Halo kak, gak terasa udah 43 bab. maaf nih kak baru sempat menyapa kak semua🤧 Nah Renata bingung dengan sikap pak Ferdi terhadap Andika, bagiamana ya reaksi Renata jika tau yang sesungguhnya. yuk kan tinggalkan jejaknya, di kolom komentar biar kita bisa sharing gitu. makasih kak 😘😘😘
Renata bertanya-tanya ada apa sebenarnya? kenapa Andika diperlakukan sangat spesial? tak hanya Renata, Vera juga sama dia juga heran dengan perlakuan mertuanya kepada Andika yang bahkan lebih dari perlakuannya kepada Dion. "Mas kenapa perlakuan papa seperti itu terhadap Andika?" tanya Vera. "Nanti kamu akan tau," jawab Dion. Pak Ferdi kini mendatangi Renata yang masih berdiri dengan ekspresi bingung kemudian beliau segera merangkul menantunya tersebut. Dirangkul papa Dion tentu membuat Renata tampak kikuk, dirinya tak tau harus bagaimana karena semua rasa bercampur jadi satu di hatinya. Pak Ferdi membawa Renata ke ruang makan karena memang waktunya untuk makan malam. "Duduklah Renata," titah pak Ferdi. Dengan tangannya sendiri pak Ferdi melayani Renata sehingga membuat Vera iri pada Renata, bahkan dia beranggapan kalau Pak Ferdi menyetujui hubungan gelap Dion dan Renata. Setelah semua duduk, para pelayan melayani mereka terlebih Renata yang diperlakukan khusus ini semua karena
Semua mata tertuju kepada Renata, mereka tidak menyangka dengan keputusan Renata yang tidak memilih diantara mereka berdua. "Apa maksud kamu Renata, kalau kamu tidak memilih keduanya bagaimana dengan anak yang ada di dalam kandungan kamu?" tanya Dion yang kecewa dengan keputusan Renata. "Mas, kalian bersaudara bagaiamana bisa aku kalian saling musuh. Mungkin mulut kalau melafazkan ikhlas namun bagaimana dengan hati kalian? kalian yakin tidak akan ada pertikaian diantara kalian," ungkap Renata. "Lagipula meski aku tidak memilih kalian, pak Ferdi ayah kalian tidak akan diam saja terhadap benih yang aku kandung, karena bagaiamana pun juga benih ini adalah cucunya," sambungnya. Mendengar ucapan Renata membuat Pak Ferdi tersenyum, dia sungguh salut akan keputusan Renata yang tidak ingin menghancurkan hubungan Kakak beradik, terlebih lagi Renata paham jika dia jelas tidak akan membiarkan cucunya dalam kesusahan meski kedua orang tuanya tidak bersama. "Apa kamu akan menyudahi pernikahan
Pak Rangga membukakan pintu mobil untuk Renata. Beliau sengaja disuruh membawa Renata ke Villa miliknya. Pak Ferdi tentu tidak akan membiarkan calon cucunya hidup dalam kesusahan, sehingga pak Ferdi mengutus pak Rangga untuk menyiapkan semuanya untuk Renata. Keputusan Renata membuat Pak Ferdi salut karena memang jika dia memilih satu dari anaknya akan menimbulkan keretakan diantara Dion maupun Andika. Pak Ferdi menyiapkan semua tanpa sepengetahuan Andika dan Dion dan untuk villa yang akan ditempati Renata merupakan villa elit yang mana Dion tidak mengetahui tempat ini. Disana sudah disiapkan bodyguard dan juga pelayan untuk melayani Renata, intinya semua kebutuhan Renata sudah disiapkan jadi Renata tidak akan kekurangan apapun. Sebagai seorang ayah dan calon kakek tentu dia tidak ingin Renata susah, apalagi setelah perpisahannya dengan Andika maupun Dion. Sesampainya di vila, Renata terbelalak melihat kemegahan villa milik mertuanya tersebut, diantara semua vila yang berjejer, mil
Bola mata Vera menatap Dion yang juga menatapnya, dirinya sungguh shock mendengar permintaan pisah dari Dion. Menurutnya Dion sangat keterlaluan, dirinya hanya pergi ke luar negeri kenapa harus meminta sebuah perpisahan? "Apa mas, coba ulangi lagi," pinta Vera. "Aku rasa kamu sudah mendengarnya Vera, aku ingin kita pisah," sahut Dion. Vera mundur selangkah kakinya tiba-tiba melemas sehingga tidak mampu menopang tubuhnya, permintaan kisah dari Dion benar-benar membuat mental Vera down. "Kenapa kamu menginginkan sebuah perpisahan Mas? padahal aku tidak mempermasalahkan hubunganmu dengan Renata selama ini," kata Vera. Dion tertawa mendengar ucapan Vera, jelas Vera tidak mempermasalahkan hubungannya dengan Renata, karena dia sendiri tidak menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri. "Apa yang kamu pertahankan dari hubungan kita Vera?" tanya Dion. "Kita ini seperti orang asing yang tinggal satu rumah," sambungnya. Vera menggelengkan kepala, lagi-lagi dia mengungkit janji Dion se
