“Perkenalkan, saya adalah Melinda Drake, yang akan mengurus segala keperluan tuan putri,” ucapnya dengan ramah dan santun.
Sama sekali tidak berubah dengan saat pertama kali mereka bertemu. “Ah, kau yang memintaku untuk membuka pakaian?” Wanita itu tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban. “Anda mau ke mana pagi-pagi begini?” “Aku ingin mengunjungi orang tuaku.” Setelah mengatakannya, Lana langsung melesat pergi. Mengabaikan larangan Melinda yang tidak membiarkannya keluar dari istana. Lana bahkan berlari saat beberapa maid mengejar untuk menghentikannya. “Kalian mau apa? Minggir, aku hanya ingin pergi jalan-jalan." “Anda dilarang ke luar dari istana tanpa ijin dari raja.” “Aku hanya ingin menemui orang tuaku, bukannya mau kabur.” Lana mendengus kesal karena akses jalannya diblokir. “Ada beberapa aturan kerajaan yang tidak boleh dilanggar meski pun kau adalah seorang tuan putri,” Lana menoleh dan mendapati Victor sudah berdiri di belakangnya. “Apa? Kau juga mau melarangku?” Lana mengangkat dagunya tinggi-tinggi. “Bukan begitu, hanya saja Raja Alastor memintaku untuk menjaga dan mengawasimu.” “Aku bukan tahanan!” “Benar, tapi kau juga tidak diperbolehkan untuk keluar masuk istana tanpa ijin.” “Aku kesepian dan ingin menemui orang tuaku,” jelasnya. Lana tidak berbohong saat mengatakan itu. Wajahnya memelas penuh permohonan, berharap Victor akan luluh dan membiarkannya pergi. “Kumohon,” Lana mengedipkan matanya beberapa kali. “Biarkan saja dia pergi, lagipula dia hanya akan pergi sebentar. Benar, kan?” Lana menoleh dan mendapati kakeknya muncul di belakang Victor. Senyumnya mengembang saat mendengar ucapan kakeknya. “Tentu saja, aku akan kembali ke istana setelah mengunjungi orang tuaku. Apakah boleh?” tanyanya memastikan. “Pergilah,” satu kata dari kakeknya membuat senyum Lana melebar. Matanya berbinar-binar, dan tanpa banyak bicara lagi, dia segera berlari keluar dari istana. “Yang mulia—” Raja Alastor mengangkat salah satu tangannya sebelum Victor menyelesaikan ucapannya. “Biarkan saja. Aku tidak ingin membuatnya tertekan dan tidak nyaman. Pelan-pelan saja, dia mungkin perlu adaptasi karena belum terbiasa dengan suasana di sini.” “Benar,” Victor mengangguk paham. “Jangan sampai dia berpikir, kita meletaknnya di dalam sangkar emas,” gumam Raja Alastor pelan. *** Lana merasa bahagia karena bisa berkumpul lagi dengan orang tuanya. Sehari tidak bertemu mereka, dirinya merasa kesepian. Begitu pun pasangan suami istri Star itu. Meski pun bukan orang tua kandung Lana, namun mereka sudah merawat dan membesarkannya selama 17 tahun ini. Mereka menyayangi Lana seperti putri kandung mereka sendiri. “Kenapa kalian pindah ke sini?” Lana mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut rumah yang berkali lipat lebih besar dari rumahnya terdahulu. “Raja Alastor memberikannya sebagai bentuk ucapan terima kasih karena telah merawat dan menjagamu selama ini,” jawab ayahnya. “Imbalan, huh? Kenapa rasanya aku seperti sedang diperjual belikan.” “Bukan begitu, hanya saja kami tidak