"Morning, my sexy wifey."Suara berat yang berbisik lembut di telinganya itu membuat Kia seketika terbangun.Ia sedang menguap, ketika bibir Byan mengecup dadanya dengan bertubi-tubi dan membuat Kia tertawa pelan. Wanita itu lalu tersenyum dan mengelus rambut lebat lelaki itu yang masih asyik berkelana di dadanya dan tidak terlihat ingin beranjak."Byan.""Hm?"Kia terdiam sebentar, seperti sedang berpikir untuk menyusun kalimat yang tepat. Namun akhirnya ia pun menyerah, karena kehamilan ini membuat kepalanya terasa agak pusing di pagi hari untuk berpikir terlalu berat."Uhm... sampai kapan kita di sini?" Kia pun akhirnya menyuarakan pertanyaan yang terus berputar di dalam benaknya secara gamblang."Di sini?" Ulang Byan yang telah mengangkat kepalanya dari dada Kia dan menatap istrinya sambil menaikkan alis. "Maksudmu di Bali? Atau di resort?""Di Bali. Maksudku, sampai kapan kita di Bali," sahut Kia cepat. Ia tahu resort ini memiliki arti yang sangat dalam bagi Byan, dan sejujurnya
Kedua lelaki itu saling menatap dengan sorot yang dipenuhi oleh permusuhan. Perkataan telak dari Byan barusan sebenarnya cukup membuat batin Alex goyah, namun lelaki itu sepertinya menolak untuk menyerah. Meskipun harapan yang semula hadir karena ia meyakini bahwa janin yang dikandung Kia adalah miliknya, kini menjadi semu. Seiring dengan penyesalan demi penyesalan yang saat ini memenuhi benaknya.Alex mengutuk diri sendiri yang begitu bodohnya karena telah menyia-nyiakan Kia, setelah kehilangan membuatnya sadar bahwa sesungguhnya ia mencintai gadis itu. Alex mengira bahwa Kia hanyalah "ngambek" padanya, karena ia tidak bisa memberi status yang jelas untuk Kia dan malah hendak menikahi Tessa.Ia pun mengira bahwa Kia hanya ingin bermaksud membuat dirinya cemburu dengan mendekati Byan, karena Alex yang berkeyakinan jika Kia juga masih mencintainya.Namun kabar berita yang diberikan oleh Bara membuat Alex sangat terkejut. Ketika berita pertama yang ia dengar adalah Byan yang membawa K
"Byan!" Suara yang memanggilnya itu membuat Byan mengangkat wajahnya yang semula tertunduk dalam kalut. Lelaki itu pun berdiri dari duduknya di atas sofa panjang rumah sakit tempat penunggu pasien yang sedang berada di ruang emergency. Tak terkira betapa leganya dirinya melihat wajah secantik bidadari dengan sosoknya yang akan selamanya sempurna di matanya itu, kini tengah memeluk dirinya dengan erat.Byan menghirup aroma lembut rambut istrinya yang sejenak mengalihkan gelisahnya, memberikan suntikan adrenalin yang kembali memimbulkan asa yang semula telah surut. Byan membuka mulutnya, untuk mengeluarkan suara serak yang dipenuhi kecemasan mendalam. "Kia, ayah..." "Ayahmu akan baik-baik saja," potong Kia. Ia mengeratkan pelukannya sebelum mulai melepasnya perlahan sembari mendongakkan wajahnya, hingga kini ia beradu tatap dengan wajah tampan suaminya yang kini terlihat murung. Satu tangannya terulur untuk mengusap pipi Byan. Seulas senyuman manis ia berikan untuk suaminya, berha
"Satu... dua... tiga!" Gadis seksi bersurai panjang itu segera memutar botol bir kosong dengan posisi rebah di atas meja bartender. Malam ini ia ingin menghabiskan waktu untuk bercinta dengan salah satu dari tiga lelaki tampan yang mengerubunginya dengan tatapan lapar.Si Baju Hitam, si Mata Sipit, dan si Suara Lembut.Kia sama sekali tidak mengingat nama mereka, akibat efek alkohol yang telah hampir mengambil alih seluruh fungsi otaknya, jadi dia menamakan ketiga lelaki itu berdasarkan penilaian subyektif. Alias semaunya.Botol bir itu pun mulai berputar, dan Kia tertawa geli saat salah seorang lelaki mengecup lehernya dengan penuh nafsu. "Berhenti, Suara Lembut! Dilarang sentuh kecuali kamulah pemenangnya." Gadis cantik bergaun hitam ketat itu pun menjambak kasar rambut lelaki yang curang dengan mencuri start. Kia tersenyum ke arah lelaki itu, lalu mengusap bibirnya. "Jika kamu yang menang, maka malam ini aku adalah milikmu seorang," bisiknya mesra dengan nada seduktif. "Kamu bi
