LOGINAlexa bangun dari tidur karena merasa pusing, sekujur tubuhnya malah terasa sangat sakit. Dia berusaha untuk bangun, tetapi dia terkejut ketika melihat tubuh Sang Jian memeluk dirinya sambil telanjang dada. "Aaa...."Alexa sedikit berteriak membuat Sang Jian yang tengah terlelap dari tidurnya pun merasa terganggu sekarang. "Kenapa sih Alexa?"Alexa merasa de javu dengan posisi dirinya sekarang. Rasanya memang aneh, apalagi mereka tahu kalau semuanya jadi begini. Alexa tidak habis pikir kalau semuanya akan jadi begini. "Aku harus bangun dan bertemu dengan ibumu," kata Alexa yang teringat kalau semuanya adalah ulah mertuanya. Kalau bukan karena mertuanya yang memberikan minum itu, dia tidak akan berakhir satu ranjang lagi dengan Jian. "Sudahlah Alexa, lagian semalam juga kamu terlihat menikmatinya," ujar Jian. Alexa melemparkan bantal kearah Jian. Dia benar-benar dibuat malu semalam, bahkan dia sendiri yang memohon untuk ditiduri oleh Sang Jian. "Gak bisa, aku harus berbicara deng
Sang Jian berjalan mondar-mandir di depan Alexa dengan napas berat. Tangan kirinya terus menggenggam rambutnya sendiri, tanda frustrasi yang sudah tidak bisa dia sembunyikan.Dia yakin kalau ibunya memasukan sesuatu ke dalam minuman tersebut. "Kenapa?" tanya Alexa yang masih penasaran. Sebenarnya apa yang sudah terjadi sampai membuat Sang Jian sedikit panik, dia tidak tahu kalau semuanya malah jadi seperti ini. “Aku sudah bilang, jangan minum apapun yang dia kasih,” kata Jian akhirnya, suaranya bergetar menahan emosi.Alexa mengerutkan kening. “Kenapa memangnya? Tidak terjadi apa-apa kok. Lagipula, mana mungkin ibumu ingin mencelakai anaknya sendiri?”“Alexa—” Jian mendekat, menatap wajah wanita itu yang perlahan memerah. “Dia tidak berniat mencelakaiku. Tapi kamu.”Ucapan itu menggantung. Jian tidak sanggup melanjutkan.Detik berikutnya, Alexa menggenggam dadanya sendiri. Napasnya mulai tersengal, kulitnya terlihat memanas, dan matanya mulai kehilangan fokus.“Aku, kenapa panas
Alexa menatap Jian dengan pandangan yang sedikit menyelidik. Ada rasa penasaran yang tidak bisa dia jelaskan sekarang. "Aku tidak menguping," elaknya. "Tidak usah berbohong, kamu pasti mendengar percakapanku bukan.""Memangnya siapa yang menghubungimu?" tanya Jian sedikit penasaran. Alexa langsung menyipitkan matanya, rupanya memang benar dugaan dirinya kalau memang Jian sengaja mengintip. "Dasar tukang menguping, aku hanya menghubungi adikku.""Adikmu?" tanya Jian sekilas. Alexa membenarkan semuanya sambil tersenyum tipis. "Kenapa?""Aku tadi sempat dengar kalau kamu membicarakan tentang temanmu yang bernama Amira bukan?" Alexa jadi semakin curiga setelah ini, "Kamu mengetahui sesuatu tentang Amira?"Jian hanya mengangguk sambil tersenyum tipis. "Waktu itu aku menyuruh Junay untuk datang menemui Amira dan menyelidiki tentang wanita itu. Kamu ingat ketika Junay tidak ada di acara pernikahan kita, dia datang ke kampung halaman wanita itu.""Jadi Junay datang ke kampungnya Amira?"
Sang Jian menyusul Alexa masuk ke dalam kamarnya. Dia hanya ingin tahu perasaan Alexa sekarang. Jadi wanita itu yang hendak akan dijodohkan dengan dirinya. "Alexa," ujar Jian yang sudah masuk ke dalam kamar. "Kenapa?" tanya Alexa. "Kamu tidak mau menceritakan semuanya padaku?" Alexa menghela napas panjang, lalu dia duduk di tepi ranjang sekarang. "Apa yang harus aku ceritakan.""Tentang perjodohan itu, kamu sudah tahu semuanya bukan? Kamu sengaja menjebak aku karena aku menolaknya," tuduh Sang Jian. Alexa melotot tajam kearah Sang Jian. "Hei, asal kamu tahu. Aku juga tidak tahu kalau kamu adalah orang yang akan dijodohkan denganku. Lagian aku juga masih mencari siapa dalangnya.""Iya siapa tahu," kata Jian. "Berhenti untuk menuduhku Jian. Lagian aku juga tidak tahu kalau kamu adalah orang yang dijodohkan denganku. Aku juga kabur dari rumah karena tidak suka dengan perjodohan itu."Jian menoleh kearah Alexa, jangan bilang kalau itu alasan dirinya tidak bisa menemukan sesuatu ten
Alexa menatap kearah mertuanya dengan pandangan sedikit menyelidik. Dia yakin kalau ibunya Sang Jian tahu sesuatu tentang dirinya. "Kenapa kamu keliatan panik, apa kamu takut kadua orangtuamu akan marah kalau aku memberitahu semuanya.""Memangnya Mamah kenal dengan kedua orangtuaku?""Kalau aku bilang kenal, memangnya kamu mau apa?"Deg Alexa menatap kearah Mei, rasanya tidak mungkin kalau ibunya kenal dengan ibunya Sang Jian. Apalagi ibunya berada di luar negeri dan ibunya Sang Jian ada di Indonesia. "Tidak mungkin," ujar Alexa. Mei langsung tertawa ketika melihat ekspresi wajah dari Alexa. Mungkin ini saatnya dia memberitahu rahasia besar tentang orang yang akan dijodohkan pada anaknya. "Percaya atau tidak, aku kenal dengan kedua orangtuamu. Mereka sebentar lagi akan datang ke Indonesia."Alexa menatap tajam kearah Mei. "Mamah pasti bohong."Mei Linda lalu mengeluarkan sebuah foto lama dirinya dengan teman lamanya. "Kamu lihat ini."Alexa melihat foto tersebut dengan seksama da
Alexa tiba di apartemen bersama dengan Sang Jian. Ketika mereka membuka pintu rumahnya, seketika langsung terkejut dan melihat lampu menyala. "Kami lupa mematikan lampu tadi?" tanya Sang Jian. "Sudah aku matikan kok sebelum keluar tadi," jawab Alexa dan dia berusaha untuk mengingat semuanya. Alexa berjalan lebih dahulu untuk memastikan sesuatu. Khawatir kalau sampai ada maling ke sini. Apalagi dia sedikit curiga. Sampai di ruangan tamu, dia melihat sosok wanita tengah duduk tenang di kursi. Ada rasa khawatir dan curiga yang tidak bisa dia jelaskan sekarang. "Tante ke sini?" ujar Alexa. "Berapa kali aku bilang, panggil aku mamah mulai sekarang, kamu lupa kalau sudah menjadi menantuku sekarang," kata Mei Linda.Alexa menundukkan kepalanya, dia menyadari kesalahannya. "Maaf mah."Jian menyadari kalau memang ada ibunya di rumah ini, bahkan ibunya bisa masuk dengan begitu saja. Padahal dia sudah mengganti password apartemennya. "Mamah kok datang ke sini?" tanya Sang Jian. "Memangny







