Share

3. Celana Dalam

“Udah lama pulangnya?” Tanya Chacha saat melihat Andrew sudah berada di kamar seolah menunggunya.

“Sudah, kenapa lama? Apa kau pergi lagi dan tidak memberitahuku?” Chacha menghela napasnya kasar.

“Kau bisa tanya pada orang kepercayaanmu itu, apa yang terjadi. Aku tidak pergi, kalau aku pergi kau juga pasti akan dapat beritanya dari asistenmu bukan?” Andrew mendekati Chacha lalu membuka reseleting dress wanita itu dari belakang. “Thank’s.” Chacha memang mau mandi, ia memang ingin meminta bantuan Andrew untuk membukakannya. Hanya saja pria itu langsung saja peka dan langsung melakukannya sebelum di minta. Andrew mengadahkan tangannya pada Chacha, membuat wanita itu mengernyitkan keningnya bingung.

“Berikan padaku Baby.” Chacha berdecak.

“Lagi? Kau tak percaya?” Tanya Chacha tak habis pikir.

“Berikan saja, jangan membuatku jadi marah.” Jawab Andrew tak mau di salahkan. “Bukankah memang selalu seperti ini kalau kau tidak pergi denganku?” Chacha menggelengkan kepalanya melihat Andrew.

Namun walaupun begitu ia tetap melakukan apa yang diinginkan oleh Andrew. Wanita itu membuka celana dalamnya dan memberikannya pada Andrew. Pria itu menerimanya lalu melakukan hal yang harus dilakukannya. Apa lagi kalau bukan mencium pakaian dalam milik Chacha guna memastikan bahwa wanita itu memang tidak melakukan hal yang ditakutkannya. Selalu saja seperti itu, kalau saja Chacha pergi tanpanya ia harus melakukan hal itu.

Bahkan sebelum pergi Andrew memastikan kalau Chacha tidak membawa pakaian dalam lainnya. Untuk membelikan pakaian dalam saja harus Andrew yang membelikan agar pria itu tahu yang mana saja milik Chacha. Sehingga Chacha tidak bisa membeli sendiri untuk pakaian dalamnya sendiri. Andrew memang segila itu kalau sudah tentang Chacha.

“Sudah puas?” Tanya Chacha dengan sarkas.

“Baby,” Panggil Andrew ketika Chacha hendak masuk ke dalam kamar mandi. Wanita itu menoleh menatap Andrew membuat pria itu mendekat dan memeluknya dari belakang. “Aku menginginkanmu.” Ucap Andrew serak sambil mencium leher jenjang wanita itu dari belakang.

“Makanlah, lalu tunggu aku di ruangan biasa. Aku akan sedikit lama di kamar mandi, apa kau menginginkan sesuatu?” Senyum Andrew mengembang ketika Chacha tahu apa yang sedang di inginkannya.

“Bukalah lemarimu, aku sudah membelikanmu sesuatu yang baru. Pakailah, aku ingin melihatmu memakai itu. Pakai parfum yang baru ku beli kemarin, aku akan menunggumu di tempat kita. Jangan terlalu lama oke?” Chacha menganggukkan kepalanya.

“Aku minta tolong bawakan buah.” Setelah mengatakan itu Chacha masuk ke dalam kamar mandi. Pria itu langsung saja keluar kamar untuk makan malam terlebih dahulu, ia perlu tenaga untuk melakukannya dengan sang wanita. Tak lupa pria itu menyuruh asisten rumah tangganya untuk menyiapkan buah untuk Chacha.

Chacha selalu saja bisa menyiapkan dirinya untuk bisa melayani Andrew ketika pria itu menginginkannya. Ia tak pernah bosan dengan Andrew begitupun sebaliknya. Karena keduanya saling membutuhkan, apalagi keduanya sama-sama tahu bagaimana cara membuat hubungan mereka tidak hambar. Andrew tahu apa yang menjadi kebutuhan Chacha dan apa yang diinginkannya begitupun sebaliknya.

Maka walaupun keduanya sering melakukannya, keduanya tidak pernah kehabiskan akal dan selalu menginginkannya lagi dan lagi. Keduanya tahu harus berbuat apa, sama seperti malam ini. Setelah berendam dan membersihkan diri, Chacha siap untuk melakukannya dengan Andrew sesuai dengan keinginan pria itu. Senyum Andrew mengembang ketika melihat wanitanya datang sesuai dengan yang diinginkannya. Andrew langsung saja menyambut wanita yang dicintainya itu dan mempersiapkan segalanya untuk memulai permaianan yang akan mereka lakukan.

