Share

DESAHAN DALAM PANGGILAN TELEPON SUAMIKU!

DESAHAN DALAM PANGGILAN TELPON SUAMIKU!

“Jelas. Mengapa kau menanyakan hal seperti itu saat seperti ini, Sayang?”

“Lalu bagaimana nasib istrimu?”

“Tenang saja, aku akan mengurusnya. Ada hal yang lebih penting dari pada itu. Kita harus segera menuntaskannya Sayang. Aku tak sabar lagi, jangan kau membuatku seperti ini. Lama-lama aku bisa gila karena mu,” ujar Surya,

“Baiklah sayang, kau di bawah dan aku di atas. Kau tak perlu bekerja keras, nikmatilah,” ucap Alexandria menindih Surya.

Tanpa Surya sadari, Alexandria semakin mendekatkan handphone Surya kesamping tempat pergumulan mereka. Agar suara desahan dan bunyi pergumulan mereka terdengar jelas di telpon,

“Aku akan memasukkannya, Ahhhhhh!” desah Alexandria sambil mendongakkan kepala keatas menikmati rasa sakit dan nikmat yang menyatu di bagian sensitifnya.

“Shitttt! Bagaimana mungkin lubangmu itu bisa sekecil ini! Ah!!!! Ahhhh... denyutannya! Shitttt! Nikmat sekali,” cerancau Surya tak terkendali.

“Bagaimana? Enak bukan?”

“Ahhhh.... Tentu sayang. Ini gila, benar- benar sempit. Kau sangat mahir dalam hal apapun. Emhhhh....Ahhhh....” erangan Surya semakin keras.

“Apakah istrimu tak sehebat diriku?” tanya Alexandria lagi.

“Ahhhh....Ahhhh tentu tidak. Dia wanita bodoh yang tahunya hanya mengurus anak, tak sepertimu. Andai saja dia bukan anak pemilik perusahaan itu, aku akan menceraikannya jauh sebelum aku mengenalmu, sayang,” ujar Surya yang semakin terlena dengan perlakuan Alexandria.

“Ah... aku juga mencintaimu. Mari, kita lepaskan bersama-sama, Sayang!” perintah Alexandria dengan nafas memburu sambil mempercepat gerakannya memutar di atas tubuh Surya.

Gerakan mendadak dari sekar itu membuat tubuh Surya menegang karena sensasi yang di tawarkan, geli, sakit, licin semua menjadi satu.

"Ahhhhh... gerakan apa itu, Sayang. Shittttt! sangat nikmat, ahhhhh! aku semakin gila, kau benar- benar wanita sundal milikku," teriak Surya sambil mengerang mengeluarkan cairan berkali kali dalam lubang kenikmatan Alexandria yang sempit menggigit.

Tak lama Alexandria juga menjatuhkan tubuhnya tepat diatas tubuh Surya. Lalu tangannya dengan cekatan mematikan telpon yang tetap terhubung,

“Kau sangat hebat malam ini. Andai kau begini setiap malam aku bisa gila dan dipecat dari perusahaan karena mu,” ujar Surya.

Alexandria berdiri, mengambil kimono yang terlepas di lantai memasangkan kembali ke badannya. Dia berjalan ke kamar mandi, menyalakan shower membasahi tubuhnya dengan air yang jatuh dari atas kepala. Dia menggosok tubuhnya dengan keras sambil menangis,

"Pak, Buk, bersabarlah. Sebentar lagi, sebentar saja semua sakit hati kalian akan terbalaskan," ucap Alexandria lirih.

Dia menghabiskan sabun yang di sediakan hotel, menggosok badan dengan perasaan jijik pada dirinya sendiri. Haruskah dia melakukan sampai sejauh ini demi balas dendamnya? haruskah dia menjadi hina seperti sekarang di hadapan lelaki yang telah membunuh Bapaknya dulu?

"Huhuhu, apakah harus sesakit ini! Kurang ajar kau, Surya! Aku akan menuntut kematian Bapakku dengan kehancuranmu! dan kau Abimanyu, dalang yang tega menjual ku pada Surya demi memperoleh kehormatan dan uang untuk menyekolahkan anak menjadi seorang tentara, aku akan membalas mu juga setelah ini selesai!" gumam Alexandria.

"Aku, Alexandria anak yatim sejak lahir di dunia bahkan tak sempat melihat wajah Bapak kandungnya, yang hanya memiliki seorang Ibu tapi masuk rumah sakit jiwa karena depresi di tinggal mati suaminya! Aku akan menuntut kalian semua dengan cara yang tak pernah kalian bayangkan. Tunggulah!" sambungnya.

