Beranda / Romansa / Gairah Liar Istriku / Bab 29. Buih -Buih Cinta

Share

Bab 29. Buih -Buih Cinta

last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-23 23:48:08

Nara yang awalnya hanya merasa gelisah kini benar-benar ketakutan. Suara motor Reno yang meraung di depan rumahnya membuatnya refleks berlari keluar, tanpa menyadari bahaya yang ada di belakangnya.

Sosok pria bercadar yang hampir menyergapnya terhenti sejenak. Ia menyadari bahwa rencananya gagal kali ini. Dengan cepat, ia berbalik menuju jendela yang digunakannya untuk masuk. Tanpa suara, ia melesat keluar, menyelinap ke dalam gelapnya malam sebelum Reno sempat melihatnya.

Begitu Nara membuka pintu depan, Reno sudah turun dari motornya dengan ekspresi cemas. “Nara! Kamu baik-baik saja?” tanyanya, langkahnya cepat mendekat.

Nara mengangguk, meskipun hatinya masih berdebar. “Aku merasa ada sesuatu yang aneh malam ini, Reno. Seperti ada yang mengawasiku…”

Reno melirik ke sekeliling dengan tatapan tajam dan tampak waspada. Lampu-lampu jalanan yang temaram membuat bayangan-bayangan panjang berkelebat di sudut-sudut halaman. Ia merasakan sesuatu yang tidak beres, tetapi tidak melihat siapa
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Gairah Liar Istriku   Bab 30. Dendam Soraya

    Suasana di apartemen Soraya terasa sunyi, meskipun televisi di ruang tamu menyala, menampilkan film laga yang diputar di saluran televisi kabel. Rama duduk di sofa dengan santai, satu tangan memegang remot dan tangan lainnya menggenggam kaleng bir yang sudah setengah kosong. Pandangannya tertuju pada layar, tetapi pikirannya melayang entah ke mana. Ia tidak benar-benar memperhatikan adegan demi adegan yang berlangsung.Sementara itu, di dalam kamar mandi, Soraya berdiri di depan wastafel dengan ponsel di tangannya. Jemarinya bergerak cepat di atas layar, mengetik pesan yang penuh dengan kemarahan terselubung.“Kalian gagal? Bagaimana mungkin dia bisa lolos? Bukankah kalian sudah menyusun rencana dengan matang?”Pesan itu terkirim, dan beberapa detik kemudian, tanda centang biru muncul. Tidak butuh waktu lama sebelum balasan tiba.“Kami hampir berhasil, tetapi Reno tiba-tiba muncul. Itu di luar dugaan.”Soraya mendengus pelan, rahangnya mengeras. Ia mengetik lagi, kali ini dengan lebih

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-26
  • Gairah Liar Istriku   Bab 31. “Ini Bukan Kebetulan”

    Tapi, tepat ketika Reno hendak memutar balik arah motornya, sebuah deru mesin mendadak terdengar. Keras, cepat, dan semakin mendekat. Reno hanya punya sepersekian detik untuk menoleh, dan saat itulah dia melihatnya—sebuah mobil Toyota Kijang berwarna gelap melaju dengan kecepatan tinggi ke arah dirinya. Lampu depan mobil itu menyilaukan, seperti dua kilatan tajam yang menusuk kegelapan malam.Segala sesuatu terjadi begitu cepat, tetapi bagi Reno, waktu seakan melambat. Adrenalin langsung menyentak ke seluruh tubuhnya, membuat inderanya waspada dalam sekejap. Napasnya tertahan, matanya melebar. Jarak antara dirinya dan mobil itu semakin menipis—lima meter, tiga meter—dan, telat beberapa detik saja, tubuhnya akan terhempas tanpa ampun ke udara, mungkin menabrak trotoar dengan suara dentuman mematikan.“sial!” Reno mengumpat seraya menari gas motornya dengan gerakan refleks. Ban belakang motor berdecit tajam saat roda berputar cepat di atas aspal. Dalam momen itu, tubuh Reno ikut merundu

