Share

4. Sangkar Emas

Penulis: Renata Respati
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-17 21:30:13

“Perkenalkan, saya adalah Melinda Drake, yang akan mengurus segala keperluan tuan putri,” ucapnya dengan ramah dan santun.

Sama sekali tidak berubah dengan saat pertama kali mereka bertemu.

“Ah, kau yang memintaku untuk membuka pakaian?”

Wanita itu tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban.

“Anda mau ke mana pagi-pagi begini?”

“Aku ingin mengunjungi orang tuaku.”

Setelah mengatakannya, Lana langsung melesat pergi. Mengabaikan larangan Melinda yang tidak membiarkannya keluar dari istana.

Lana bahkan berlari saat beberapa maid mengejar untuk menghentikannya.

“Kalian mau apa? Minggir, aku hanya ingin pergi jalan-jalan."

“Anda dilarang ke luar dari istana tanpa ijin dari raja.”

“Aku hanya ingin menemui orang tuaku, bukannya mau kabur.”

Lana mendengus kesal karena akses jalannya diblokir.

“Ada beberapa aturan kerajaan yang tidak boleh dilanggar meski pun kau adalah seorang tuan putri,” Lana menoleh dan mendapati Victor sudah berdiri di belakangnya.

“Apa? Kau juga mau melarangku?” Lana mengangkat dagunya tinggi-tinggi.

“Bukan begitu, hanya saja Raja Alastor memintaku untuk menjaga dan mengawasimu.”

“Aku bukan tahanan!”

“Benar, tapi kau juga tidak diperbolehkan untuk keluar masuk istana tanpa ijin.”

“Aku kesepian dan ingin menemui orang tuaku,” jelasnya.

Lana tidak berbohong saat mengatakan itu. Wajahnya memelas penuh permohonan, berharap Victor akan luluh dan membiarkannya pergi.

“Kumohon,” Lana mengedipkan matanya beberapa kali.

“Biarkan saja dia pergi, lagipula dia hanya akan pergi sebentar. Benar, kan?” Lana menoleh dan mendapati kakeknya muncul di belakang Victor.

Senyumnya mengembang saat mendengar ucapan kakeknya.

“Tentu saja, aku akan kembali ke istana setelah mengunjungi orang tuaku. Apakah boleh?” tanyanya memastikan.

“Pergilah,” satu kata dari kakeknya membuat senyum Lana melebar.

Matanya berbinar-binar, dan tanpa banyak bicara lagi, dia segera berlari keluar dari istana.

“Yang mulia—” Raja Alastor mengangkat salah satu tangannya sebelum Victor menyelesaikan ucapannya.

“Biarkan saja. Aku tidak ingin membuatnya tertekan dan tidak nyaman. Pelan-pelan saja, dia mungkin perlu adaptasi karena belum terbiasa dengan suasana di sini.”

“Benar,” Victor mengangguk paham.

“Jangan sampai dia berpikir, kita meletaknnya di dalam sangkar emas,” gumam Raja Alastor pelan.

***

Lana merasa bahagia karena bisa berkumpul lagi dengan orang tuanya. Sehari tidak bertemu mereka, dirinya merasa kesepian. Begitu pun pasangan suami istri Star itu. Meski pun bukan orang tua kandung Lana, namun mereka sudah merawat dan membesarkannya selama 17 tahun ini.

Mereka menyayangi Lana seperti putri kandung mereka sendiri.

“Kenapa kalian pindah ke sini?” Lana mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut rumah yang berkali lipat lebih besar dari rumahnya terdahulu.

“Raja Alastor memberikannya sebagai bentuk ucapan terima kasih karena telah merawat dan menjagamu selama ini,” jawab ayahnya.

“Imbalan, huh? Kenapa rasanya aku seperti sedang diperjual belikan.”

“Bukan begitu, hanya saja kami tidak tahu bagaimana cara menolaknya,” ibunya menunduk.

“Sudahlah, tidak apa-apa. Aku senang karena kalian mendapatkan kehidupan yang lebih baik sekarang.”

“Hm, Raja Alastor bahkan memberikan pekerjaan untuk ayahmu. Sekarang dia bukan lagi seorang petani yang bergaji rendah.”