"Pion catur baru saja di mainkan. Prajurit yang kau anggap lemah dan tak berguna akan memangsa para menteri dan ratunya! Bersiaplah kalian menerima karmanya! Karma yang tak pernah kau bayangkan rasa sakitnya , dia akan selalu mengikuti kalian sampai ke liang lahat dan neraka!" dengan lirih namun tegas Alexandria mengucapkan sumpahnya di bawah guyuran air.

Pancaran dendam terlihat jelas dari kedua matanya, segera Alexandria menghapus air mata yang bercampur dengan air shower. Menghentikan aktifitas mandi, lalu mengambil handuk yang sudah di sediakan pihak hotel. Dia mengeringkan rambut sambil berkaca di cermin kamar mandi, memandang wajahnya yang cantik, mulus, dan memiliki aura tersendiri. Tak percuma dia membayar mahal dokter kecantikan serta Mbah Wo dukun langganan. Alexandria keluar, dia melihat Surya sudah tertidur dengan telanjang.

Sepertinya Surya benar- benar lelah setelah mencapai puncak kenikmatan dunia. Dia mengambil kotak make up di koper, dia mengoleskan cream malam yang wajib di pakai. Kemudian berganti baju, mengenakan daster bali bermotif bunga yang cantik, dia mengambil anggur yang telah di sediakan pihak hotel. Mengambil gelas, menuangkan minuman itu, dan berjalan menuju balkon. Menikmati semilir angin malam yang berhembus, entah sudah jam berapa ini, sepertinya waktu mulai masuk dini hari. Terlihat lalu lalang kendaraan tak begitu padat memenuhi jalan seperti tadi, cenderung sepi.

"Sampai kapan aku harus merendahkan harga diriku di hadapan om-om sok itu!" gumam Alexandria menengguk anggur itu perlahan.

Dia menikmati sensasi panas yang menjalar di tubuhnya. Sepertinya kemampuan untuk minum alkohol meningkat dari pada pertama kali dia mencoba, sekar duduk di kursi. Pikirannya menembus jauh ke arah depan, kepingan- kepingan ingatan pahit masa lalu terlintas dalam bayangan.

****

Di tempat lain, Rita terduduk di lantai. Tubuhnya luruh begitu saja seperti kehilangan tenaga sesaat setelah dia menelpon suaminya, Surya. Bukan tanpa alasan, suaminya berpamitan untuk ke luar kota mengadakan rapat dengan beberapa perusahaan lain untuk mengembangkan bisnis mereka. Sebagai istri, Rita sangat khawatir karena suaminya tak kunjung memberikan kabar sesaat setelah dia sampai di Surabaya. Kota yang katanya di jadikan tempat meeting.

Awalnya Rita hanya ingin memastikan bahwa Surya tak lupa untuk makan malam. Dia takut karena terlalu lelah, Surya tertidur dan meninggalkan jam makan. Surya memiliki masalah lambung, sehingga Rita tak ingin penyakit itu kambuh saat dia tak ada di samping suaminya. Bukan suara Surya yang di dengar saat telpon diangkat, dia mendengarkan suara Surya bersahutan dengan wanita lain. Tidak dalam suasana meeting, tapi memadu kasih bercinta entah di mana. Rita mencoba menguatkan hati untuk mendengarkan semua yang terjadi, namun di tengah telpon berlangsung justru Rita menangis tergugu tak terkendali.

"Astagfirulloh!" pekik Rita sambil menutup mulutnya.

"Ahhhhhh!" suara desahan di seberang.

"Allah, benar ini suamiku? Mas Surya?" gumam Rita sambil melihat sekali lagi handphone yang di pegangnya jatuh tergeletak begitu saja di lantai.

"Mas Surya," panggil Rita lirih namun tetap tak ada jawaban. Dia tak menyangka Surya tega melakukan hali tu.

"Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Apa ini benar-benar Mas Surya, suamiku? Suami yang dikenal sebagai sosok yang sangat penyayang, penyabar, peduli dengan istri dan anak-anak? Apakah benar ini Surya ku?" gumam Rita sambil menggelengkan berkali kali kepalanya tak percaya dengan semua yang menimpanya hari ini.

“Ya Allah, Ya Robb... Inikah jawaban dari setiap doa hamba?” Kata Rita terpaku di samping ranjang kasur milik mereka.

Rita terus menangis, sampai tak sanggup lagi untuk bisa berdiri. Tenaganya seakan habis karena rasa syok dan kaget yang bercampur menjadi satu, marah dan benci datang silih berganti.

“Surya Handoko! Apa salahku sampai hati kau berbuat begini?” gumam Rita.

APA YANG AKAN TERJADI SELANJUTNYA?

BERSAMBUNG

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status