***

“Bibi, apa Daddy jadi ikut dengan kita?” Tanya Agrata pada Chacha. Wanita itu tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

“Tunggu sebentar, Daddymu sebentar lagi selesai.” Jawab Chacha. “Apa keperluan Adel sudah di bawa semua? Jangan sampai ada yang tertinggal kecuali kau mau Andrew marah.” Peringat Chacha pada pegasuh anak perempuan Andrew itu.

“Saya sudah siapkan semuanya.”

“Mommy apakah nanti aku boleh makan es krim?” Chacha memicingkan matanya lalu mengusap kepala Adelicia dengn lembut.

“Aku tak yakin Sweety, kau tahu sendiri bukan bagaimana Daddymu? Nanti kita bisa tanya pada Daddymu, aku akan membujuknya. Tapi janji setelah itu kau harus sikat gigi dan tidak boleh memakannya banyak. Jangan makan yang rasa stroberi oke?” Adelicia menganggukkan kepalanya dengan cepat.

“Baik Mom, aku janji.”

“Baiklah, Bibi akan bertanya pada Daddymu nanti. Apa kau juga menginginkan sesuatu Agra?” Kali ini Chacha bertanya pada anak sulung Andrew.

“Tidak ada.”

“Bagaiamana kabar Mommymu, apakah dia baik?”

“Ya dia baik. Mommy juga menitip salam padamu.”

“Mommymu tidak mau ikut liburan dengan kita?” Agrata mengernyitkan keningnya bingung. “Ada apa dengan ekspresimu? Apa menurutmu aku tidak memperbolehkan Mommymu ikut liburan dengan kita?” Agrata menganggukkan kepalanya. “Aku tidak masalah kalau memang Mommymu mau ikut dengan kita. Aku yakin kau juga ingin Mommymu bisa ikut liburan bukan? Kau tak punya kenangan liburan bersama dengan kedua orangtuamu bersama bukan?” Lagi anak sulung dari Andrew itu menganggukkan kepalanya.

“Apa Bibi sungguh tak masalah? Bibi tak cemburu pada Mommy karena ada Daddy? Bukankah kau sedang menjalin hubungan dengan Daddy? Bukankah biasanya pasangannya akan marah kalau pasangannya masih dekat dan menjalin hubungan yang baik dengan masa lalunya?” Chacha tersenyum.

“Aku bisa memahaminya Agra, aku menjalin hubungan dengan Andrew yang ternyata latar belakangnya mempunyaimu dan Adel. Aku tidak bisa egois, aku harus bisa terima akibatnya bukan? Kalau aku tidak bisa menerima masa lalu Daddymu, tak seharusnya aku menjalin hubungan dengannya dari awal. Jika tidak ada kalian mungkin aku akan marah, tapi ada kalian sudah pasti mereka akan berhubungan. Andrew sudah bersamaku sekarang, bukan dengan Mommymu. Itu berarti dia sudah selesai dengan Mommymu, bukan begitu? Aku percaya pada Andrew, aku tidak bisa memisahkanmu dengan Daddymu. Aku tidak sejahat itu Agra, aku bisa menerimanya.”

“Apa kau juga bisa menerima kami karena perasaanmu pada Daddy?” Chacha tampak berpikir lalu kembali tersenyum pada Agra.

“Ya bisa di bilang iya, tapi tidak sepenuhnya benar. Aku memang menyukai kalian, terlepas kalian anak Andrew. Kalian anak yang baik dan aku menykainya, jika memang aku hanya menyukai kalian karena Andrew aku akan baik di depan Andrew saja. Tapi apa aku melakukan hal itu? Aku tetap memperhatikan kalian dan bersikap baik di belakang Andrew bukan?” Agrata terdiam memikirkan hal itu. “Apa kalian juga menerimaku karena Daddymu?” Kali ini pertanyaan itu Chacha kembalikan kepada kedua anak Andrew.

“Aku menyayangimu Mom.” Adelicia langsung saja memeluk Chacha dan duduk di pangkuannya. Wanita itu menerimanya dengan senang hati lalu melihat Agrata kembali guna menunggu jawaban.

“Aku tidak pernah membencimu, begitu juga dengan Mommy Adel. Jujur saja, aku pikir kau bersikap baik pada kami karena Daddy. Tapi setelah memikirkan semuanya, perkataanmu benar. Aku menyukaimu karena kau memang baik. Kau menyayangi kami dan membuat Daddy jadi peduli dengan kami. Aku senang Daddy menjalin hubungan denganmu, karena itu Daddy lebih memperhatikan kami. Itu semua karenamu bukan?” Chacha tertawa kecil.