tahu bagaimana cara menolaknya,” ibunya menunduk. “Sudahlah, tidak apa-apa. Aku senang karena kalian mendapatkan kehidupan yang lebih baik sekarang.” “Hm, Raja Alastor bahkan memberikan pekerjaan untuk ayahmu. Sekarang dia bukan lagi seorang petani yang bergaji rendah.” “Benarkah?” Lana merasa senang mendengarnya. Baru satu hari sejak dirinya dinyatakan sebagai Lucia Klaine, cucu kandung Raja Alastor, semua aspek kehidupannya dan orang tuanya sudah berubah sebanyak ini. Raja Alastor benar-benar tahu bagaimana cara membalas budi. “Apakah ayah dan ibu bahagia?” “Tentu saja, meski pun—” Lana menatap ibunya, seolah tahu apa yang sedang dipikirkan wanita itu. “Ibu tenang saja, aku akan datang lebih sering untuk mengunjungi kalian. Tidak akan ada yang berubah meski pun aku adalah cucu raja sekarang,” ibunya berdeham senang mendengar ucapan Lana. “Kalau begitu tunggulah, ibu akan memasak makanan kesukaanmu.” Lana mengangguk, dan membiarkan ibunya menyibukkan diri di dapur. *** Beberapa hari berikutnya, Lana kembali bersiap untuk melakukan kunjungan rutin ke rumah orang tuanya. Dia baru saja akan melangkah keluar dari pintu utama, sebelum dirinya disambut oleh puluhan pengawal yang sudah siap siaga berjaga di depannya. “Apa yang kalian lakukan?” “Maaf, tuan putri. Tapi raja memerintahkan pada kami untuk tidak membiarkanmu keluar dari istana,” ucap salah seorang pengawal yang berdiri paling dekat dengan Lana. “Apa? Tidak mungkin kakekku bertindak seperti itu. Bukankah dia sendiri yang sudah memberikan ijin. Kalian pasti berbohong, kan?” tuduhnya. “Tuan putri bisa menanyakannya sendiri pada raja,” “Lihat saja bagaimana kakekku akan bertindak pada kalian semua karena sudah berbuat seperti ini padaku,” Lana berbalik dan hendak menemui kakeknya, dia sudah siap mengadu sebelum pria itu lebih dulu mengatakan sesuatu yang mengejutkannya. “Kau tidak bisa lagi pergi ke rumah pasangan Star itu mulai sekarang.” “Kenapa? Kenapa sekarang aku tidak diijinkan mengunjungi orang tuaku?” “Kau harus hidup dalam kenyataan dan menerima jati dirimu sebagai tuan putri Kerajaan Estrela. Kau tidak bisa terus menerus pergi ke rumah mereka setiap hari. Ingat, mereka bukan orang tua kandungmu.” Awalnya Raja Alastor memang mengijinkan Lana, namun gadis itu benar-benar memanfaatkan keadaan dengan datang ke rumah orang tuanya setiap hari. “Tapi mereka yang merawat dan membesarkanku selama ini.” “Aku tahu, dan aku juga sudah memberikan imbalan yang sangat besar atas budi baik mereka selama 19 tahun ini.” “Jadi kau menghargaiku hanya dengan sebatas rumah mewah dan pekerjaan bagus untuk orang tuaku?” Lana menggeleng tak percaya. “Kau tidak perlu bersikap melankolis hanya karena kakek melarangmu menemui orang tua angkatmu.” “Bagaimana bisa kakek bersikap seperti ini? Kalau boleh memilih, aku lebih baik tetap menjadi putri mereka dan tinggal di rumah yang sederhana, dari pada menjadi seorang tuan putri tapi aku harus merasakan hidup seperti di sangkar emas. Aku ini manusia, dan aku punya perasaan!” Lana merasa marah dengan sikap