Sebelum turun dari mobil sedan Porsche silver, Cantika menahan tangan suaminya. "Sebentar, Sen, aku mau ngomong sesuatu!""Oke, ada apa, Sayang? Kok kayaknya serius sih!" sahut Arsenio memerhatikan ekspresi wajah Cantika."Iya, ehm ... gini—" Cantika merasa tak nyaman menyampaikan kekuatirannya, tetapi dia tahu sebaiknya Arsenio tahu sebelum nanti mengalami hal tak mengenakkan saat makan malam, "kamu nanti bersikap biasa saja ya, jangan terbawa emosi untuk apa pun yang dikatakan sama keluargaku!" Pemuda itu berpikir sejenak lalu mengangguk. "Itu aja? Ayo kita turun, Cantik!" ajaknya lalu bergegas membukakan pintu mobil untuk istrinya. Terserah orang mau berpikir bagaimana tentang mereka. Namun, baginya Cantika Paramitha Sloan-Gunadharma adalah ratunya sekarang.Dengan gestur yang mesra pengantin baru itu bergandengan tangan memasuki kediaman megah keluarga Wiryawan. Ternyata tamu yang diundang di acara makan malam itu bukan hanya mereka berdua, setidaknya ada dua lusin orang yang mem
"Sen, sepertinya aku saja yang menyetir mobil. Kamu lagi emosi!" sergah Cantika saat mereka berhenti melangkah di samping mobil sedan Porsche silver milik wanita itu.Bukannya menjawab, Arsenio justru mendekap erat tubuh ramping istrinya. Napasnya masih memburu karena amarah yang tersulut di meja makan tadi. Bagaimana tidak, harga dirinya terinjak-injak sebagai seorang menantu laki-laki!"Sayangku, kamu yang sabar ya. Sudah biasa omongan keluargaku nyinyir begitu sejak dulu," hibur Cantika membelai punggung lebar Arsenio."Dasar orang-orang toxic. Aku nggak suka sama pola pikir mereka yang jahat itu!" jawab Arsenio lalu menatap wajah teduh istrinya. Baginya Cantika bukan perawan tua, tak ada kerutan dan tanda penuaan yang membuatnya layak dikatai kejam begitu.Cantika membelai dada berotot di balik kain kemeja tipis suaminya dan berkata, "Lebih baik kita pulang dan bercinta. Ngapain mikirin hal yang menyebalkan, Hubby. Jadi siapa yang mau nyetir nih, aku beneran laper!" "Aku aja, Bei
"Bobby, kami akan pergi ke Lombok kurang lebih 4 hari. Kalau ada hal yang penting, kamu bisa laporkan ke aku langsung. Nomor HP pribadiku akan selalu stand by," pesan Cantika di ruang presdir sore itu ke General Manager kepercayaannya, Bobby Praditya. Dengan ekspresi serius, Bobby menjawab, "Siap, Bu Tika. Semoga perusahaan aman selama Ibu pergi honey moon!"Kemudian Arsenio pun berkata, "Bob, aku usahain buat buka corporate secretary email pagi-siang-sore. Nanti kalau ada eksekusi request klien akan kuhubungi segera, oke?""Sipp, bagus begitu, Arsen. Selamat bersenang-senang ya sama istrimu!" ujar Bobby lalu berjabat tangan dengan Cantika dan Arsenio sebelum pulang kantor.Sementara Bobby pulang kerja, pengantin baru itu berangkat menuju ke bandara diantarkan oleh sopir kantor. Koper sudah ditaruh di bagasi jadi mereka tidak perlu pulang lagi ke apartment. Penerbangan sore dari Bandara Soekarno-Hatta menuju ke Bandara Internasional Lombok itu berlangsung singkat dan lancar, tepat k
"Wow, indah banget ternyata Pantai Senggigi!" seru Cantika berlarian ke arah buih ombak yang memecah dengan kaki telanjang tanpa sandal yang kini dibawakan oleh Arsenio. Tatapan mata suaminya berbinar melihat tingkahnya yang seperti gadis remaja. Arsenio mencipratkan air asin itu ke Cantika. "Kubikin basah ya!" teriak pemuda itu mengejar-ngejar istrinya yang kabur menjauhinya.Setelah berlari begitu jauh di garis pantai berpasir putih berombak tenang itu, Cantika kelelahan dan tertangkap oleh Arsenio. Dia pun memohon-mohon, "Aaww ... jangan diceburin! Arsen ... nggak mau ... lepasin, please!" Akan tetapi, Arsenio tak mau mengampuninya yang telah membuatnya berolah raga pagi di tepi pantai. Byuurrr! "Si Cantik mandi pagi di pantai nih yee! HA-HA-HA," ejek Arsenio menertawakan istrinya yang basah kuyup terendam air laut dan mencebik menatapnya. Namun, sesaat kemudian dia menghampiri Cantika lalu duduk di sebelahnya berbasah-basahan bersama. Mereka justru saling bertukar ciuman hingg
