekat.”“Yelena kehilangan kakinya karena menolong Kai, jadi adikku itu selalu merasa bersalah dan berusaha menjaganya selama ini,” terangnya.Lana mengangguk paham, jadi itu alasannya kenapa Yelena berada di atas kursi roda sekarang.“Bagimana bisa?” tanya Lana penasaran.“Singkatnya, Yelena mengorbankan dirinya untuk menyelematkan Kai dari kecelakaan. Untuk cerita lebih lengkapnya kau bisa tanyakan langsung pada Kai.”“Hah, aku malas bertemu dengannya,” Lana membuang wajahnya dengan acuh.“Kenapa? Dia kan tunanganmu,” ucapnya asal.“Dia bukan tunanganku!”“Kukira kalian berdua de
“Sepertinya aku memang menyukai Kai,” Lana tersenyum malu setelah berhasil meloloskan kata-kata itu dari bibirnya.Bukannya jawaban, Lana justru disambut dengan tawa puas dan menggelegar.“Victor, apakah aku salah dengar?” Victor mendekat saat namanya dipanggil.“Em… yang mulia, anda tidak salah dengar.”Kakeknya tersenyum lagi, seolah dirinya baru saja diguyur oleh kebahagiaan yang sangat besar.“Kalo begitu, ayo bertunangan. Kau setuju? Karena kau menyukainya, aku akan membiarkan kalian bertunangan dulu?” Lana merasa gugup bukan main.Melihat respons kakeknya yang senang bukan main, Lana menjadi panik, dan tanpa sadar hatinya jadi merasa bersalah. Lana tidak tahu apa yang akan terjadi kalau kakeknya menyadari kebohongannya kelak.Sementara Louise justru menatap ngeri pada sikap Lana yang mudah sekali berubah dalam hitungan detik.‘Ke mana perginya gadis yang tadi be
“Hari ini adalah hari pertamamu di Averil Academy, dan kami harus memastikan tuan putri tidak terlambat,” lanjutnya, masih belum menyerah untuk membangunkan Lana.“Averil… Averil Academy?” Lana seketika membuka matanya begitu mendengar nama sekolahnya yang baru.Nama sekolah itu sama sekali tidak asing di telinganya. Lana sangat tahu sekolah macam apa Averil Academy itu.Di sana hanya ada anak-anak dari keluarga bangsawan dan terpandang. Yang memiliki prinsip, ‘meski pun memiliki uang, belum tentu bisa bersekolah di sana.’Dan pagi ini, Lana baru saja diberitahu kalau dirinya akan bersekolah di sana? Dirinya tidak percaya dan mencoba menepuk-nepuk pipinya beberapa kali.“Ternyata bukan mimpi,” ucapnya tak percaya.“Ada apa, tuan putri?” tanya Melinda, penasaran melihat tingkah Lana yang tidak biasa.“Bagaimana bisa aku bersekolah di Averil Academy? Bukankah hanya
“Memangnya kenapa?”“Soal pertunangan itu…” Lana tidak tahu bagaimana cara melanjutkan kalimatnya.“Bukankah sudah ditentukan?”‘Bukankah sudah ditentukan? Dia bahkan memiliki template jawaban yang sama,’ batin Lana.“Kau tidak keberatan?” tanyanya lagi dengan hati-hati.“Apa kau menginginkannya?” Kai memiringkan tubuhnya, memusatkan perhatian sepenuhnya pada Lana yang duduk di sampingnya.“Apa?” Lana tidak bisa menyembunyikan kegugupannya, dan jantungnya sudah berdebar-debar sangat hebat sekarang.Lana menggigit bibir bawahnya sembari berusaha menenangkan diri.“Kenapa kau bertanya begitu?”“Karena kalau kau tidak setuju, pertunangan ini tidak akan pernah terjadi.”DEG!Hati Lana mencelos, dan dia merasakan keringat dingin membasahi telapak tangannya.“Kau bisa menolaknya