kakeknya yang mudah berubah-ubah dan otoriter. “Terserah bagaimana kau menanggapinya. Tapi percayalah, kakek melakukan semua ini demi kebaikanmu.” “Kebaikan macam apa yang kakek maksud?” “Kebaikan agar kau membiasakan diri untuk bertindak sebagai seorang pewaris. Lagipula mereka bukan keluargamu, kenapa kau bersikeras sekali ingin pergi?” “Asal kakek tahu, keluarga bukan hanya sekedar soal hubungan darah. Bagiku, keluarga adalah orang tua yang selama ini merawat dan membesarkanku. Sementara kakek— hanyalah orang asing yang kebetulan saja memiliki darah yang sama denganku,” Lana mengatakan itu dengan emosi berapi-api. Kakeknya terdiam seketika, hatinya berdenyut sakit mendengar ucapan cucunya. Baginya, Lana adalah satu-satunya keluarganya, dan juga dunianya. Tetapi gadis itu malah menganggapnya sebagai orang asing. Tanpa pikir panjang, Lana pun berlalu dari sana. Dia berniat tetap pergi meski pun kakeknya tidak mengijinkannya. “Kau tidak akan menemukan mereka di sudut Estrela mana pun.” Kata-kata kakeknya berhasil menghentikan Lana seketika.“Apa maksudmu?”“Aku sudah mengirim mereka berdua ke Halberd.”“Apa?” butuh beberapa detik untuk Lana mencerna kata-kata kakeknya.‘Halberd? Wilayah paling barat di Illyrian, dan juga sangat jauh dari Estrela,’ memikirkannya saja sudah membuat Lana pusing.Dia tidak percaya, kakeknya sanggup bertindak sejauh itu. Halberd terkenal dengan suhunya yang dingin dan cuacanya yang tidak menentu. Lana khawatir orang tuanya tidak bisa bertahan. Seketika Lana diselimuti oleh amarah, emosinya bergejolak begitu mendengar informasi itu.“Kakek! Kau tidak bisa mengusir orang tuaku seperti ini!” Lana tidak bisa menahan teriakannya.Dia ingin marah dan juga menangis di saat bersamaan.“Hanya untuk pencegahan agar kau tidak terlalu sering keluar dari istana.”“Bagaimana bisa kakek tega mengusir orang tua yang selama ini merawatku dari Estrela, di mana hati nuranimu?”“Suatu saat nanti kau akan mengerti, kenapa aku melakukan semua ini, Lucia sayang.”“Jangan panggil aku dengan nama itu. Aku bukan Lucia
Lana mengambil benda apa pun dan bersiap memukul sosok yang tiba-tiba muncul tanpa di undang.“Hyaaa!”Lana berteriak sembari mengayukan sebuah sapu ke arah seseorang yang berjalan masuk tanpa suara. Dua detik setelahnya, dia terdiam, tertegun. Lana tidak menyangka pria itu akan muncul di sana. Pria yang tidak dia harapkan datang.“Kai? Apa yang kau lakukan di sini?” Tanya Lana tanpa bisa menyembunyikan keterkejutannya.“Kau hampir saja membunuhku,” bukannya menjawab, pria itu malah berkata dingin pada Lana.“Salah sendiri kau masuk dengan mengendap-endap seperti itu. Siapa pun pasti mengira kau adalah pencuri atau perampok!”“Apakah ada perampok yang memiliki wajah seperti ini?” Kai menunjuk diri sendiri dengan telunjuknya.“Entahlah,” Lana mengendikkan bahunya.“Kenapa kau ke sini?” lanjutnya, memutuskan tidak ingin berdebat.Jadi dia kembali ke tempatnya semula, membuka salah satu kain putih yang menutupi sofa dan duduk di sana.“Victor dan orang-orangnya tidak menemukanmu di sini.