“Benarkah?” Lana merasa senang mendengarnya.

Baru satu hari sejak dirinya dinyatakan sebagai Lucia Klaine, cucu kandung Raja Alastor, semua aspek kehidupannya dan orang tuanya sudah berubah sebanyak ini. Raja Alastor benar-benar tahu bagaimana cara membalas budi.

“Apakah ayah dan ibu bahagia?”

“Tentu saja, meski pun—” Lana menatap ibunya, seolah tahu apa yang sedang dipikirkan wanita itu.

“Ibu tenang saja, aku akan datang lebih sering untuk mengunjungi kalian. Tidak akan ada yang berubah meski pun aku adalah cucu raja sekarang,” ibunya berdeham senang mendengar ucapan Lana.

“Kalau begitu tunggulah, ibu akan memasak makanan kesukaanmu.”

Lana mengangguk, dan membiarkan ibunya menyibukkan diri di dapur.

***

Beberapa hari berikutnya, Lana kembali bersiap untuk melakukan kunjungan rutin ke rumah orang tuanya. Dia baru saja akan melangkah keluar dari pintu utama, sebelum dirinya disambut oleh puluhan pengawal yang sudah siap siaga berjaga di depannya.

“Apa yang kalian lakukan?”

“Maaf, tuan putri. Tapi raja memerintahkan pada kami untuk tidak membiarkanmu keluar dari istana,” ucap salah seorang pengawal yang berdiri paling dekat dengan Lana.

“Apa? Tidak mungkin kakekku bertindak seperti itu. Bukankah dia sendiri yang sudah memberikan ijin. Kalian pasti berbohong, kan?” tuduhnya.

“Tuan putri bisa menanyakannya sendiri pada raja,”

“Lihat saja bagaimana kakekku akan bertindak pada kalian semua karena sudah berbuat seperti ini padaku,” Lana berbalik dan hendak menemui kakeknya, dia sudah siap mengadu sebelum pria itu lebih dulu mengatakan sesuatu yang mengejutkannya.

“Kau tidak bisa lagi pergi ke rumah pasangan Star itu mulai sekarang.”

“Kenapa? Kenapa sekarang aku tidak diijinkan mengunjungi orang tuaku?”

“Kau harus hidup dalam kenyataan dan menerima jati dirimu sebagai tuan putri Kerajaan Estrela. Kau tidak bisa terus menerus pergi ke rumah mereka setiap hari. Ingat, mereka bukan orang tua kandungmu.”

Awalnya Raja Alastor memang mengijinkan Lana, namun gadis itu benar-benar memanfaatkan keadaan dengan datang ke rumah orang tuanya setiap hari.

“Tapi mereka yang merawat dan membesarkanku selama ini.”

“Aku tahu, dan aku juga sudah memberikan imbalan yang sangat besar atas budi baik mereka selama 19 tahun ini.”

“Jadi kau menghargaiku hanya dengan sebatas rumah mewah dan pekerjaan bagus untuk orang tuaku?” Lana menggeleng tak percaya.

“Kau tidak perlu bersikap melankolis hanya karena kakek melarangmu menemui orang tua angkatmu.”

“Bagaimana bisa kakek bersikap seperti ini? Kalau boleh memilih, aku lebih baik tetap menjadi putri mereka dan tinggal di rumah yang sederhana, dari pada menjadi seorang tuan putri tapi aku harus merasakan hidup seperti di sangkar emas. Aku ini manusia, dan aku punya perasaan!” Lana merasa marah dengan sikap kakeknya yang mudah berubah-ubah dan otoriter.

“Terserah bagaimana kau menanggapinya. Tapi percayalah, kakek melakukan semua ini demi kebaikanmu.”

“Kebaikan macam apa yang kakek maksud?”

“Kebaikan agar kau membiasakan diri untuk bertindak sebagai seorang pewaris. Lagipula mereka bukan keluargamu, kenapa kau bersikeras sekali ingin pergi?”

“Asal kakek tahu, keluarga bukan hanya sekedar soal hubungan darah. Bagiku, keluarga adalah orang tua yang selama ini merawat dan membesarkanku. Sementara kakek— hanyalah orang asing yang kebetulan saja memiliki darah yang sama denganku,” Lana mengatakan itu dengan emosi berapi-api.