Bukannya melarang anaknya terserah Pak Ferdi justru ingin merayakan perpisahan Dion dengan Vera. Dimanapun tempatnya seorang ayah pasti menginginkan kebahagiaan anaknya, jika pernikahan anaknya tidak bahagia tentu seorang ayah pasti mendukung sebuah perpisahan. Disisi lain Vera seakan tak peduli dengan ancaman Dion, dirinya tetap pergi ke luar negeri dan mengabaikan apa yang terjadi nanti. Entah apa yang membuat Vera sangat terobsesi dengan karirnya sehingga rela mengorbankan pernikahannya dan juga orang yang dicintainya. "Maafkan aku mas, tapi aku harus tetap pergi keluar negeri," batin Vera. Dirinya yang tahu akan konsekuensi jika tetap pergi ke luar negeri adalah sebuah perpisahan seakan tidak peduli bahkan dia menganggap ancaman Dion hanya sebuah gertakan saja. Setelah makan malam di rumah Papanya Dion kembali ke rumah, saat dia masuk kamarnya dia tidak menemukan Vera yang artinya Vera memang berniat berpisah dengannya. "As you wish Vera," ucap Dion dengan tersenyum. Meskipu
Pak Ferdi tersenyum menatap Pak Rangga seakan beliau sudah memikirkan hal itu. Apa yang direncanakan pak Ferdi tidak ada yang tau, entah beliau akan menyiapkan jodoh yang lain untuk Renata atau menjodohkan Renata dengan bapak dari anak yang dikandungnya. "Tenang saja Rangga, aku sudah memikirkan hal itu jauh-jauh hari. Renata adalah wanita yang baik pengorbanannya untuk anak-anakku sangatlah besar terlebih Andika, andaikan waktu itu dia tidak meminjam uang pada Dion mungkin Andika sudah meninggal dan aku tidak akan bisa bertemu lagi dengan anakku," ungkap Pak Ferdi. Pak Rangga nampak mengangguk paham, memang pengorbanan Renata sangat besar meski dia sendiri yang menanggung akibatnya kini. "Oleh karena itu jaga baik-baik dia Rangga, jangan sampai dia dan calon cucuku kekurangan apapun," sambung pak Ferdi. "Jangan mengkhawatirkan hal itu Tuan, saya selalu mengawasi nona Renata, ya walaupun terkadang saya melihat dia menangis tapi nona Renata iklas menerima apa yang terjadi pada dirin
Sesampainya di rumah Andika menceritakan keanehan Dion kepada papanya, Pak Ferdi yang mendengar cerita Andika tampak tersenyum entah apa yang hinggap dipikiran Pak Ferdi sehingga beliau meminta Andika untuk menuruti permintaan kakaknya. "Sudahlah Andika turuti saja keinginan kakak kamu," pinta papannya dengan mengelus pundak Andika. Andika menghela nafas kemudian dia menuju dapur untuk memasak makanan buat kakaknya. Andika yang bingung tak tahu ingin memasak apa sehingga tanpa sadar dia membuat makanan kesukaan Renata untuk Dion dan benar saja setelah makanan itu siap Dion sangat lahap memakan masakan Andika. "Kak pelan-pelan kalau makan, nih masakannya masih banyak," kata Andika. Dion terus makan tanpa menggubris ucapan Andika, entah mengapa memakan makanan Andika terasa nikmat tersendiri sehingga dia tidak mau makan dengan pelan. Pak Rangga dan Pak Ferdi saling bertatapan seolah kedua pria tua ini memikirkan sesuatu. Apa yang sebenarnya terjadi dengan Dion? dan apa pula yang d
"Renata, aku merindukanmu. Mungkin saat ini kita jauh di mata tapi dekat di doa," gumam Dion saat dirinya memandangi foto wanita yang saat ini mendominasi hatinya. Dion hidup dengan kenangan Renata, sungguh dia ingin sekali memeluk wanitanya tersebut dan bercerita banyak hal tentang dirinya dan juga Andika. "Kak," panggil Andika. Dion yang terkejut menjatuhkan ponselnya dan Andika bisa melihat jika Dion melihat foto mantan istrinya. "Kak Dion merindukan Renata?" tanya Andika. "Maafkan kakak Andika," sahut Dion lalu membalik ponselnya. Andika hanya tersenyum lalu menepuk bahu kakaknya. semenjak Renata pergi dari hidupnya, Andika memang merasakan kehilangan namun seiring berjalannya waktu perlahan dia bisa melupakan Renata meski mantan istrinya tetap ada di hatinya. Andika terdiam hingga pertanyaan Dion membuyarkan lamunannya. "Ada apa Andika?" tanya Dion. "Itu ada beberapa mahasiswa yang mengajukan magang ke kantor kita," jawab Andika. "Apa wanita waktu itu juga datang?" tany