“Ah, maaf. Aku tidak sengaja. Karena lampunya padam, aku jadi tidak bisa melihat dengan benar,” Lana berbicara tepat di depan wajah Kai.Dia merasa pipinya memanas berada dalam jarak sedekat ini dengan pria itu.“Kenapa jantungmu—” Lana tidak memiliki kesempatan untuk melanjutkan kalimatnya.Yang dia tahu, Kai tiba-tiba melingkarkan tangan di pinggangnya, lalu perlahan mendekatkan wajah ke arahnya.Lana tidak tahu, jantung siapa yang menggila sekarang. Berada dalam jarak sedekat ini dengan Kai menimbulkan perasaan aneh yang belum pernah dia temui sebelumnya. Selama ini, satu-satunya laki-laki yang paling dekat dengannya adalah ayahnya. Namun sekarang, ayahnya tidak ada. Dan Kai sepertinya memiliki niat terhadapnya.‘Apakah aku harus menutup mata di saat seperti ini?’ kata hatinya.Tubuh Kai sangat dingin, namun anehnya, Lana malah merasa hangat.Kai sendiri, tanpa sadar merasakan sesuatu yang
“Kudengar kau membantu tuan putri kecil untuk bertemu dengan orang tuanya. Kau juga menjadi orang pertama yang menemukannya saat dia melarikan diri dari istana,” ucap Louise—kakaknya.“Sepertinya akhir-akhir ini kau memiliki banyak waktu senggang. Bagaimana kalau kau mulai membantu Raja Alastor mengurus pemerintahan? Kau berbakat dalam hal itu, kan? Aku tidak keberatan membantumu berbicara dengannya,” sahut Kai dengan kata-kata sarkasnya.“Tidak, terima kasih. Kau tahu sendiri, cara menikmati hidup adalah satu-satunya bakat yang kumiliki. Dan aku akan mempertahankan kesan yang dimiliki Raja Alastor terhadapku akan hal itu.”“Benarkah? Kenapa aku merasa, kau sengaja membuat citra buruk itu sebagai penyamaran? Kau jelas-jelas ahli memahami data keuangan dalam pemerintahan, tapi malah bertingkah seperti seseorang yang akan mati besok. Bersenang-senang setiap hari, ckck.”Kai mencemooh perilaku kakaknya.
“Yelena.”“Sepertinya Kai dekat dengannya?” tanyanya spontan.‘Bagus Lana, dari sekian banyak pertanyaan, kau malah memilih pertanyaan bodoh itu,’ dalam hati, Lana merutuki diri sendiri.“Ya, mereka memang dekat.”“Yelena kehilangan kakinya karena menolong Kai, jadi adikku itu selalu merasa bersalah dan berusaha menjaganya selama ini,” terangnya.Lana mengangguk paham, jadi itu alasannya kenapa Yelena berada di atas kursi roda sekarang.“Bagimana bisa?” tanya Lana penasaran.“Singkatnya, Yelena mengorbankan dirinya untuk menyelematkan Kai dari kecelakaan. Untuk cerita lebih lengkapnya kau bisa tanyakan langsung pada Kai.”“Hah, aku malas bertemu dengannya,” Lana membuang wajahnya dengan acuh.“Kenapa? Dia kan tunanganmu,” ucapnya asal.“Dia bukan tunanganku!”“Kukira kalian berdua de
“Sepertinya aku memang menyukai Kai,” Lana tersenyum malu setelah berhasil meloloskan kata-kata itu dari bibirnya.Bukannya jawaban, Lana justru disambut dengan tawa puas dan menggelegar.“Victor, apakah aku salah dengar?” Victor mendekat saat namanya dipanggil.“Em… yang mulia, anda tidak salah dengar.”Kakeknya tersenyum lagi, seolah dirinya baru saja diguyur oleh kebahagiaan yang sangat besar.“Kalo begitu, ayo bertunangan. Kau setuju? Karena kau menyukainya, aku akan membiarkan kalian bertunangan dulu?” Lana merasa gugup bukan main.Melihat respons kakeknya yang senang bukan main, Lana menjadi panik, dan tanpa sadar hatinya jadi merasa bersalah. Lana tidak tahu apa yang akan terjadi kalau kakeknya menyadari kebohongannya kelak.Sementara Louise justru menatap ngeri pada sikap Lana yang mudah sekali berubah dalam hitungan detik.‘Ke mana perginya gadis yang tadi be