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-27
  • Gairah Liar Istriku   Bab 32. Bukti Yang Hilang

    Alis Reno berkerut ketika melihat nama Nara muncul di layar. Dengan cepat, ia membuka pesan tersebut.“Maaf, Ren. Ponselku tadi mati dan baru saja selesai dicharge. Aku nggak tahu kalau kamu telepon. Ada apa?”Reno menghela napas panjang, sedikit lega. Jadi, itu alasannya Nara tidak mengangkat teleponnya. Bukan karena sedang dalam bahaya, melainkan karena ponselnya mati. Namun, meski pesan itu sedikit meredakan kecemasannya, firasat buruk di hatinya belum sepenuhnya hilang.Matanya kembali tertuju ke arah rumah Nara yang masih tampak sepi dari kejauhan. Mobil Rama terparkir di halaman, tetapi tidak ada tanda-tanda aktivitas yang mencurigakan.Reno mengetik balasan cepat.“Aku tadi cuma mau memastikan kamu baik-baik saja.”Butuh beberapa detik sebelum tanda “sedang mengetik” muncul di layar. Reno menunggu dengan sabar, meski dalam hatinya, ia masih merasakan ketegangan yang menggantung.Balasan Nara akhirnya muncul.“Iya, Rama sudah pulang.”Reno membaca pesan itu perlahan, berusaha me

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-28
  • Gairah Liar Istriku   Bab 33. "Open The Fucking Door!"

    Arka mengatupkan rahangnya erat-erat, hingga gigi gerahannya menggeretak. Dia masih memegang ponsel yang baru saja terputus sambungannya. Ada rasa tegang yang menguasai dadanya. Suara tawa di ujung telepon itu terdengar dingin dan sinis,, Tapi Arka seoerti mengenali nada itu dengan baik. Bandi.Bandi adalah salah satu anak buah Dita. Dulu, dia hanya seseorang yang patuh dan jarang berbicara. Tapi sekarang, dari caranya berbicara tadi, Arka tahu bahwa Bandi tidak lagi takut pada Dita… atau pada siapa pun.Dada Arka berdebar keras saat mengingat isi percakapan singkat itu.“Kau mencari ponsel itu, bukan?”Dan setelah itu, permintaan tebusan yang luar biasa besar: dua miliar rupiah.Belum sempat Arka mengatakan setuju atau menolak, Bandi langsung memutus panggilan.Di sebuah gudang tua yang gelap dan berdebu, Bandi meletakkan ponselnya di meja kayu reyot sambil tertawa keras. Beberapa orang di sekitarnya, gerombolan anak buah yang kini menjadi pengikutnya, ikut tertawa.“Coba bayangkan

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-29
  • Gairah Liar Istriku   Bab 34. "Sebebntar Lagi Kamu Akan Tahu Nara"

    DUK! DUK! DUK!Ketukan itu semakin keras dan kasar. Arka merasakan jantungnya berdegup begitu kencang hingga seolah hendak meledak. Dengan tangan gemetar, dia berjalan mendekati pintu, mencoba mengatur napasnya yang tiba-tiba memburu.“Buka, Arka! Buka pintu sialan ini sekarang juga!” suara itu terdengar lebih tajam dan penuh ancaman.Dita.Arka memejamkan matanya sejenak, merutuk dalam hati. Ia tahu Dita bukan orang yang sabar. Jika ia tidak segera membukakan pintu, perempuan itu mungkin akan membuat keributan yang lebih besar.Dengan enggan, Arka memutar kunci dan menarik gagang pintu. Begitu pintu terbuka, Dita langsung menerobos masuk tanpa menunggu undangan. Mata tajamnya menyapu seisi ruangan, lalu menatap Arka dengan sorot penuh tuntutan.“Ada apa?” Arka berusaha terdengar tenang, meski dadanya masih berdegup keras.Dita menatapnya dengan tatapan dingin. “Aku butuh sesuatu.”Arka mengernyit. “Sesuatu?”Dita mendekat, suaranya merendah, tapi penuh tekanan. “Rekaman itu, Arka. Re

