Beranda / Romansa / Gairah Liar Presdir Posesif / 67. Aku Akan Mensucikanmu

Share

67. Aku Akan Mensucikanmu

Penulis: Caramelodrama
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-26 11:21:24

“Tidak! Aku tidak mau!” Ziandra memejamkan mata ketika dada polosnya masih saja diremas dan dipermainkan tangan agresif Hanz sambil pria itu sesekali akan mendekatkan ponselnya ke dia.

Terkadang mengarahkan kamera ke wajahnya, kadang pula ke dadanya yang sudah tidak ditutupi apa pun.

Isak tangis Ziandra tidak menimbulkan iba pada Hanz, seakan sudah tak ada rasa kemanusiaan sedikit pun pada pria itu.

“Aldric… Aldric, tolong! Aldric… huhuhuuu….” Dengan mata terpejam erat, Ziandra tanpa sadar menyeru nama pria itu keras-keras saking kalutnya.

CKLAAKK!

Suara pintu yang dibuka kasar terdengar.

Hanz tersentak, kepalanya menoleh dengan ekspresi terkejut.

Ziandra juga membelalakkan mata, napasnya tersengal. Masih ada sisa air mata di pelupuk matanya.

Di ambang pintu yang kini terbuka lebar, seorang pria berdiri dengan ekspresi penuh amarah.

Tatapan matanya gelap, tajam seperti elang yang siap menerkam. Tangannya mengepal di sisinya, rahangnya mengeras seolah menahan diri agar tidak langsung
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Gairah Liar Presdir Posesif   96. Menghadapi Ibu Mertua

    “Zia. Kenapa baru datang jam ini? Apa kantormu terlalu mengeksploitasi pekerjanya?” Winda, ibu mertuanya, berbicara dengan nada manis.Ziandra termangu untuk sesaat? Ibu mertuanya tidak salah makan hari ini, kan?“Kalau mereka melakukan eksploitasi ke pekerjanya, nanti biar Mami adukan teman Mami yang anggota dewan kota!” Si ibu mertua kini malah menambahkan senyuman bersahabat.Apakah ini ibu mertua yang sama? Ziandra terus bertanya-tanya.Bukankah biasanya ibu mertuanya tak pernah memberikan sikap ramah ke dia? Kenapa ini malah tiba-tiba….“Ya ampun, kamu malah bengong begitu.” Kini si ibu mertua menghampiri Ziandra dan menggamit lengannya. “Ayo, sini! Mami bawa martabak manis. Katanya Dion kamu suka itu, kan?”Sejak kapan dia suka martabak manis? Bukannya itu kesukaan Dion dan Namila?Mata Ziandra melirik ke Dion dan Namila yang duduk berdampingan tak jauh darinya. Mereka tersenyum simpul. Ada apa ini? Permainan macam apa lagi dari mereka?“Oh, eh, iya, terima kasih, Mi.” Ziandra m

  • Gairah Liar Presdir Posesif   95. Incaran Dion

    “Mobilku….” Ziandra trtawa keras dalam hatinya.Rupanya itu yang diincar suaminya sejak tadi.“Kenapa? Aku sudah memberikanmu motorku.”Ziandra tidak berlebihan mengatakannya. Motor pribadinya yang dia beli dari hasil menabung dan harus kredit selama 3 tahun, sudah dia relakan untuk jadi hak milik Dion.“Biar aku bisa pakai untuk antar jemput ibumu ke sini. Masa kamu tega biarin Ibu naik ojek tiap hari? Aku termasuk anaknya juga, kan?” Dion memberikan alasan.Ziandra ingin tertawa hina tapi dia tahan.Dia tahu. Permintaan Dion bukan demi ibunya. Hanya sebuah pemuasan ego dari suaminya saja.‘Tapi aku tak punya pilihan. Kalau Clara sampai tahu—dalam cara yang salah, dengan bahasa Dion yang keji—trauma itu bisa membekas seumur hidupnya.’ Dia membatin.Dan Ziandra tak sanggup membayangkannya.“Ambil mobil itu,” ucapnya pelan. “Ambil saja.”Senyum Dion seketika mengembang tanpa malu-malu. “Kamu yang bilang, loh ya! Kamu yang berikan itu ke aku.”Setelahnya Dion lekas pergi dari sana diiri