“Hari ini adalah hari pertamamu di Averil Academy, dan kami harus memastikan tuan putri tidak terlambat,” lanjutnya, masih belum menyerah untuk membangunkan Lana.“Averil… Averil Academy?” Lana seketika membuka matanya begitu mendengar nama sekolahnya yang baru.Nama sekolah itu sama sekali tidak asing di telinganya. Lana sangat tahu sekolah macam apa Averil Academy itu.Di sana hanya ada anak-anak dari keluarga bangsawan dan terpandang. Yang memiliki prinsip, ‘meski pun memiliki uang, belum tentu bisa bersekolah di sana.’Dan pagi ini, Lana baru saja diberitahu kalau dirinya akan bersekolah di sana? Dirinya tidak percaya dan mencoba menepuk-nepuk pipinya beberapa kali.“Ternyata bukan mimpi,” ucapnya tak percaya.“Ada apa, tuan putri?” tanya Melinda, penasaran melihat tingkah Lana yang tidak biasa.“Bagaimana bisa aku bersekolah di Averil Academy? Bukankah hanya
“Sepertinya aku memang menyukai Kai,” Lana tersenyum malu setelah berhasil meloloskan kata-kata itu dari bibirnya.Bukannya jawaban, Lana justru disambut dengan tawa puas dan menggelegar.“Victor, apakah aku salah dengar?” Victor mendekat saat namanya dipanggil.“Em… yang mulia, anda tidak salah dengar.”Kakeknya tersenyum lagi, seolah dirinya baru saja diguyur oleh kebahagiaan yang sangat besar.“Kalo begitu, ayo bertunangan. Kau setuju? Karena kau menyukainya, aku akan membiarkan kalian bertunangan dulu?” Lana merasa gugup bukan main.Melihat respons kakeknya yang senang bukan main, Lana menjadi panik, dan tanpa sadar hatinya jadi merasa bersalah. Lana tidak tahu apa yang akan terjadi kalau kakeknya menyadari kebohongannya kelak.Sementara Louise justru menatap ngeri pada sikap Lana yang mudah sekali berubah dalam hitungan detik.‘Ke mana perginya gadis yang tadi be
“Yelena.”“Sepertinya Kai dekat dengannya?” tanyanya spontan.‘Bagus Lana, dari sekian banyak pertanyaan, kau malah memilih pertanyaan bodoh itu,’ dalam hati, Lana merutuki diri sendiri.“Ya, mereka memang dekat.”“Yelena kehilangan kakinya karena menolong Kai, jadi adikku itu selalu merasa bersalah dan berusaha menjaganya selama ini,” terangnya.Lana mengangguk paham, jadi itu alasannya kenapa Yelena berada di atas kursi roda sekarang.“Bagimana bisa?” tanya Lana penasaran.“Singkatnya, Yelena mengorbankan dirinya untuk menyelematkan Kai dari kecelakaan. Untuk cerita lebih lengkapnya kau bisa tanyakan langsung pada Kai.”“Hah, aku malas bertemu dengannya,” Lana membuang wajahnya dengan acuh.“Kenapa? Dia kan tunanganmu,” ucapnya asal.“Dia bukan tunanganku!”“Kukira kalian berdua de
“Kudengar kau membantu tuan putri kecil untuk bertemu dengan orang tuanya. Kau juga menjadi orang pertama yang menemukannya saat dia melarikan diri dari istana,” ucap Louise—kakaknya.“Sepertinya akhir-akhir ini kau memiliki banyak waktu senggang. Bagaimana kalau kau mulai membantu Raja Alastor mengurus pemerintahan? Kau berbakat dalam hal itu, kan? Aku tidak keberatan membantumu berbicara dengannya,” sahut Kai dengan kata-kata sarkasnya.“Tidak, terima kasih. Kau tahu sendiri, cara menikmati hidup adalah satu-satunya bakat yang kumiliki. Dan aku akan mempertahankan kesan yang dimiliki Raja Alastor terhadapku akan hal itu.”“Benarkah? Kenapa aku merasa, kau sengaja membuat citra buruk itu sebagai penyamaran? Kau jelas-jelas ahli memahami data keuangan dalam pemerintahan, tapi malah bertingkah seperti seseorang yang akan mati besok. Bersenang-senang setiap hari, ckck.”Kai mencemooh perilaku kakaknya.
