Beberapa jam sebelumnya…
“Bagaimana bisa kamu mengeluarkan nama Raul dari penyelidikan?” tanya Reynard tidak terima dengan usulan Arion.
Arion menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa berwarna coklat gelap.
“Dia jelas-jelas berada di lokasi saat kejadian!” sambung Reynard dengan nada suara agak tegang.
“Aku setuju dengan Reynard, siapapun yang berada di lokasi harus kita jadikan suspected-tersangka!” imbuh Felix menyetujui perkataan Reynard.
“Hah!” Arion menghela napas berat. Dia juga tidak mungkin mengatakan kalau dia sedang memata-matai Emily.
Dia pun tidak mungkin melarang kedua sahabatnya itu, jika mereka sudah berkata demikian. “Dari kalian saja! Tapi apa motif Raul? Selama ini aku mendapati dia pria yang jujur.” Ungkap Arion.
“Aku akan mencari tahu lebih dahulu siapa yang mendukung Tasha sampai bisa seberani ini mengancammu!&rd
Begitu pesawat mendarat, Arion langsung melajukan kendaraannya menuju club milik Raul. Dan apa yang ia lihat membuat darahnya benar-benar mendidih.“Yon, kita kemana?” tanya Emily saat Arion mulai melajukan kendaraannya.Pria itu hanya diam dan tetap menatap lurus ke depan. Tetapi tangannya yang tidak memegang setir kemudi menggenggam erat tangan Emily.Tidak terlalu lama mereka di jalan, mobil yang Arion kendarai sudah berhenti tepat di depan pintu Hotel.Pria tampan itu turun, dan mengitari kendaraannya, membuka pintu untuk Emily. Arion kembali memasang jaket untuk Emily, “Jangan di buka!” titahnya dan diangguki oleh Emily.Arion membawa Emily masuk ke dalam Hotel, sedangkan kunci mobilnya sudah ia serahkan kepada petugas valet.Pria tampan dan rupawan itu tidak melepaskan genggaman tangannya dari Emily, Ia segera menuju ke resepsionis untuk membuka kamar.“One presidential suite room- satu kam
Arion menurunkan Emily di dalam bathtub yang masih kering. Pria bertubuh tegap itu segera memutar keran air dan mengisinya dengan air hangat. Tidak lupa, Arion memberikan sabun di dalam bathtub. Sedangkan Emily hanya terdiam dan mengalihkan pandangannya menatap jendela yang memperlihatkan menara Eiffel dengan begitu jelas. Menara Eiffel yang begitu indah dengan cahaya lampunya, seperti negeri dongen yang di lihat dari jarak seperti ini. Jantungnya berada di titik tidak aman jika harus melihat langsung boa Arion yang saat ini keras sempurna. Tapi pria itu terlihat begitu acuh tak acuh. Tanpa mengatakan apapun lagi, Arion masuk ke dalam bathtub, bersandar di dinding bathtub dan menarik Emily untuk bersandar di dadanya. Menghirup wangi tengkuk leher wanita cantik itu. “Hmm…” Emily tertegun saat bokongnya merasakan sesuatu benda lunak dan keras menusuknya dari belakang. Arion memeluk Emily dalam diam, ia menyandarkan dagunya di atas bahu Emily. Kedua tangannya sudah memeluk pinggang
Sedangkan di cafe, Eleanor hanya bisa memijit keningnya setelah di tinggalkan begitu saja oleh Arion dan Emily, “Ck! Bahkan sekarang kamu terang-terangan seperti itu!” gumamnya kesal namun tidak dapat menghilangkan senyuman yang terbentuk sangat lebar di wajahnya, dirinya merasa bahagia melihat hal itu.Melihat bagaimana Arion merampas Emily dari Raul membuatnya ingin berteriak bahagia, “Hahahhaha! Awas saja kalian masih tidak menyelesaikan masalah kalian!”“Kamu sangat jenius Lea!” serunya menyemangati dirinya.“Nona Eleanor,”Eleanor menengok ke asal suara, “Hai Raul…” jawabnya sambil tersenyum.Raul tersenyum lembut. “Tidak masalah jika aku menemani kamu di sini?”Eleanor mengangguk, “No problem, lagi pula ini tempatmu,” jawabnya santai.Raul terkekeh pelan lalu mengambil tempat disini Eleanor.“Huft, aku tidak sangka kalau Arion sangat posesif dengan sekretarisnya!” gumam Raul sambil meneguk minuman yang ada di genggamannya.Eleanor hanya tertawa kecil, “Yah seperti itulah Arion.”
