Share

LELAKI TAK TAHU DIRI!

LELAKI TAK TAHU DIRI!

"Permisi, boleh saya duduk di depan sini? Sepertinya hanya bangku ini yang kosong," suara lelaki menegur dan mengalihkan lamunan Alexandria, dia mendongakkan kepalanya.

Tampak seorang lelaki tersenyum ramah, dengan cepat Alexandria mempersilahkannya duduk. Dia lantas memasukkan Hpnya ke dalam tas, lalu memperhatikan penampilan lelaki itu. Darimana lelaki ini? Apakah dia tak salah kostum? Mengenakan setelan jas rapi saat membeli makanan di pagi hari. Baunya harum, khas wangi orang- orang kaya yang menggunakan parfum mahal.

"Hay Kak, mengapa menatap seperti itu? Apakah ada yang aneh dengan penampilanku?" lelaki itu bertanya pada Alexandria yang dari tadi memandanginya dari atas sampai bawah.

"Oh tidak. Maaf," kata Alexandria malu.

Untunglah pelayan sudah datang membawakan pesanannya, semangkok soto panas dan es jeruk. Alexandria tak lantas memakannya, dia menunggu pesanan lelaki itu datang, sambil memainkan HPnya.

"Kak, makanlah dulu. Sebelum menjadi dingin. Bukankah makanan berkuah nikmat saat di makan panas- panas?"

"Aku akan menunggu makanan yang kau pesan, sebentar lagi pasti akan datang. Tak enak rasanya makan sendiri. Tak masalah kok," ujar Alexandria sambil tersenyum.

Tidak beberapa lama pesanan lelaki itu datang,

“Mari makan,” ajak lelaki di depannya.

Alexandria mengangguk, dia meracik soto lamongan kegemarannya dengan menambahkan beberapa sendok sambal dan jeruk nipis. Tak lupa melepaskan sundukan uritan dan usus, lalu memotong kecil- kecil dengan sendok dan mengaduknya menjadi satu di mangkok.

“Apa kau tak berlebihan memakan sambal di pagi hari?” tanya lelaki di depannya.

“Stttt! Sudah, makanlah tak baik makan sambil bicara. Tak menghargai rejeki makanan di depan kita,” sahut Alexandria.

“Alhamdulillah, nikmatnya,” gumam Alexandria.

Dia segera mengambil dompet dan mengemasi Hpnya dalam tas untuk bisa segera membayar dan pulang. Begitupun lelaki di hadapannya juga menyusul, mereka antri di kasir bersama.

“Berapa totalnya, Bu?" tanya Alexandria

“Total semua tujuh belas ribu, Mbak,” kata penjual soto.

Alexandria mengeluarkan uang dua puluh ribuan di dompet, lalu bergeser mempersilahkan antrian di belakangnya untuk maju membayar. Dia menunggu penjual soto mencari kembalian,

“Bu maaf, apakah bisa menggunakan kartu debit atau kredit di sini? Saya lupa belum membawa uang cash indonesia,” ucap lelaki yang makan di samping Alexandria tadi.

“Wah ndak bisa lo, Mas. Disini hanya bisa memakai uang tunai. Wes ndak papa lain kali kalo makan ke sini kamu bayarnya,” kata Ibu penjual soto itu ramah.

“Duh gimana ya, Bu?” tanya lelaki itu.

“Bu, biar saya saja yang membayar makanan Masnya ini. Kau makan apa saja, Mas?” tanya Alexandria pada lelaki itu,

“Soto satu dengan teh hangat lalu kerupuk,” jawab lelaki itu.

“Berapa totalnya, Bu?”

“Sepuluh ribu, tambah tiga ribu, kerupuk dua ribu. Lima belas ribu, Mbak,” jawab Ibu penjual soto.

Dengan cepat Alexandria membuka dompet yang ada di tasnya, mengeluarkan selembar uang puluhan ribu dan lima ribuan. Lalu menyerahkan pada ibu penjual di depannya,

“Sudah kembaliannya ambil saja, Bu. Terimakasih,” ujar Alexandria ramah sambil meninggalkan tempat itu.

“Hey tunggu!” teriak lelaki itu.

“Sudah... sudah tak usah di kembalikan. Tak masalah, aku ikhlas anggap saja sedekah. Aku baru saja mendapat banyak rejeki,” kata Alexandria menoleh ke arah lelaki yang setengah berlari mendekatinya.

Lelaki itu menggelengkan kepala,

“Bukan... bukan itu, bisakah aku meminta tolong lagi?” tanya lelaki itu.

"Hah?" sahutnya sambil memandang sekali lagi, lelaki di hadapannya, tampilannya seperti orang kaya dengan mengenakan barang branded tapi sangat menyusahkan sekali.

"Jangan sampai ini tipikal lelaki mokondo! Yang sudah di tolong sekali tetapi malah minta tambah," batin Alexandra.

“Bagaimana? Apa boleh?” lelaki itu bertanya sekali lagi.

“Aku akan menolong jika tak merepotkan, karena aku sendiri harus cepat- cepat pergi. Urusanku lumayan banyak hari ini,” jawab Alexandria.