  • Gairah Liar Presdir Posesif   94. Melibatkan Clara

    “Membuntutinya?” Dion mengerutkan kening mendengar ide Namila.Dia diam untuk berpikir dulu mengenai itu.“Kenapa?” Namila bertanya. “Bukannya itu ide bagus?”Mata tajam Dion melirik Namila yang masih memandanginya demi menunggu jawaban.“Aku punya hal lain yang ingin aku kejar.” Dion berkata.“Apa itu?” Namila penasaran.Dion mulai tersenyum miring sebelum dia berkata, “Pokoknya ada! Kamu belum saatnya tahu.”Rupanya Dion masih ingin merahasiakan apa yang ada dalam benaknya dari Namila.Ini menyebabkan Namila merengek manja. Dia tak terima kekasih tabunya memiliki sesuatu yang disembunyikan darinya. "Ayolah, sayang, jangan main rahasia denganku. Aku bisa mati penasaran kalau kamu tidak memberitahu aku." Namila mencoba meluluhkan Dion dengan rengekannya.Tapi Dion masih kukuh, tak mau membagi pikirannya dengan Namila."Kali ini saja aku ingin menyimpan ini dulu darimu, Mila sayang." Dion mengelus wajah cantik Namila. "Nanti juga kamu akan tahu. Kan tidak menjadi kejutan menyenangkan

  • Gairah Liar Presdir Posesif   93. Rencana Baru untuk Ziandra

    “Pak! Pak Aldric!” Dion bangkit, ingin menahan kepergian Aldric dari sana.Dia masih belum berhasil mendapatkan kesepakatan Aldric. Dia tak ingin impiannya musnah sebelum waktunya.“Apa lagi? Kurasa sudah tak ada yang perlu dibincangkan.” Aldric menatap malas ke Dion yang tak tahu malu.Sayang sekali, Dion ketika sudah menargetkan seseorang, dia jarang ingin melepaskan mangsanya.“Bagaimana kalau tiga puluh juta, Pak? Saya yakin itu bukan jumlah besar yang memberatkan Bapak.” Aldric menetap heran ke Dion. Sememuakkan itukah suami Ziandra? Bagaimana bisa dulunya Ziandra sudi menjadi istrinya?“Bahkan jika itu sepuluh ribu rupiah pun, saya tidak ingin memberikannya ke kamu.”Tapi, Aldric mendadak merogoh saku jasnya dan mengeluarkan lembaran uang nominal Rp10 ribu.“Oh, kalau senilai ini, aku masih bermurah hati padamu, Pak Dion. Terimalah, mungkin bisa untuk biaya ojekmu pulang.” Aldric menempelkan lembaran itu ke dada Dion.Mau tak mau, Dion menerimanya.Hanya saja, kemudian Aldric me

  • Gairah Liar Presdir Posesif   92. Dion Vs Aldric

    “Jadi kamu mengundang saya ke sini hanya untuk mengatakan itu saja?”Di luar dugaan Dion, Aldric justru menanggapinya dengan sikap santai. Seolah-olah Dion tidak menimbulkan kegentaran di hatinya.Hal ini memang mengejutkan Dion. Dia sempat terdiam sesaat, tapi lekas mengambil kendali lagi.“Pak Aldric. Bapak orang ternama di negara ini. Anda pebisnis besar yang pastinya tak ada orang tak tahu Anda. Apakah Bapak yakin akan baik-baik saja apabila saya membongkar hubungan tabu Bapak dengan istri saya?”Dion tak kurang akal dan membawa-bawa status Aldric sebagai pengusaha ternama.Aldric tidak menyurutkan sikap santainya. Dua lengan direntangkan santai di sandaran kursi dan punggung bersandar rileks. Sungguh tak memiliki kesan dia sedang ditekan.“Langsung saja ke intinya, Pak Dion. Saya tak suka orang yang terlalu bertele-tele seperti kamu.” Aldric memberikan pandangan meremehkan ke Dion.Di matanya,

  • Gairah Liar Presdir Posesif   91. Interogasi dari Susan

    “Clara senang kamu datang,” ucap Ziandra pelan.Dia tak tahu harus berbincang apa jika ada Susan dan Clara di dekat mereka.Tapi… bukankah kalau mereka sedang berduaan saja pun tak pernah ada pembicaraan yang benar-benar obrolan? Mereka lebih banyak beraktivitas ketimbang berbincang!Ziandra melirik Aldric yang mengangguk kecil sambil pria itu berkata, “Bagus. Karena aku juga senang bisa datang.”“Tapi… kenapa harus datang begini?” Dia masih belum tenang dengan kedatangan tiba-tiba Aldric.Hatinya berdebar-debar, menduga-duga apa sekiranya yang dipikirkan ibunya saat ini. Seakan Aldric mempertebal fakta akan tuduhan yang dilontarkan Dion.Dia harus jawab apa jika Susan mempertanyakan mengenai kedatangan Aldric?“Sudah kukatakan, aku ingin melihatmu, dan sekaligus menjenguk Clara.” Aldic menegaskan ucapannya dengan suara rendah dia.Ziandra menghela napas pelan. Sepertinya susah sekali menghentikan pria ini kalau sudah punya kemauan.Maka dari itu, yang bisa dikatakan Ziandra hanya seb

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status