“Ah, maaf. Aku tidak sengaja. Karena lampunya padam, aku jadi tidak bisa melihat dengan benar,” Lana berbicara tepat di depan wajah Kai.Dia merasa pipinya memanas berada dalam jarak sedekat ini dengan pria itu.“Kenapa jantungmu—” Lana tidak memiliki kesempatan untuk melanjutkan kalimatnya.Yang dia tahu, Kai tiba-tiba melingkarkan tangan di pinggangnya, lalu perlahan mendekatkan wajah ke arahnya.Lana tidak tahu, jantung siapa yang menggila sekarang. Berada dalam jarak sedekat ini dengan Kai menimbulkan perasaan aneh yang belum pernah dia temui sebelumnya. Selama ini, satu-satunya laki-laki yang paling dekat dengannya adalah ayahnya. Namun sekarang, ayahnya tidak ada. Dan Kai sepertinya memiliki niat terhadapnya.‘Apakah aku harus menutup mata di saat seperti ini?’ kata hatinya.Tubuh Kai sangat dingin, namun anehnya, Lana malah merasa hangat.Kai sendiri, tanpa sadar merasakan sesuatu yang
Lana mengambil benda apa pun dan bersiap memukul sosok yang tiba-tiba muncul tanpa di undang.“Hyaaa!”Lana berteriak sembari mengayukan sebuah sapu ke arah seseorang yang berjalan masuk tanpa suara. Dua detik setelahnya, dia terdiam, tertegun. Lana tidak menyangka pria itu akan muncul di sana. Pria yang tidak dia harapkan datang.“Kai? Apa yang kau lakukan di sini?” Tanya Lana tanpa bisa menyembunyikan keterkejutannya.“Kau hampir saja membunuhku,” bukannya menjawab, pria itu malah berkata dingin pada Lana.“Salah sendiri kau masuk dengan mengendap-endap seperti itu. Siapa pun pasti mengira kau adalah pencuri atau perampok!”“Apakah ada perampok yang memiliki wajah seperti ini?” Kai menunjuk diri sendiri dengan telunjuknya.“Entahlah,” Lana mengendikkan bahunya.“Kenapa kau ke sini?” lanjutnya, memutuskan tidak ingin berdebat.Jadi dia kembali ke tempatnya semula, membuka salah satu kain putih yang menutupi sofa dan duduk di sana.“Victor dan orang-orangnya tidak menemukanmu di sini.
“Apa maksudmu?”“Aku sudah mengirim mereka berdua ke Halberd.”“Apa?” butuh beberapa detik untuk Lana mencerna kata-kata kakeknya.‘Halberd? Wilayah paling barat di Illyrian, dan juga sangat jauh dari Estrela,’ memikirkannya saja sudah membuat Lana pusing.Dia tidak percaya, kakeknya sanggup bertindak sejauh itu. Halberd terkenal dengan suhunya yang dingin dan cuacanya yang tidak menentu. Lana khawatir orang tuanya tidak bisa bertahan. Seketika Lana diselimuti oleh amarah, emosinya bergejolak begitu mendengar informasi itu.“Kakek! Kau tidak bisa mengusir orang tuaku seperti ini!” Lana tidak bisa menahan teriakannya.Dia ingin marah dan juga menangis di saat bersamaan.“Hanya untuk pencegahan agar kau tidak terlalu sering keluar dari istana.”“Bagaimana bisa kakek tega mengusir orang tua yang selama ini merawatku dari Estrela, di mana hati nuranimu?”“Suatu saat nanti kau akan mengerti, kenapa aku melakukan semua ini, Lucia sayang.”“Jangan panggil aku dengan nama itu. Aku bukan Lucia
“Perkenalkan, saya adalah Melinda Drake, yang akan mengurus segala keperluan tuan putri,” ucapnya dengan ramah dan santun.Sama sekali tidak berubah dengan saat pertama kali mereka bertemu.“Ah, kau yang memintaku untuk membuka pakaian?”Wanita itu tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban.“Anda mau ke mana pagi-pagi begini?”“Aku ingin mengunjungi orang tuaku.”Setelah mengatakannya, Lana langsung melesat pergi. Mengabaikan larangan Melinda yang tidak membiarkannya keluar dari istana.Lana bahkan berlari saat beberapa maid mengejar untuk menghentikannya.“Kalian mau apa? Minggir, aku hanya ingin pergi jalan-jalan."“Anda dilarang ke luar dari istana tanpa ijin dari raja.”“Aku hanya ingin menemui orang tuaku, bukannya mau kabur.”Lana mendengus kesal karena akses jalannya diblokir.“Ada beberapa aturan kerajaan yang tidak boleh dilanggar meski pun kau adalah seorang tuan putri,” Lana menoleh dan mendapati Victor sudah berdiri di belakangnya.“Apa? Kau juga mau melarangku?” Lana menga