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-30
  • Gairah Liar Istriku   Bab 35. Saatnya Barburu

    Keesokan paginya, di meja makan, Nara duduk di seberang Rama yang tengah menikmati sarapannya dengan santai. Aroma kopi hitam yang mengepul memenuhi ruangan, bercampur dengan bau roti panggang yang baru keluar dari pemanggang. Sinar matahari pagi yang menerobos melalui jendela dapur menyoroti meja kayu yang tertata rapi dengan piring, sendok, dan cangkir porselen berisi kopi hitam pekat.Nara mengaduk-aduk nasinya dengan sendok, namun ia tidak benar-benar berniat menyantapnya. Perutnya terasa penuh, bukan karena kenyang, melainkan karena pikirannya yang kacau. Semalaman ia nyaris tidak tidur, kepalanya dipenuhi bayangan-bayangan yang membuatnya gelisah. Sesekali, ia melirik ke arah Rama, yang tampak tenang menikmati sarapannya.Dengan ragu, ia akhirnya membuka suara. "Rama, aku ingin bicara sesuatu," katanya pelan, suaranya hampir tenggelam dalam suara detik jam dinding.Rama, yang tengah menyesap kopinya, melirik sekilas. Ia meletakkan cangkirnya kembali ke meja, lalu menghela napas

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-01
  • Gairah Liar Istriku   Bab 36. Nara Panik

    Reno masih duduk di tepi ranjangnya, memandangi perban yang melilit lengannya. Kulitnya terasa perih di bawah perban itu, luka yang masih baru mengingatkannya pada kejadian semalam. Pikirannya berputar tanpa henti, mengulang kembali kejadian yang nyaris merenggut nyawanya. Mobil Kijang gelap itu muncul entah dari mana, melaju kencang ke arahnya dengan kecepatan yang tidak wajar. Jika saja ia tidak refleks menarik gas motor dengan kecepatan yang akurat, mungkin kini ia sudah menjadi berita utama di koran pagi ini. Pikiran itu membuat tengkuknya meremang.Ia mengepalkan tangannya, berusaha menekan rasa marah dan frustrasi yang bercampur aduk. Dadanya naik turun dengan napas berat. Ini bukan kebetulan. Seseorang menginginkan dirinya mati. Matanya menatap kosong ke lantai, kemudian beralih ke jendela yang setengah terbuka. Angin segar di pagi hari berhembus pelan membelai wajahnya, membawa kesunyian yang membuatnya semakin gelisah. Apakah ini peringatan? Atau ini hanya permulaan?Ponseln

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-04
  • Gairah Liar Istriku   Bab 37. Semuanya Seperti Sedang Tidak Tepat

    “Maaf, Pak Rama. Ibu Soraya…” Orang itu Bernama Andre. Ia melirik Soraya dengan cepat, seolah meminta izin tak langsung. “…saya perlu bicara sekarang. Ini soal transfer dana proyek luar negeri.”Soraya memutar tubuhnya sedikit, menatap Andre tanpa ekspresi. “Silakan, Pak Andre. Saya rasa Bapak Rama perlu tahu sekarang juga.”Rama menghela napas, mengusap wajahnya. “Apa lagi sekarang?”Andre berdiri tegak, keringat tampak membasahi pelipisnya. “Barusan kami menerima notifikasi dari bank—ada transfer keluar dari rekening escrow untuk proyek Semarang… sebesar 2,8 miliar.”Rama langsung duduk tegak. “Apa? Dana itu belum boleh dipakai sebelum tahap dua selesai!”Andre mengangguk, gugup. “Itu dia, Pak. Kami nggak tahu siapa yang meng-otorisasi. Sistem menunjukkan approval dari akun Bapak, tapi... Pak Rama belum pernah login hari ini, kan?”Rama memicingkan mata, nadanya berubah dingin. “Tentu saja belum. Laptop saya bahkan belum disentuh sejak pagi.”Soraya berpura-pura terkejut. “Ini bisa

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-05

Bab terbaru

  • Gairah Liar Istriku   Bab 62. Penculikan??

