“Ada lagi yang kalian butuhkan?” Tanya Chacha pada kedua anak Andrew, keduanya kompak menggelengkan kepala.
Dari tadi tangan Andrew tidak pernah lepas dari pinggang wanita itu. Andrew sangat posesif dengan Chacha kalau mereka sedang berada di luar terutama di tempat ramai. Andrew ingin menunjukkan kepada semua orang bahwa wanita yang ada di sampingnya itu adalah miliknya. Andrew tidak mau bahwa wanita yang dicintainya itu di inginkan oleh pria lain.
Banyak pasang mata yang mencoba melirik kearah Chacha dan itu membuat Andrew tidak suka. Maka itu dari tadi Andrew langsung saja menatap tajam pada orang-orang yang melirik sang kekasih. Andrew selalu tidak suka apabila Chacha memakai pakaian yang terlalu terbuka dan menunjukkan hal-hal yang tak seharusnya kalau di tempat umum.
Tetapi Chacha tidak suka di larang seperti itu. Makanya Andrew hanya bisa pasrah dan ia hanya bisa menjaga Chacha agar tidak di ganggu oleh pria lain yang menginginkannya. Itulah salah satu alasan membuat Andrew tidak percaya kalau wanita itu pergi sendirian tanpanya. Tetapi kalau memang harus, Andrew akan menyuruh orang untuk menemaninya.
“Baiklah kalian bisa makan es krim dan menunggu kami untuk kita makan malam. Coba pikirkan kalian ingin makan malam apa, aku mau membeli sesuatu sebentar tak apa bukan?” Tanya Chacha lagi.
“It’s okay Mom.” Jawab Adelicia.
“Tolong jaga mereka.” Pinta Andrew pada pengasuh dan pengawalnya. “Kalian bisa tinggalkan kami.” Kata Andrew lagi, apabila ingin berdua saja dengan Chacha pria itu biasa untuk ditinggalkan para pengawalnya. “Apa yang sedang kau inginkan?” Tanya Andrew penasaran.
“Baju untuk kita pergi liburan pastinya. Aku juga ingin pakaian dalam baru dan lingerie baru, bukankah aku tak boleh membelinya sendiri? Jadi aku harus memanfaatkanmu sekarang untuk mencarikannya untukku.” Andrew tersenyum senang.
“Baiklah, ayo kita mencarinya. Aku suka kalau harus berbelanja itu, aku jadi tak sabar untuk kau mencobanya sekarang.” Chacha berdecak.
“Belum saja di beli sudah di suruh memakainya, tolong jaga pikiranmu Andrew.” Sindir Chacha membuat pria itu tertawa.
Akhirnya setelah memilih beberapa Andrew segera membayarnya. Pria itu memilih cukup banyak dari segala macam model dan bahkan mereka tidak mengunjungi satu toko saja. Tetapi sampai lima toko dan Andrew membeli dengan berbeda-beda model dan semuanya pilihan pria itu. Andrew tidak malu memilih itu semua di depan para pelayan yang ada. Malah ia cukup bangga memilih hal itu untuk Chacha.
Sedangkan Chacha karena sudah terbiasa ia bisa paham, bahkan ia bisa mendengar beberapa ada yang memuji sikap Andrew tersebut. Chacha tak peduli akan hal itu, ia hanya bisa pasrah dan menerima saja. Setelah memilih beberapa pakaian dalam dan lingerie, mereka membeli baju yang dibutuhkan wanita itu.
“Kenapa terlihat gelisah?” Tanya Chacha saat sadar Andrew sedang gelisah.
“Aku ingin ke kamar mandi, tapi aku juga tak mau meninggalkanmu di sini.” Hal itu membuat Chacha berdecak. “Ayo ikut ke kamar mandi, aku tak mau kau di ganggu di sini.”
“Pergilah, takkan ada yang menggangguku di sini. Lihat sedang tidak ada orang hanya kita saja. Lagi pula aku akan di ganggu di sana, menunggumu di luar sudah pasti banyak pria. Aku tidak bisa ikut masuk ke dalam bukan? Lebih baik kau pergi sendiri daja dan tinggalkan aku di sini. Aku lebih aman di sini dari pada di sana.”
“Bagaimana kalau ada yang mengganggumu?” Chacha kembali berdecak.
“Tempat ini sangat ramai, aku bisa berteriak bukan? Apa yang bisa mereka lakukan padaku di sini? Sudahlah pergi saja sana, jangan mencari masalah. Aku akan sangat malu kalau kau harus mengeluarkannya di sini. Aku tidak akan bisa menerima resikonya nanti.” Ancam Chacha membuat Andrew tidak punya pilihan lain selain meninggalkan wanita itu di sana.