Kia merasakan seperti ada sekelumit memorinya yang hilang karena kepalanya yang sangat pusing akibat alkohol.Yang ia ingat terakhir kali, adalah ketika Bartender tampan itu menghajar Si Baju Hitam. Lalu Kia membisikkan kalimat dengan nada mesra penuh rayuan kepada lelaki itu, yang memintanya untuk membawa gadis itu pergi sejauh mungkin agar tidak ada yang bisa menemukan mereka. Lalu... lalu??Kia mengerang pelan, saat tikaman rasa sakit yang menghujam kepalanya terasa sangat nyeri bagaikan ribuan jarum tajam menusuk kulitnya. Gadis itu pun perlahan membuka mata, dan tersentak kaget.Karena sepasang mata sekelam malam dan sedingin es, tengah beradu pandang dengannya. Sontak saja Kia menatap kondisi dirinya dan lelaki yang masih berpakaian lengkap. Oh, mereka belum melakukan apa pun. Gadis itu mengenyit. "Uhm... Si Bartender kan?" Tanyanya sambil berusaha memijat pelipisnya yang sakit."Ini dimana?" Tanya Kia lagi, setelah menyadari bahwa dirinya tengah terbaring di atas sebuah ranja
Napas Kia mulai memburu dan pendek-pendek, seiring dengan semakin cepatnya gerakan jemari Byan di tubuhnya. Kenikmatan yang ia rasakan membuat Kia menggigit pelan bahu Byan tanpa sadar. Kia serasa tenggelam di dalam lautan kenikmatan, tak butuh waktu lama bagi gadis itu untuk mencapai ledakan puncak kenikmatan yang memporak-porandakan otak dan tubuhnya. Jemari mahir Byan yang bergerak liar membuat Kia meneriakkan nama lelaki itu dikala terjangan hasrat menyerbunya. Byan menyeringai puas, kala melihat bagaimana tubuh seksi Kia menggelinjang, melengkung dengan sensual. Dorongan untuk mencicipi cita rasa Kia begitu kuat, hal yang membuatnya langsung membawa jemarinya sendiri ke mulutnya.Kia masih mengatur napasnya yang pecah berantakan karena pelepasan, saat maniknya yang sayu menangkap Byan yang menikmati jari-jarinya yang mengkilap basah. Gadis itu pun terkesima saat melihatnya. "Kenapa?" Tanya Byan saat mendapati Kia yang lekat menatapnya. "Kamu nggak jijik?" Tanya Kia heran."
Kia mengguman lirih dengan manik yang masih terpejam seperti seseorang yang sedang mengigau. Namun beberapa saat kemudian, kelopak matanya pun perlahan mulai terbuka.Uh, pegal sekali. Seluruh tubuhnya bagai habis melakukan olahraga ekstrim yang overexpose. Tapi jika dipikirkan lagi, bukankah memang apa yang ia dan Byan lakukan agak terbilang ekstrim?Fiuh. Lelaki itu benar-benar membuatnya kelelahan dengan staminanya yang luar biasa seperti kuda jantan liar. Bisa dibilang, servis yang Byan lakukan membuat Kia sangat terpuaskan sekaligus melelahkan. Ya, sampai sekarang pun Kia sangat yakin jika bartender tampan bernama Byantara itu juga pasti berprofesi ganda sebagai gigolo kelas atas. Bibir sensual itu melengkungkan senyum, saat mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi. Byan pasti sedang membersihkan diri. Kia bermaksud untuk beristirahat selama beberapa saat lagi, ketika mendengar dengung suara ponselnya bergetar pelan. Dengan menghela napas malas, Kia meraih pouch ke
Kia telah berdiri tepat di depan pintu Penthouse Alex dengan sikap kaku.Sejenak ia menghela napas pelan, berusaha untuk tidak berlari sejauh mungkin dari sini, hal yang sesungguhnya sangat ingin ia lakukan. Ia terlalu sakit. Terlalu patah hati, di saat cintanya kepada lelaki itu tidak sanggup membuat Alex menjadikannya pendamping dan lebih memilih wanita yang dipilihkan oleh orang tuanya.Brengsek. Pengecut. Pembohong.Kia masih mengalamatkan sejuta makian untuk lelaki yang juga atasannya itu, atas seluruh waktu dan perasaan yang sia-sia yang selama ini ia berikan. Alex membuat Kia mengira bahwa lelaki itu benar-benar mencintainya, hingga Kia pun rela memberikan kesuciannya karena terlalu terhanyut pada rayuan pengacara tampan itu. Lagipula siapa yang tidak akan tergoda pada Alex Guntoro yang bukan hanya tampan dan berkarisma sebagai seorang pengacara yang cukup dikenal di negara ini? Kia sendiri pada awalnya juga sebenarnya diam-diam mengidolakan lelaki itu, dan bersorak gembira