    Apartemen mewah di kawasan elit itu sunyi. Hanya suara detik jam dan sesekali bunyi deru mobil dari kejauhan yang terdengar. Di dalam ruang kerja yang dikelilingi rak buku dan layar-layar monitor kecil, Dita duduk bersandar di kursi kulit berwarna coklat tua, tubuhnya sedikit miring, satu kaki disilangkan. Di tangannya, sebuah ponsel menyala—panggilan tersambung dengan seseorang yang suaranya terdengar berat, penuh kehati-hatian."Jadi... kau sudah berada di lokasi?" tanya Dita pelan.Suara laki-laki di seberang terdengar seperti bisikan, tapi penuh tekanan. “Sudah. Timku menunggu di sekitar hotel. Kami tidak bersenjata. Seperti yang Anda minta—tanpa paksaan. Tanpa jejak.”“Bagus.” Dita menarik napas dalam. Ia menatap foto Nara di layar monitor—hasil tangkapan kamera pengawas yang sudah ditanam sebelumnya di sekitar hotel. “Ingat, dia tidak boleh merasa seperti korban. Dia harus merasa bahwa semua ini adalah pilihannya sendiri.”“Dan jika dia menolak?” tanya suara itu lagi.Dita terd

  • Gairah Liar Istriku   Bab 61. Musuh Tak Kasat Mata

    "Kenapa ponselmu mati?" gumamnya lagi, kini suaranya lebih rendah, lebih berbahaya. Ia mencoba mengingat. Terakhir mereka bicara, Nara tampak gelisah. Tapi dia pikir itu karena pertengkaran kecil mereka sebelumnya. Ia tidak menyangka Nara akan pergi diam-diam. Apalagi jam segini. Apalagi... setelah kabar duka soal Arka yang tadi muncul di TV. Arka. Nama itu menggema di benaknya. Dan bersamaan dengan itu, muncul gelombang kecurigaan yang dingin dan tajam. Apakah Nara tahu sesuatu? Apakah dia pergi untuk menemui seseorang?Reno?Mantanannya?Nama itu muncul begitu saja, menghantam benaknya seperti palu. Rama mengepalkan tangan, rahangnya mengeras. Kilasan kenangan—percakapan, sorot mata Nara saat nama Reno disebut, dan jarak yang makin terasa di antara mereka—semuanya membentuk pola yang tak bisa lagi ia abaikan.“Jadi ini alasannya kau terus berubah, Nara?”Pintu kamar mendadak berderit pelan.Rama sontak menoleh. Tangannya reflek menyentuh ponsel di meja. Tatapannya langsung mengunci

  • Gairah Liar Istriku   Bab 60.

    Soraya berdiri di depan cermin panjang kamarnya, wajahnya masih basah usai membasuhnya dengan air dingin. Matanya memerah—bukan karena tangis, tapi karena emosi yang tak bisa lagi dikekang. Tangannya mencengkeram erat tepi meja rias, kuku-kukunya menekan kayu dengan keras hingga sendi-sendinya menegang."Apa sebenarnya maumu, Dita...?" desisnya lirih, tapi penuh bara.Ia sudah lama curiga. Dita terlalu banyak bermain api, terlalu lihai menebar umpan dan terlalu cepat menyingkirkan pion-pion yang tak lagi ia butuhkan. Dan kini, setelah Arka tewas dalam kecelakaan yang tak masuk akal, Soraya merasa ada sesuatu yang sangat tidak beres.“Jangan-jangan Arka… Sial! Apakah sebenarnya Dita terlibat?”Pertanyaan itu terngiang-ngiang di kepalanya.Dari awal, Soraya memang punya tujuan yang jelas: mendapatkan Rama. Bukan hanya cintanya—jika itu bisa disebut cinta—tapi seluruh yang menyertai pria itu. Nama, kekayaan, dan semua akses eksklusif yang hanya dimiliki seorang pria dengan reputasi sekua