Kakeknya terdiam seketika, hatinya berdenyut sakit mendengar ucapan cucunya. Baginya, Lana adalah satu-satunya keluarganya, dan juga dunianya. Tetapi gadis itu malah menganggapnya sebagai orang asing.

Tanpa pikir panjang, Lana pun berlalu dari sana. Dia berniat tetap pergi meski pun kakeknya tidak mengijinkannya.

“Kau tidak akan menemukan mereka di sudut Estrela mana pun.”

Kata-kata kakeknya berhasil menghentikan Lana seketika.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Gairah Cinta Sang Dewa Perang   95. Turun Tahta

    Genggaman tangan Lana pada tangan Kai mengerat dan wajahnya tidak bisa menyembunyikan kesedihan yang sangat besar.“Sepertinya ada yang tidak beres,” lanjut Kai.“Kita akan mencari tahu setelah Lana lebih tenang,” jawab Louise.“Tidak perlu.”Lana menarik diri dari pelukan Kai, menghapus air matanya kasar, lalu berdiri tegak dengan dagu terangkat.“Kalau memang aku bukan siapa-siapa, tidak ada alasan lagi untuk tetap berada di sini,” tegasnya.“Lana.”“Tidak boleh.”“Kau tidak akan pergi ke mana pun. Tanpa seijinku,” suara Kai terdengar lebih tegas dan dominan, membuat Lana mau tak mau menoleh ke arah pria itu.“Untuk apa? Untuk dipermalukan?”“Aku tidak akan membiarkan itu terjadi,” tatapan Kai berubah teduh.“Aku lelah.”“Aku tahu. Kau hanya perlu beristirahat, dan besok—““Kebetulan kalian berkumpul di sini. Saya sengaja membawa tuan putri menemui kalian semua agar dia bisa memperkenalkan diri,” suara Victor menginterupsi mereka

  • Gairah Cinta Sang Dewa Perang   94. Siapa Aku Ini?

    Lana menatap kakeknya yang sedari tadi duduk diam di kursinya, pria tua itu tidak mengatakan apa pun. Namun sikap diamnya itu justru membuat Lana semakin berpikir kalau semua ini memang benar. Sang raja bahkan tidak sekali pun melihat ke arahnya saat Victor mengatakan semua kebenarannya tadi. “Kakek…” suara Lana lirih dan hampir tak terdengar. Sebutir air matanya berhasil lolos melewati rahangnya, namun Raja Alastor tetap tidak bergerak, melirik pun tidak. Lana merasakan sakit menusuk hatinya, rasanya seperti dia baru saja dicabik-cabik oleh pedang panjang di tengah peperangan. “Tidak mungkin… tidak mungkin!” Lana mundur dan berlari menjauh sambil sesekali mengusap air matanya yang tak mau berhenti mengalir. Hatinya hancur dan jiwanya rapuh, sekarang ini dia hanya ingin sendiri. “Lana,” suara Kai terdengar panik dan pria itu berusaha mengejar kekasihnya, mengabaikan lirikan tajam sang raja yang diarahkan padanya.

  • Gairah Cinta Sang Dewa Perang   93. Tuan Putri Yang Asli

    “Ya, Tuan Putri Mindy Moon dari kerajaan Kalistar.”“Kerajaan Kalistar?” tanya Lana lagi, sejujurnya dia merasa asing dengan nama kerajaan itu.“Memang bukan sebuah kerajaan besar seperti Estrela, namun Raja Alastor berteman cukup baik dengan pemimpin kami,” lanjut maid itu menjelaskan.“Oh begitu, ya. Mungkin aku hanya kurang familier saja karena tidak pernah bertemu dia sebelumnya.”“Saat ini Tuan Putri Mindy sedang mewakili kedua orang tuanya untuk memberikan penghormatan terakhir pada putra perdana menteri Estrela.”Lana tersenyum mengerti, “Pergilah.”Maid itu tersenyum lalu undur diri dari hadapan Lana dan Layla.“Dari penampilannya memang terlihat seperti bangsawan sekali, ternyata memang seorang tuan putri, sama sepertimu.”“Hm—ya,” Lana mengedikkan bahu acuh.Untuk point Layla yang memuji Mindy cantik itu memang benar. Gadis itu cantik dengan kulit putih gading dan garis hidung yang menonjol, belum lagi pinggang super kecilnya yang membua