“Hari ini adalah hari pertamamu di Averil Academy, dan kami harus memastikan tuan putri tidak terlambat,” lanjutnya, masih belum menyerah untuk membangunkan Lana.“Averil… Averil Academy?” Lana seketika membuka matanya begitu mendengar nama sekolahnya yang baru.Nama sekolah itu sama sekali tidak asing di telinganya. Lana sangat tahu sekolah macam apa Averil Academy itu.Di sana hanya ada anak-anak dari keluarga bangsawan dan terpandang. Yang memiliki prinsip, ‘meski pun memiliki uang, belum tentu bisa bersekolah di sana.’Dan pagi ini, Lana baru saja diberitahu kalau dirinya akan bersekolah di sana? Dirinya tidak percaya dan mencoba menepuk-nepuk pipinya beberapa kali.“Ternyata bukan mimpi,” ucapnya tak percaya.“Ada apa, tuan putri?” tanya Melinda, penasaran melihat tingkah Lana yang tidak biasa.“Bagaimana bisa aku bersekolah di Averil Academy? Bukankah hanya
“Memangnya kenapa?”“Soal pertunangan itu…” Lana tidak tahu bagaimana cara melanjutkan kalimatnya.“Bukankah sudah ditentukan?”‘Bukankah sudah ditentukan? Dia bahkan memiliki template jawaban yang sama,’ batin Lana.“Kau tidak keberatan?” tanyanya lagi dengan hati-hati.“Apa kau menginginkannya?” Kai memiringkan tubuhnya, memusatkan perhatian sepenuhnya pada Lana yang duduk di sampingnya.“Apa?” Lana tidak bisa menyembunyikan kegugupannya, dan jantungnya sudah berdebar-debar sangat hebat sekarang.Lana menggigit bibir bawahnya sembari berusaha menenangkan diri.“Kenapa kau bertanya begitu?”“Karena kalau kau tidak setuju, pertunangan ini tidak akan pernah terjadi.”DEG!Hati Lana mencelos, dan dia merasakan keringat dingin membasahi telapak tangannya.“Kau bisa menolaknya
“Memangnya kenapa?”“Soal pertunangan itu…” Lana tidak tahu bagaimana cara melanjutkan kalimatnya.“Bukankah sudah ditentukan?”‘Bukankah sudah ditentukan? Dia bahkan memiliki template jawaban yang sama,’ batin Lana.“Kau tidak keberatan?” tanyanya lagi dengan hati-hati.“Apa kau menginginkannya?” Kai memiringkan tubuhnya, memusatkan perhatian sepenuhnya pada Lana yang duduk di sampingnya.“Apa?” Lana tidak bisa menyembunyikan kegugupannya, dan jantungnya sudah berdebar-debar sangat hebat sekarang.Lana menggigit bibir bawahnya sembari berusaha menenangkan diri.“Kenapa kau bertanya begitu?”“Karena kalau kau tidak setuju, pertunangan ini tidak akan pernah terjadi.”DEG!Hati Lana mencelos, dan dia merasakan keringat dingin membasahi telapak tangannya.“Kau bisa menolaknya