  • Gairah Liar Istriku   Bab 58. Obsesi Gila

    "Aku tadinya gak tega, sungguh," lanjutnya, matanya menerawang ke lampu-lampu jalanan di bawah sana. "Tapi kau yang memaksa, Arka. Kau berani berkhianat padaku. Kau ancam rencanaku. Bahkan kau sempat menakut-nakuti aku dengan pesan-pesan itu... kau pikir aku akan diam saja? Kau pikir kau bisa memegang kendali?"Dita tertawa lagi, kali ini lebih keras. Wajahnya bersinar oleh rasa puas yang tak bisa disembunyikan. Angin malam menyibak sebagian rambutnya, tapi ia tak peduli."Terpaksa, Arka... terpaksa sekali. Tapi terima kasih, ya? Kau sudah jadi senjata pembuka jalan untuk rencana besar ini. Indah sekali... kematianmu bahkan lebih dramatis dari yang kuharapkan."Ia menutup jendela perlahan, lalu berjalan ke arah meja kecil di dekat sofa. Di sana, laptop terbuka dengan tab-tab yang masih menyala: satu berita utama tentang kecelakaan Arka, satu lagi tentang profil perusahaan milik Rama, dan satu jendela obrolan pesan pribadi yang belum ia balas—dari Soraya.Dita menyipitkan mata, membaca

  • Gairah Liar Istriku   57. impian Dita

    Hening menyelimuti kamar hotel mewah itu. Lampu temaram dari dinding hanya menyoroti sebagian tubuh Rama yang tertidur di atas ranjang, masih mengenakan kemeja kusut dan celana bahan yang tidak sempat diganti. Napasnya berat dan teratur, bau alkohol masih samar tercium dari tubuhnya.Nara duduk di ujung ranjang, punggungnya membungkuk, tangan meremas-remas jemari sendiri tanpa sadar. Matanya terus melirik ke arah Rama, memastikan pria itu benar-benar tertidur pulas. Tapi bukan itu yang membuat hatinya berdebar kencang.Pikiran Nara sudah melayang jauh sejak beberapa jam lalu. Ia tidak bisa tidur. Tidak setelah berita duka tentang Arka memenuhi layar TV beberapa jam sebelumnya. Dan sekarang, bayang-bayang itu kembali menghantuinya dengan lebih nyata, lebih mengerikan."Arka..." bisiknya pelan, nyaris tak bersuara.Ia memejamkan mata, mengingat kembali detik-detik terakhir sebelum semuanya berubah.Nara menoleh lagi ke arah suaminya yang terbaring tanpa kesadaran. Tak ada ketenangan dal

  • Gairah Liar Istriku   Bab 56, Puzzle

    Di ujung sambungan, Soraya mengerutkan kening. “Reno?” Ia mengulang pelan, seolah ingin memastikan ia tidak salah dengar. “Kau yakin?”“Dia satu-satunya yang punya akses ke Arka tanpa menimbulkan kecurigaan. Dia dekat dengan Nara. Bisa saja Arka sempat membuka mulut, atau… atau ada informasi yang sampai ke Reno.”“Tunggu,” potong Soraya cepat, nadanya tak setuju. “Itu terdengar terlalu dipaksakan. Reno bahkan bukan bagian dari lingkaran ini, Dita. Dia bukan tipe orang yang main kotor. Bahkan, terlalu bersih menurutku.”“Justru karena itu,” sahut Dita tajam. “Orang-orang seperti dia... yang tampak bersih dan tak tahu apa-apa... biasanya menyimpan sesuatu yang lebih berbahaya.”“Tapi membunuh Arka? Ayolah, Dit. Itu terlalu jauh untuk seseorang seperti Reno. Dia tidak punya cukup alas an, kan?”Dita menghela napas kasar. “Siapa yang tahu apa yang dia dengar dari Nara? Siapa tahu dia mulai curiga tentang Arka? Tentang kita?”Soraya terdengar ragu. “Kalau benar Reno pelakunya, itu artinya