“Aku hanya mau membantu supaya kalian punya hubungan yang baik. Aku tidak melakukan banyak hal, syukurlah kalau hubungan kalian sekarang seperti ini. Aku senang melihat kalian seperti sekarang. Aku hanya tidak mau kalian sepertiku.”

“Apakah hubunganmu dengan kedua orangtuamu tidak baik?” Tanya Agrata penasaran. Chacha tersenyum kecil lalu menganggukkan kepalanya.

“Mereka meninggalkanku dari kecil, semenjak itu aku hanya bertemu dengan mereka beberapa kali. Mereka meninggalkanku dan kedua saudara laki-lakiku. Kami hidup mandiri dan mereka yang mengurusku sampai akhirnya aku bertemu dengan Daddymu. Aku menyayangi kedua saudaraku, hanya mereka keluarga yang kupunya. Tapi sekarang aku punya kalian dan juga Daddymu, aku punya keluarga baru bukan?” Chacha berusaha untuk tidak sedih dengan mengingat masa lalunya yang begitu sulit.

“Ya kita adalah sebuah keluarga, aku, Adelicia dan Daddy adalah keluargamu. Kalau memang kedua orangtuamu meninggalkanmu jangan ingat mereka lagi yang membuatmu sedih. Lupakan saja mereka, bagaimana dengan kedua saudaramu Bibi? Apa mereka juga baik sepertimu? Apa kami bisa bertemu dengan mereka? Apa mereka juga bisa menerima kami?” Tanya Agrata lagi dengan penasaran. Entah kenapa kali ini anak laki-laki Andrew itu terdengar bijak dan sangat ingin mengetahui tentang kekasih dari Daddynya itu.

“Nanti akan kutanyakan, mereka ada di Indonesia. Sulit untuk menemui mereka. Tapi mereka orang baik, pasti mereka juga akan menyukai kalian. Saudaraku yang pertama sudah menikah dan sudah punya anak juga. Hampir sama seperti Adel umurnya.”

“Aku berharap Bibi bisa bahagia bersama Daddy.” Ucap Agrata tulus membuat Chacha tersenyum. Ia senang mendengar ucapan yang terdengar begitu tulus dari anak laki-laki Andrew itu.

“Terima kasih Agra, terima kasih juga sudah menerimaku.” Balas Chacha membuat Agrata juga ikut tersenyum.

“Apa yang sedang kalian bicarakan? Sepertinya kalian sangat serius.” Andrew tiba-tiba datang dan ikut bergabung dengan yang lainnya.

“Dad, bisakah kita pergi sekarang? Kau sangat lama sekali.” Kata Adelicia yang mendekati Andrew dan pria itu segera mengangkat anak bungsunya itu, sedangkan Agrata dan Chacha tertawa mendengar keluhan yang di sampaikan Adelicia.

“Maafkan aku Sweety, aku harus mandi supaya bisa terlihat cocok di samping Mommymu.” Andrew mengedipkan matanya sambil melirik kearah Chacha.

“Dad apa aku boleh meminta sesuatu?” Andrew langsung memicingkan matanya menatap anaknya itu.

“Aku yakin kau menginginkan sesuatu Sweety, kali ini apa yang kau inginkan?”

“Aku ingin makan es krim, aku janji tidak akan memakan rasa stroberi. Setelah itu aku janji akan menggosok gigiku.” Kata Adelicia dengan memohon, Andrew langsung saja melirik kearah Chacha. Wanita itu menganggukkan kepalanya pelan saat ditatap dan membuat pria itu akhirnya menghembuskan napasnya kasar.

“Baiklah, tapi kau harus menetapi janjimu Sweety.” Adelicia langsung saja menganggukkan kepalanya dengan cepat lalu mencium kedua pipi Andrew.

“Terima kasih Daddy, I love you so much.” Kata Adelicia dengan senang.

“Kau bersikap manis kalau sudah seperti ini Sweety.” Sindir Andrew membuat Agrata dan Chacha tertawa.

“Ayo kita berangkat.” Ajak Chacha, wanita itu langsung saja merangkul Agrata dan berjalan keluar. Mereka menggunakan dua mobil. Satu untuk keluarga tersebut bersama dengan supir, mobil satu lagi untuk para pengasuh dan para pengawal yang mengikuti dari belakang.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status