"Kenapa kamu masih berdiri di situ, Kia? Kemarilah dan duduk di sampingku," ucap Byan, sembari tertawa dalam hati melihat wajah pias Kia, serta ekspresi terkejut yang kentara begitu jelas di wajah Alex.Kia menelan ludahnya yang terasa berat mendengar suara serak dan dalam yang mengalun tegas di udara, terasa menggetarkan dan entah kenapa memberikan efek menggigil pada tubuhnya."Kalian sudah saling mengenal?" Alex-lah yang paling terkejut mendengar perkataan kliennya itu yang menyebut nama Kia, seolah mereka telah dekat sebelumnya. Ia mengerutkan kening sembari menatap Byan dan Kia tajam."Saling kenal?" Ulang Byan sembari menaikkan satu alisnya yang lebat membalas tatapan Alex. "Kia adalah satu-satunya alasan untukku memilih Guntoro & Partners Law Firm sebagai jasa konsultan untuk klub milikku Beautiful Paradise," ucapnya tanpa tedeng aling-aling. "Sepertinya Anda harus berterima kasih kepada Kia, Pak Alex. Dia-lah yang membuatku yakin."Kia masih tetap terdiam tak tahu harus berkat
Kia menghela napas pelan sembari menatap ke arah pintu ruang rapat yang masih saja tertutup sejak tadi. Apa sih yang dibicarakan oleh Byan dan Alex? Kenapa mereka lama sekali? Ada rasa ingin tahu yang amat besar menggantung di dalam benaknya, namun Kia memutuskan untuk tidak berusaha menguping mencari tahu. Persetan apa yang dibicarakan oleh kedua lelaki itu, karena itu bukan urusannya. Di sini ia hanya ingin menunggu Byan, ingin mengkonfrontasi secara langsung kenapa selama ini Byan menyembunyikan jati dirinya kepada Kia.Ck. Dasar menyebalkan. Byan benar-benar membuat Kia seperti orang bodoh, yang mengira bahwa lelaki itu berprofesi sebagai bartender dan gigolo... padahal Byan adalah pemilik Beautiful Paradise, klub malam terbesar di kota ini.Ketika akhirnya suara pintu yang terbuka pun terdengar, membuat Kia serta merta menolehkan kepalanya ke sana. Ia mendesah lega ketika melihat Byan yang baru saja keluar dari sana. Langkah kaki jenjangnya pun mulai mengayun anggun menghampiri
Mobil mewah yang membawa Byan dan Kia kini telah memasuki kompleks bandara. Kia memandangi situasi dari balik jendela kaca, masih tak percaya bahwa Byan benar-benar membawanya kemari dengan dalih mengajaknya makan siang di Bali! Dan kening Kia pun semakin mengernyit ketika melihat bahwa mobil yang ia naiki memasuki area bandara yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Dimana ini? Rasanya ia baru tahu kalau ada terminal keberangkatan yang baru dan berbeda dari yang pernah ia kunjungi sebelumnya. Betapa terkejutnya gadis itu ketika menyadari bahwa ternyata Byan telah membawanya ke area parkir yang diperuntukkan khusus untuk penumpang yang akan menaiki pesawat pribadi! ((Selamat datang di Saphire Precious Lounge)). Kia membaca tulisan yang tertera di pintu sebuah flyer besar, sebelum dirinya dibawa oleh Byan yang terus menarik tangannya. Mereka terus berjalan memasuki sebuah ruang tunggu executive untuk penumpang yang menyewa private jet. "Selamat siang, Pak Byantara," seorang wanita m
Suara sang pilot pesawat yang menggema mengumumkan bahwa tak lama lagi mereka akan sampai di tujuan, nyatanya tak membuat Byan melepaskan Kia yang berada di atas pangkuannya. Kedua insan rupawan itu saling memagut, menyatukan bibir dalam deru dua jantung yang sama-sama memburu. Ciuman itu terasa sangat manis meski hasrat di dalamnya pun juga ikut tersemat. ((Aku sayang kamu, Byan.))Kalimat yang diucapkan suara renyah Kia sebelumnya itu membuat kinerja otak Byan seketika kacau balau. Meskipun ia tahu definisi 'sayang' sangat berbeda dengan 'cinta', namun tetap saja ia tak bisa mengontrol ketika serasa ada ribuan bunga warna-warni yang mekar di dalam hatinya.Byan pun segera melepas sabuk pengaman dari pinggang ramping Kia, lalu mengangkat tubuh mungil berlekuk indah itu ke atas pangkuannya dan langsung menyergap bibir manis berpulas lipstik merah menyala yang sejak tadi membuatnya tergoda.Kia pun ikut menyambut kecupan mendalam Byan yang sepenuh hati dan menuntut. Sembari duduk di p