“Hari ini adalah hari pertamamu di Averil Academy, dan kami harus memastikan tuan putri tidak terlambat,” lanjutnya, masih belum menyerah untuk membangunkan Lana.“Averil… Averil Academy?” Lana seketika membuka matanya begitu mendengar nama sekolahnya yang baru.Nama sekolah itu sama sekali tidak asing di telinganya. Lana sangat tahu sekolah macam apa Averil Academy itu.Di sana hanya ada anak-anak dari keluarga bangsawan dan terpandang. Yang memiliki prinsip, ‘meski pun memiliki uang, belum tentu bisa bersekolah di sana.’Dan pagi ini, Lana baru saja diberitahu kalau dirinya akan bersekolah di sana? Dirinya tidak percaya dan mencoba menepuk-nepuk pipinya beberapa kali.“Ternyata bukan mimpi,” ucapnya tak percaya.“Ada apa, tuan putri?” tanya Melinda, penasaran melihat tingkah Lana yang tidak biasa.“Bagaimana bisa aku bersekolah di Averil Academy? Bukankah hanya
“Sepertinya aku memang menyukai Kai,” Lana tersenyum malu setelah berhasil meloloskan kata-kata itu dari bibirnya.Bukannya jawaban, Lana justru disambut dengan tawa puas dan menggelegar.“Victor, apakah aku salah dengar?” Victor mendekat saat namanya dipanggil.“Em… yang mulia, anda tidak salah dengar.”Kakeknya tersenyum lagi, seolah dirinya baru saja diguyur oleh kebahagiaan yang sangat besar.“Kalo begitu, ayo bertunangan. Kau setuju? Karena kau menyukainya, aku akan membiarkan kalian bertunangan dulu?” Lana merasa gugup bukan main.Melihat respons kakeknya yang senang bukan main, Lana menjadi panik, dan tanpa sadar hatinya jadi merasa bersalah. Lana tidak tahu apa yang akan terjadi kalau kakeknya menyadari kebohongannya kelak.Sementara Louise justru menatap ngeri pada sikap Lana yang mudah sekali berubah dalam hitungan detik.‘Ke mana perginya gadis yang tadi be
“Yelena.”“Sepertinya Kai dekat dengannya?” tanyanya spontan.‘Bagus Lana, dari sekian banyak pertanyaan, kau malah memilih pertanyaan bodoh itu,’ dalam hati, Lana merutuki diri sendiri.“Ya, mereka memang dekat.”“Yelena kehilangan kakinya karena menolong Kai, jadi adikku itu selalu merasa bersalah dan berusaha menjaganya selama ini,” terangnya.Lana mengangguk paham, jadi itu alasannya kenapa Yelena berada di atas kursi roda sekarang.“Bagimana bisa?” tanya Lana penasaran.“Singkatnya, Yelena mengorbankan dirinya untuk menyelematkan Kai dari kecelakaan. Untuk cerita lebih lengkapnya kau bisa tanyakan langsung pada Kai.”“Hah, aku malas bertemu dengannya,” Lana membuang wajahnya dengan acuh.“Kenapa? Dia kan tunanganmu,” ucapnya asal.“Dia bukan tunanganku!”“Kukira kalian berdua de
“Kudengar kau membantu tuan putri kecil untuk bertemu dengan orang tuanya. Kau juga menjadi orang pertama yang menemukannya saat dia melarikan diri dari istana,” ucap Louise—kakaknya.“Sepertinya akhir-akhir ini kau memiliki banyak waktu senggang. Bagaimana kalau kau mulai membantu Raja Alastor mengurus pemerintahan? Kau berbakat dalam hal itu, kan? Aku tidak keberatan membantumu berbicara dengannya,” sahut Kai dengan kata-kata sarkasnya.“Tidak, terima kasih. Kau tahu sendiri, cara menikmati hidup adalah satu-satunya bakat yang kumiliki. Dan aku akan mempertahankan kesan yang dimiliki Raja Alastor terhadapku akan hal itu.”“Benarkah? Kenapa aku merasa, kau sengaja membuat citra buruk itu sebagai penyamaran? Kau jelas-jelas ahli memahami data keuangan dalam pemerintahan, tapi malah bertingkah seperti seseorang yang akan mati besok. Bersenang-senang setiap hari, ckck.”Kai mencemooh perilaku kakaknya.