“Oh! Yon!” Emily mengurai rambut Arion, menikmati setiap sapuan lidah Arion di bawah sana. Rasanya sungguh luar biasa, lidah Arion keluar masuk dan membuat gerakan melingkar di dalam inti tubuhnya. Bahkan ujung lidahnya bermain di bagian pucuk kecil inti sensitifnya, membuat pikirannya kembali kosong dan melayang.Suara jilatan di bawah sana terdengar begitu erotis, Arion menyesap dan meneguk semua cairan yang keluar.Pria itu tersenyum dan menegakkan tubuhnya, tangannya menyentuh pipi Emily, tersenyum manis dan berkata, “Sudah bersih sayang,” dengan nafas beratnya.Emily menatap sayu wajah Arion dan bangun dari sandarannya, wanita cantik itu meraup bibir Arion. Dia masih dapat merasakan cairannya dari dalam mulut Arion.“Euhm!”Ciuman panas antara mereka kembali terjadi, tangan Emily dengan natural turun untuk mengusap boa Arion yang sedari tadi menuk lembut perutnya.“Ugh! Damn! Janga
Keesokan paginya, di dalam kamar presidensial suit. Emily membuka matanya dengan perlahan. Badannya terasa begitu remuk karena lagi-lagi Arion mengaminkan apa yang ia katakan. Stamina pria itu sungguh di luar nalar. Pria itu kembali terbangun dan kembali menyetubuhinya lebih dari satu jam. “Ugh!” lirih Emily merenggangkan tubuhnya. Ia memijit pelan keningnya, “Hah! Apa dia akan hilang lagi seperti kemarin?” gumamnya lirih. Ada sedikit rasa trauma, kecewa dan tidak ingin berharap. Tepat saat ia mengatakan itu, sebuah tangan lebar menyentuh wajahnya, “Morning.” Emily seketika menoleh dan membuka matanya, “A-arion?” Pria berhazel biru itu tersenyum dan membelai wajah Emily dengan sorot mata yang begitu teduh. “Ya?” “Kamu masih di sini?” tanya Emily tidak percaya dengan suara khas bangun tidurnya. “Hem, aku disini. Tidak ada alasan untuk pergi, bukan?” suara dominan pria itu seolah angin segar masuk ke dalam relung hati wanita cantik itu. Arion mendekat dan memasukkan wanita canti
Sesuai janji, Arion membawa Emily jalan-jalan menikmati kota paris sebelum mereka kembali ke Jerman. Pria itu tidak pernah melepaskan tangan Emily dari genggamannya. Pria itu menjadi begitu posesif. “Hah! Sekarang kalian pilih!” seru Eleanor sambil menghela napas berat sesaat mereka duduk di kursi cafe untuk melepas dahaga mereka. Arion menaikkan satu alisnya menatap Eleanor bingung, begitu juga Emily menatap Eleanor dengan tatapan polosnya. “Pilih apaan?” tanya Emily. “Aku atau kalian berdua yang pergi ke Planet MARS!!” seru Eleanor menatap tajam kepada kedua pasangan tidak ada akhlak yang ada di depannya saat ini. Hari ini, Eleanor benar-benar menjadi obat nyamuk, lebih tepatnya menjadi sekretaris atau sekalian saja asistent pribadi mereka berdua. “Bukannya sudah penuh?” celutuk Emily menggoda sahabatnya itu. Eleanor menatap gemas kepada Emily, baru semalam ia melihat Emily menangis bahkan seperti taka da semangat untuk hidup hanya karena satu pria ini. “Tsk! Ya sudah! Aku ke
Arion dan Emily sudah masuk ke dalam kamar hotel yang mereka pesan. Dan tentu saja, Arion selalu mengambil kamar yang terbaik untuk mereka berdua tempati. Suasana kamar terasa hangat dan nyaman. Kain satin perpaduan warna putih dan merah maroon melapisi tempat tidur besar, menciptakan kemewahan. Ornamen-ornamen kayu dengan ukiran yang rumit mempercantik dinding, sementara hiasan bunga segar menambah kesegaran di dalam ruangan. Mata Emily membelalak kagum menatap pemandangan yang terlihat dari jendela. View yang ia lihat saat ini begitu memanjakan mata nya, Emily melangkah perlahan, seolah terhipnotis dengan sinar lampu yang di pancarkan dari menara Eiffel. Arion menutup pintu dan melangkah, menyusul wanita pujaan hati nya. Arion melepaskan jaket yang masih bertengger di bahu Emily, setelah meletakkan jaket itu, dengan lengan kuat nya, ia kembali memeluk Emily dari belakang, menciumi tengkuk leher Emily dengan lekat. Aroma manis yang menyeruak dari tubuh Emily seperti candu untuk n
Arion yang tidak tahan segera mengubah posisi mereka, membuat Emily sekarang berada di bagian bawah. Sedangkan pria itu dengan posisi berlutut dan dengan tatapan yang begitu mendominasi, “Buka dengan lebar sayang! Aku ingin melahapmu sekarang juga!” Emily membuka kedua pahanya dengan lebar mengikuti titah Arion, memperlihatkan inti tubuhnya yang sudah begitu lembab karena cairannya yang tercampur dengan saliva Arion. Arion meneguk salivanya, “Damn! Kenapa ini sangat menggiurkan!” serak Arion yang tidak jadi menghujam boanya. Pria itu malah menggunakan kedua tangannya untuk membuka bibir miss v Emily dengan lebar, terlihat warna pink di bagian dalamnya. Arion mendekatkan wajahnya dan menjulurkan lidahnya, sedetik kemudian ia menyapu miss v Emily dari bawah ke atas. “Ough Yon!” eluh Emily merasa geli di sekujur tubuhnya. Saraf-saraf bahkan sendi-sendinya terasa begitu ngilu atas aktifitas yang di lakukan Arion. Emily mengangkat pinggulnya, membuat lidah Arion masuk semakin dalam.