  • Gairah Cinta Sang Dewa Perang   92. Selamat Tinggal, River

    Dengan sisa tenaga yang dia miliki, Lana bergerak ke arah River yang sudah sekarat. Pria itu bahkan harus bersusah payah untuk membuka matanya dan melihat Lana. “Aku senang kau baik-baik saja,” ucapnya parau sembari mencoba tersenyum. “Diamlah, jangan berbicara lagi.” Lana meletakkan kepala River di kakinya, matanya tidak bisa berhenti menangisi keadaan River saat ini. “Aku punya satu permintaan,” Kai mengernyit, ucapan River kali ini jelas ditunjukkan padanya. “Apa?” “Aku tidak ingin menjadi monster.” “Apa maksudmu?” tanya Lana bingung. “Kau tahu apa maksudku,” lagi-lagi River mengabaikan Lana dan tetap kekeuh menatap Kai. “Kau bisa mati,” lanjut Kai. “Aku tahu. Dan aku lebih baik mati sebagai manusia daripada harus hidup sebagai monster.” “Kau yakin?” “Ya. Hanya kau yang bisa melakukannya sekarang.” “Apa maksudnya? Sebenarnya ada apa ini?” Lana menatap Kai dan River bergantian. Percakapan mereka itu seperti hanya mereka saja yang tahu apa maksudnya. “Aku

  • Gairah Cinta Sang Dewa Perang   91. Pengorbanan

    “Memang benar keturunan Estrela. Kau bahkan sama sekali tidak takut terhadapku. Dan malah menawarkan darahmu?”“Cih.”“Kalau saja kau tidak membunuh salah satu orang terbaikku.”Lana mengerutkan kening sejenak, lalu menyipitkan mata setelah memahami sesuatu.“Henry?”“Tepat sekali.”“Itu karena dia bodoh. Dan kau tentu lebih bodoh lagi karena memercayainya.”“Kau meragukan penilaianku?” rahang Jarek mengeras, terlihat pria itu tidak suka mendengar kata-kata Lana.“Ya.”Bukannya marah, Jarek malah tertawa, lebih tepatnya menertawakan diri sendiri karena gagal membuat Lana takut.Keberanian gadis itu tidak perlu diragukan lagi. Mungkin selain karena dia adalah seorang pewaris Estrela, Lana juga adalah tunangan Kai?‘Tidak. Tidak. Lebih tepatnya, karena dia keturunan Halvard Frost!’ koreksinya dalam hati.Seperti yang dia tahu, tak ada satu pun dari Klan Frost yang takut pada apa pun. Mereka terkenal kuat dan pemberani. Jarek telah hidup lebih lama dan dia jelas tahu tentang karakteristi

  • Gairah Cinta Sang Dewa Perang   90. Ancaman Serius

    “Jarek.” “Apa?” “Dia ada di sana tadi. Sepertinya juga dia yang sudah membebaskan Yael dari menara paviliun.” “Brengsek,” Kai berlari ke menara, dia perlu memastikan sendiri kalau Yael benar-benar tidak ada di sana. ‘Bagaimana ini, Jarek tahu aku sedang hamil dan sekarang dia membawa pergi Yael. Apa yang akan terjadi setelah ini,’ batinnya. Lana meremas gaun di sisi tubuhnya, tubuhnya bergetar karena Jarek sudah terang-terangan menunjukkan dirinya di Estrela. Dia bahkan mengancam Lana dan membebaskan seorang tahanan. “Tuan putri, kau baik-baik saja?” tubuh Lana nyaris ambruk kalau saja Layla tidak segera menopangnya dari belakang. “Aku ingin pulang dan beristirahat,” ucapnya pelan. Layla mengangguk tanpa banyak bertanya lagi. Dia tahu Lana sedang syok saat ini, wajahnya pucat dan pandangannya tidak fokus, terlebih lagi dirinya sedang hamil. “Pastikan tidak ada seorang pun masuk ke kamarku setelah ini.” Layla mengangguk. Dia segera membawanya kembali ke istana sebe

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status