“Ah, maaf. Aku tidak sengaja. Karena lampunya padam, aku jadi tidak bisa melihat dengan benar,” Lana berbicara tepat di depan wajah Kai.Dia merasa pipinya memanas berada dalam jarak sedekat ini dengan pria itu.“Kenapa jantungmu—” Lana tidak memiliki kesempatan untuk melanjutkan kalimatnya.Yang dia tahu, Kai tiba-tiba melingkarkan tangan di pinggangnya, lalu perlahan mendekatkan wajah ke arahnya.Lana tidak tahu, jantung siapa yang menggila sekarang. Berada dalam jarak sedekat ini dengan Kai menimbulkan perasaan aneh yang belum pernah dia temui sebelumnya. Selama ini, satu-satunya laki-laki yang paling dekat dengannya adalah ayahnya. Namun sekarang, ayahnya tidak ada. Dan Kai sepertinya memiliki niat terhadapnya.‘Apakah aku harus menutup mata di saat seperti ini?’ kata hatinya.Tubuh Kai sangat dingin, namun anehnya, Lana malah merasa hangat.Kai sendiri, tanpa sadar merasakan sesuatu yang
Lana mengambil benda apa pun dan bersiap memukul sosok yang tiba-tiba muncul tanpa di undang.“Hyaaa!”Lana berteriak sembari mengayukan sebuah sapu ke arah seseorang yang berjalan masuk tanpa suara. Dua detik setelahnya, dia terdiam, tertegun. Lana tidak menyangka pria itu akan muncul di sana. Pria yang tidak dia harapkan datang.“Kai? Apa yang kau lakukan di sini?” Tanya Lana tanpa bisa menyembunyikan keterkejutannya.“Kau hampir saja membunuhku,” bukannya menjawab, pria itu malah berkata dingin pada Lana.“Salah sendiri kau masuk dengan mengendap-endap seperti itu. Siapa pun pasti mengira kau adalah pencuri atau perampok!”“Apakah ada perampok yang memiliki wajah seperti ini?” Kai menunjuk diri sendiri dengan telunjuknya.“Entahlah,” Lana mengendikkan bahunya.“Kenapa kau ke sini?” lanjutnya, memutuskan tidak ingin berdebat.Jadi dia kembali ke tempatnya semula, membuka salah satu kain putih yang menutupi sofa dan duduk di sana.“Victor dan orang-orangnya tidak menemukanmu di sini.
“Apa maksudmu?”“Aku sudah mengirim mereka berdua ke Halberd.”“Apa?” butuh beberapa detik untuk Lana mencerna kata-kata kakeknya.‘Halberd? Wilayah paling barat di Illyrian, dan juga sangat jauh dari Estrela,’ memikirkannya saja sudah membuat Lana pusing.Dia tidak percaya, kakeknya sanggup bertindak sejauh itu. Halberd terkenal dengan suhunya yang dingin dan cuacanya yang tidak menentu. Lana khawatir orang tuanya tidak bisa bertahan. Seketika Lana diselimuti oleh amarah, emosinya bergejolak begitu mendengar informasi itu.“Kakek! Kau tidak bisa mengusir orang tuaku seperti ini!” Lana tidak bisa menahan teriakannya.Dia ingin marah dan juga menangis di saat bersamaan.“Hanya untuk pencegahan agar kau tidak terlalu sering keluar dari istana.”“Bagaimana bisa kakek tega mengusir orang tua yang selama ini merawatku dari Estrela, di mana hati nuranimu?”“Suatu saat nanti kau akan mengerti, kenapa aku melakukan semua ini, Lucia sayang.”“Jangan panggil aku dengan nama itu. Aku bukan Lucia
“Perkenalkan, saya adalah Melinda Drake, yang akan mengurus segala keperluan tuan putri,” ucapnya dengan ramah dan santun.Sama sekali tidak berubah dengan saat pertama kali mereka bertemu.“Ah, kau yang memintaku untuk membuka pakaian?”Wanita itu tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban.“Anda mau ke mana pagi-pagi begini?”“Aku ingin mengunjungi orang tuaku.”Setelah mengatakannya, Lana langsung melesat pergi. Mengabaikan larangan Melinda yang tidak membiarkannya keluar dari istana.Lana bahkan berlari saat beberapa maid mengejar untuk menghentikannya.“Kalian mau apa? Minggir, aku hanya ingin pergi jalan-jalan."“Anda dilarang ke luar dari istana tanpa ijin dari raja.”“Aku hanya ingin menemui orang tuaku, bukannya mau kabur.”Lana mendengus kesal karena akses jalannya diblokir.“Ada beberapa aturan kerajaan yang tidak boleh dilanggar meski pun kau adalah seorang tuan putri,” Lana menoleh dan mendapati Victor sudah berdiri di belakangnya.“Apa? Kau juga mau melarangku?” Lana menga