  • Gairah Liar Istriku   Bab 56. Siapa Yang Merencanakan

    Nara melangkah mundur perlahan. Napasnya mulai sesak.Dan saat ia berdiri di depan TV yang masih menayangkan ulang gambar mobil Arka yang hancur, satu hal menjadi semakin jelas.Kematian Arka bukan kecelakaan biasa.Soraya masih terjaga di dalam kamar hotelnya, duduk di tepi ranjang dengan mata menatap layar ponsel yang menampilkan berita duka terbaru. Arka, pria yang selama ini menjadi pion dalam permainan busuk mereka, dinyatakan tewas dalam sebuah kecelakaan tragis. Soraya membaca ulang berita itu beberapa kali, mencoba menyaring setiap informasi yang tertera di layar: lokasi kecelakaan, kondisi mobil, dan terutama detail mencurigakan bahwa sopir truk yang menabrak mobil Arka diduga meloncat dari kendaraan beberapa detik sebelum benturan.Semuanya terlalu rapi. Terlalu sempurna.Soraya memicingkan mata, bibirnya mengerucut, dan jemarinya mulai bergerak cepat mengetik sebuah nama di layar ponsel. Ia menelpon Dita. Butuh tiga nada sambung sebelum akhirnya suara Dita terdengar di ujun

  • Gairah Liar Istriku   Bab 55. Kerja Bagus

    Tubuh Nara membeku di ambang pintu.Dua orang pria berdiri di depannya. Salah satunya tampak mengenakan seragam hitam sederhana, jelas seorang staf hotel—mendorong sebuah kursi roda perlahan.Dan di atas kursi roda itu...Nara menelan ludah. Matanya membelalak, napas tercekat di tenggorokan.Rama.Suaminya sendiri, duduk limbung di kursi roda, tubuhnya terkulai dengan kepala tertuinduk. Kemejanya kusut, beberapa kancing terbuka, dan wajahnya merah padam karena alkohol."Apa yang terjadi…?" gumam Nara, setengah tidak percaya.“Maaf, Ibu. Tadi beliau berada di bar dan… tampaknya terlalu banyak minum. Beliau sempat berpesan kepada bartender untuk diantar ke kamar ini kalau sudah tidak sanggup berdiri,” ucap staf hotel itu, sopan, sedikit tergesa.Tanpa pikir panjang, Nara membuka pintu lebar-lebar. “Cepat bawa masuk, Pak”Mereka mendorong kursi roda perlahan melewati ambang pintu.Nara menyingkirkan tas dan sepatu yang berserakan di lantai, lalu membantu staf bar itu memindahkan Rama ke

  • Gairah Liar Istriku   Bab 54. Rencana Kecil Rama

    Tujuannya adalah ke bar hotel.Tempat ia pernah duduk seorang diri bertahun-tahun lalu… saat konflik dalam hidupnya tak bisa ia lawan dengan logika.Dan malam ini, ia kembali kesana.Lift naik perlahan.Di dalam kotak sempit itu, Rama menyandarkan punggungnya ke dinding baja, menunduk."Aku pengecut, ya?" batinnya lirih."Aku tidak sanggup berhadapan dengan Nara?"Angka terus berganti di panel: 10... 14... 19..."Tapi di bar… setidaknya aku bisa diam. Mungkin ada satu gelas yang bisa bikin semua ini berhenti sebentar."Denting lift terdengar.Pintu terbuka pelan.22.Udara berbeda menyambutnya. Lampu remang, suara musik jazz dari kejauhan, aroma alkohol dan kayu tua.Langkah Rama pelan saat menyusuri lorong.Ia tidak lagi memikirkan alasan atau kata maaf.Ia hanya ingin duduk.Dan lupa.Bar hotel tampak sepi.Seorang bartender tengah membersihkan gelas di sudut meja panjang.Beberapa kursi kosong berjejer di depan cermin besar yang memantulkan pantulan kelam wajah Rama sendiri.Ia men

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status