“Tidak kok! Please, ini bukan suatu yang sulit. Jadi aku baru saja tiba dari korea. Ah pasti kau bingung, begini aku berkuliah di korea dan baru selesai, lalu pulang ke indonesia. Kebetulan sekali tadi pesawatku transit di jakarta selama hampir sejam sebelum penerbangan ke Surabaya. Jadi aku mandi di bandara itu dan sekalian berganti baju yang sengaja aku bawa di tas ini. Aku lupa belum menyesuaikan nomer dan jaringan dengan Indo, dan disini internet tidak bisa di akses secara legal, jadi aku sedikit kebingungan,”

“Oh minta hotspot?” tanya Sekar.

Lelaki itu mengangguk,

“Em... aku tau ini sedikit tak tahu diri. Tapi bisakah kau menolongku lag?" tanya lelaki itu.

"Hah?" kali ini Alexandria benar-benar melongo karena tak percaya.

"Please! Kalau menolong jangan tanggung-tanggung dong," katanya.

"Kau mengantarku lagi untuk ke pabrik sepatu di kota sebelah? Ya memang ini agak sedikit memalukan, tapi aku tak tahu harus meminta tolong pada siapa lagi. Ini sangat mendesak, aku tak akan melupakan kebaikanmu. Oh ya, kenalkan namaku Indra Herdinata Soemarno,” lelaki itu mengulurkan tangannya ke arah Alexandria.

“Soemarno?” tanya Alexandria sekali lagi.

“Ya, kau tak asing bukan dengan nama marga Soemarno. Jadi bisakah kau menolongku?”

"Tak salah lagi, apakah mungkin lelaki ini anak atau cucu keturunan dari Soemarno group?" batin Alexandria.

"Ah aku harus memastikannya. Jika benar ini menjadi kesempatan emas untukku. Apakah artinya pembalasan dendamnya akan segera terwujud? Mengapa Tuhan mempermudahnya," sambungnya dalam hati.

"Heyyy!" panggil Indra.

"Ah iya," sahut Alexandria.

"Kenapa kau melamun? Apakah kau mau mengantarkannya? Apakah kau akan ke kota itu?" tanya Indra.

“Aku tak akan kesana, tapi aku melewati kota itu. Ikutlah ke mobilku jika mau, aku akan memberimu tumpangan,” ucap Alexandria berjalan ke arah parkiran.

Indra mengikuti langkah kaki Alexandria, hanya wanita inilah yang bisa dia andalkan saat ini. tak perlu berjalan lama sampailah mereka di parkiran resto. Sekar membuka pintu mobilnya.

“Maaf mobilnya jelek dan banyak barang di kursi tengah,” ucap Alexandria.

“Tidak apa, saya sangat beryukur kau mau memberiku tumpangan, boleh minta hotspot juga?” tanya Indra.

“Dasar tak tahu diri, apa benar lelaki ini keturunan Soemarno? Atau hanya mengaku- ngaku saja, jika di lihat dari penampilannya cukup meyakinkan! Apalagi dia menggunakan Hp apel kroak keluaran terbaru, tapi tak memiliki paketan? Aneh sekali, apa benar dia pulang dari luar negeri? Mengapa dia tak membawa koper? Jangan- jangan ini modus penipuan,” kata Alexandria dalam hati.

“Kenapa? Tak boleh? Atau kau tak ada kuota?” tanya Indra.

“Benar- benar lelaki tak tahu diri,” gumam Alexandria lirih sambil mengeluarkan Hp dari tasnya.

“Kenapa? Kau tak ikhlas membantuku?” tanya Indra lagi.

“Tidak. Sudah, nama hotspotnya Kupu-kupu cinta,” ujar Alexandria.

“paswordnya?” tanya Indra

“Tak tahu diri,” jawab Alexandria lagi.

“Apa?" tanya Indra memastikan ucapan Alexandria.

“Tak tahu diri,” ulang Alexandria sekali lagi,

“Baiklah nona, rasanya sudah cukup! Jika kau tak mau memberikan tumpangan bisa berkata baik- baik, aku bisa keluar mobil sekarang! Tak perlu kau mengatakan aku lelaki tak tahu diri,” decak Indra dengan sebal.

Sebagai lelaki harga dirinya tersinggung saat Alexandria mengatainya lelaki tak tahu diri, walaupun tak seratus persen apa yang di ucapkan Alexandria salah. Keadaanlah yang memaksanya bersikap seperti ini sekarang, dia terlalu terburu- buru pulang ke Indonesia begitu mendapatkan kabar dari orang kepercayaan nya sampai- sampai kurang persiapan.

“Hah? Kenapa kau marah? Aneh sekali!” Alexandria mengernyitkan kening.

Sekar tak merasa membuat kesalahan pada lelaki itu.

“Siapa yang tak sakit hati coba, kau mengataiku lelaki tak tahu diri, ya meskipun aku tau dan sadar mungkin hari ini telah banyak merepotkan dan meminta pertolonganmu! Tapi sungguh aku tak ada niatan seperti itu, ini adalah keadaaan yang tak dapat di hindari dan juga tak ku prediksi sebelumnya, aku tak bisa mengatakan padamu alasannya sekarang, mengerti?”

Alexandria akhirnya paham apa yang membuat lelaki di sampingnya ini marah. Dia tertawa terbahak- bahak, sampai air matanya keluar.

“Ishhhh! Kau benar- benar keterlaluan!” teriak Indra dengan marah.

APA YANG TERJADI SEBENARNYA?

BERSAMBUNG

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status