"Kamu belum tahu, Mae? Aku adalah adik tiri dari Byantara Samudra. Kenalkan, namaku Baraka Samudra. Waktu itu kita belum sempat berkenalan dengan baik, kan?"Kia mengerjap kaget mendengar kalimat penegasan Bara itu. Diam-diam ia pun melirik ke arah Byan, yang saat ini dengan sengaja berdiri di depannya untuk menghalau Bara yang hendak mendekatinya.Kia bisa merasakan sikap antipati Byan yang tertuju kepada Bara, dan itu bukan hanya karena ia cemburu. Sepertinya hubungan antara mereka memang kurang baik."Kalian sudah berkenalan kan sekarang?" Cetus Byan dingin, tanpa berusaha menutupi rasa tidak sukanya kepada Bara.Kia merasakan tangannya tiba-tiba saja digenggam dengan erat, dan siapa lagi pelakunya jika bukan Byan."Jadi permisi, Bara. Aku dan kekasihku ingin menikmati hari-hari menyenangkan kami di Bali."Kalimat sindiran itu mengakhiri segala bentuk interaksi kaku di antara mereka, terutama dengan adanya penekanan Byan yang dengan sengaja pada kata "kekasih".Byan telah membawa K
"Kia.""Hm?"Byan mengelus punggung sehalus sutra yang berada di dalam dekapannya. Dua tubuh anak manusia itu kini saling berpelukan erat di atas ranjang yang telah berantakan. Bantal Kia bahkan telah menghilang entah kemana, namun itu tidak menjadi masalah karena Byan dengan senang hati memberikan lengannya sebagai pengganti. Mereka telah bercinta selama berjam-jam nonstop, dan Byan tahu kalau sesungguhnya Kia kelelahan memenuhi hasratnya. Tapi ada sesuatu yang terasa mengganjal di hatinya, dan Byan ingin mengungkapkan semuanya kepada Kia sebelum gadis seksi ini tertidur pulas."Aku ingin kamu tahu tentang apa yang sesungguhnya terjadi. Tentang ucapan Bara yang tadi." Kia terdiam sejenak mencoba untuk mencerna. Sebenarnya ia sangat mengantuk setelah maraton bercinta, namun nada serius yang tercipta di dalam suara Byan membuat kantuknya serta-merta sirna. Awalnya Kia sangat mengantuk dan ingin pulas terlelap, namun ucapan Byan tadi sukses membuatnya tergugah. Melayani hasrat Byan
Kia hanya bisa duduk diam di atas pangkuan Byan, menyandarkan punggungnya dengan pasrah di dada keras penuh otot lelaki itu. Sekujur tubuhnya terasa sangat letih, namun hentakan keras tanpa jeda dari arah bawahnya tak pelak membuat gadis itu merintih, tengelam dalam kenikmatan yang sejak tadi tak hentinya diberikan oleh Byan.Karena ranjang mereka sudah kacau balau tak berbentuk dan seprainya basah oleh keringat serta cairan cinta, Byan pun akhirnya menggendong Kia menuju ke sofa untuk melanjutkan pergulatan panas mereka. Hari ini Byan bersikap jauh lebih beringas daripada sebelumnya, semata karena batinnya yang merasa sangat lega setelah menceritakan segala beban yang ia tanggung seumur hidup kepada Kia. Langkahnya terasa ringan, jiwanya serasa bebas. Hanya dengan Kia ia bisa utuh bercerita. Dengan wanita cantik yang kini sedang mendesah sambil memejamkan mata. Byan menyukai bagaimana kulit halus Kia yang berkilau oleh keringat terasa lembab ketika ia sentuh. Ah... ini membuatnya g
Menikah??Kia mendadak terdiam dalam hening lisannya saat mendengar perkataan Byan sebelumnya. Apa Byan barusan saja melamar dirinya? Apa ia tidak salah dengar? Tapi... bagaimana mungkin? Bukankah mereka baru mengenal selama beberapa minggu ini saja?Oke, mungkin lebih dari beberapa minggu. Hampir dua bulan lebih tepatnya. Dua bulan!!"Uhm. Byan--""Kamu tidak perlu menjawabnya sekarang juga, Sayang." Tawa kecil menguar dari bibir Byan ketika melihat Kia yang kebingungan dan seperti kehilangan kata-kata. Menggemaskan sekali."Aku akan tetap menunggu jawabanmu selama apa pun itu, dan percayalah... aku pun tidak akan pernah berubah pikiran dan menarik kembali lamaranku," cetusnya sembari tersenyum menatap manik Kia yang cantik."Tapi apa kamu benar-benar yakin ingin menikah... denganku?" Tanya Kia penasaran. "Aku tidak pernah merasa seyakin ini dalam mengambil keputusan selama hidupku," tandas Byan dengan sorot tegas kepada Kia."Tapi... apa itu tidak terlalu... uhm...""Apa? Impulsif