Selama perjalanan pulang ke hotel tempat Cantika dan Arsenio menginap, istrinya terlelap di pelukannya seperti orang pingsan saja. Arsenio maklum dengan hal itu karena memang perjalanan mendaki lereng Gunung Rinjani tadi cukup jauh. Nampaknya Cantika tidak terbiasa beraktivitas di luar ruangan seperti dirinya yang memang gemar hiking.Sesampainya mereka di depan pintu masuk lobi hotel, salah satu panitia tur bertanya kepada Arsenio, "Mas, sudah sampai lho. Istrinya nggak dibangunin?""Jangan, Pak. Bisa minta tolong aja buat dibukain pintu mobil biar saya gendong naik ke kamar!" jawab Arsenio.Akhirnya, pria dari panitia tur itu membukakan pintu mobil untuk Arsenio. Nampaknya Cantika sama sekali tak menyadari bahwa dirinya digendong oleh suaminya dan masih saja tertidur pulas. Sementara Arsenio meminta tolong bellboy untuk membantu membukakan pintu kamar sambil membawakan tas ranselnya.Setelah membaringkan Cantika di atas tempat tidur, Arsenio membantu melepaskan sepatu kets dan kaos
"Oke, semua alat selam udah terpasang ya, Cantika, Arsen?!" seru trainer diving yang menemani pengantin baru itu menyusuri dunia bawah laut di perairan Pulau Lombok."Siap, Bang Jodi. Apa kita masuk sekarang?" sahut Arsenio di balik masker oksigennya. Dia duduk di tepi motor boat bersebelahan dengan istrinya yang juga berpenampilan sama.Jodi, trainer sekaligus guide perjalanan bawah laut mereka pun berkata, "Oke, pada hitungan ketiga jatuhkan badan ke belakang untuk menyelam ya. Satu ... dua ... tiga ...go!" Mereka bertiga naik motor boat dengan seorang pengemudi yang berjaga di atas perahu sementara mereka terjun ke dalam air laut yang jernih biru muda. Posisi perahu itu menjorok agak ke tengah dari garis pesisir pantai. Di dalam air Arsenio tetap memerhatikan di mana Cantika berada. Memang pemandangan terumbu karang dengan ikan-ikan laut beraneka warna dan rupa itu sungguh memanjakan mata. Namun, dia tak ingin istrinya berada dalam bahaya saat menyelam bersamanya.Cantika memberi
"Mas Hans, kita sudah seminggu merid. Apa kamu nggak pengin belah duren gitu?" rengek Baby Alexandra saat melihat suaminya baru saja keluar dari kamar mandi dengan mengenakan piyama sutera warna merah maroon.Pria berkulit pucat dengan rambut cepak berbelah pinggir yang wajahnya mengesankan sebagai pria alim itu agak terkejut seolah tak siap dengan rengekan istrinya. Dia pun melangkah ke tempat tidur di mana Baby sedang duduk bersandar di kepala ranjang."Memang kamu mau diapain, Beib?" Hans duduk di tepi ranjang dengan perlahan sembari memandangi wajah istri moleknya yang belia dan jauh di bawah usianya tersebut."Yaelah, masa nggak paham sih, Mas?! ML ... kawin ... kita ini 'kan suami istri!" seru Baby tak sanggup menahan batas kesabarannya yang mulai ambyar. Seharusnya dia sedang dalam masa subur yang haus belaian kasih sayang, tetapi suaminya seperti tak ada minat sama sekali untuk menjamahnya secara intim.Hans pun ber-oh panjang sambil tersenyum menyembunyikan kegugupannya. Satu
"Denger ya, nanti di ruang praktik dokter kamu nggak usah ngomong apa pun!" Suara tegas Hans berbisik di tepi telinga Baby Alexandra saat mereka duduk berdua di bangku belakang mobil sedan Maybach hitam berharga selangit itu.Sopir pribadi Hans hanya melirik melalui kaca spion tengah, dia tak begitu paham kenapa tuan mudanya bersikap penuh rahasia saat dia antarkan menuju ke rumah sakit langganan keluarga Gozhali. Siapa pula yang sakit?"Iya, aku paham. Nggak usah berisik!" sahut Baby dengan wajah mencebik menatap Hans.Akhirnya setelah berjibaku dengan kemacetan lalu lintas ibu kota siang itu, Hans turun dari mobil dengan menggandeng istri belianya yang cantik bak boneka Barbie. Sebetulnya kalau dia tak punya trauma masa lalu, mungkin Hans akan dengan senang hati mengawini istrinya yang tak bercacat celah secara fisik tersebut. Namun, fakta berkata lain.Reservasi spesial untuk konsultasi yang cukup sensitif bersama dokter spesialis kandungan itu membuat Hans dan Baby segera dipanggi