Dengan cepat Andrew pergi dari sana dengan berlari. Chacha tertawa melihat sikap Andrew itu. kemudian ia melanjutkan kegiatannya mencari barang yang diinginkannya. Syukurnya Andrew tidak pernah mengeluh padanya untuk menemaninya berbelanja. Mau selama apa, Andrew akan tetap berada di sampingnya. Andrew cukup penyabar dalam beberapa hal, tetapi itu semua karena Chacha.
“Permisi apakah aku boleh bertanya?” Seorang pria mendekati Chacha saat ia sibuk mencari yang diinginkannya.
“Ya, kenapa? Ada yang bisa di bantu? Tapi aku bukan pr—“
“Ya aku paham, hanya saja kekasihku sepertimu. Aku ingin membelikan pakaian untuknya, tetapi aku tidak tahu ukuran bajunya. Bolehkah kau membantuku untuk memberitahu ukuran bajumu? Atau bolehkah aku memintamu untuk mencoba pakaian yang ku pilihkan ini? Apakah ini cukup untukmu? Karena kalian mempunyai bentuk tubuh yang sama.” Mohon pria itu.
“Benarkah? Baiklah, aku akan mencobanya.” Chacha mengambil pakaian yang sudah di pilih pria itu. “Bolehkan kau memegang ini untukku?” Pria itu menganggukkan kepalanya dan menerima keranjang yang berisi pakaian pilihan wanita itu.
Chacha langsung saja masuk ke dalam ruang ganti dan memakai pakaian tersebut. Setelah memakainya, ia langsung saja keluar menunjukkan pada pria itu. Entah kenapa Chacha mau membantu pria itu karena ia merasa bahwa pria itu sangat manis bisa memikirkan kekasihnya dan mau membeli sesuatu untuk kekasihnya. Hal itu mengingatkannya dengan Andrew yang terkadang suka membelinya sesuatu saat pria itu sedang pergi ke beberapa negara. Maka itu Chacha mau membantunya, karena langsung mengingat Andrew.
“Bagaimana? Apakah menurutmu bagus?” Tanya Chacha saat keluar sudah memakainya. Pria itu tersenyum senang dan menganggukkan kepalanya.
“Ya sangat bagus, pasti kekasihku juga menyukainya. Terima kasih sudah membantuku, aku akan membeli ini untuknya.” Chacha jadi ikut tersenyum senang mendengarnya.
“Senang bisa membantumu, kau mengingatkanku dengan kekasihku yang selalu membelikanku barang juga saat tak bersamaku. Makanya aku langsung menerima tawaranmu.”
“Wah begitu, terima kasih sekali lagi.” Kata pria itu dengan tulus.
“Baiklah aku akan menggantinya.” Chacha kembali masuk ke dalam ruang ganti. Setelah itu ia memberikan pakaian yang dipakainya itu. “Semoga kekasihmu juga menyukainya, aku mendoakan yang terbaik untuk hubungan kalian.”
“Terima kasih, kau juga semoga hubunganmu baik dengan kekasihmu. Ini barang belanjaanmu, terima kasih sudah membantuku.” Chacha tersenyum dan mengganggukkan kepalanya, pria itu langsung saja pergi ke kasir untuk membayar. Andrew langsung saja mendekati Chacha karena ia melihat interaksi keduanya.
“Apa yang sedang kau lakukan? Kau sedang merayu pria lain di belakangku?” Desis Andrew tak suka dan mencekal pergelangan tangan Chacha.
“Andrew sakit, kau menyakitiku. Lepaskan, kau salah paham. Aku hanya membantunya saja, apa yang kau lihat tidak sama seperti yang kau pikirkan.”
“Kau selalu saja membuatku marah, apa kau tidak bisa menahan diri? Aku tidak suka kalau kau melawanku. Aku tak suka kau berdekatan dengan pria lain! Tapi kenapa kau selalu membuatku kesal.” Andrew langsung saja mendorong Chacha hingga wanita itu masuk ke dalam ruang ganti.
“Apa yang ingin kau lakukan?” Tanya Chacha dengan panik.
“Apa lagi kalau bukan menghukummu Honey!” Desis Andrew. Pria itu langsung saja mengangkat dress yang digunakan Chacha. Tanpa pikir panjang Andrew langsung saja menghimpit Chacha ke bilik tersebut lalu membuka kaki wanita itu. Menurunkan setengah pakaian dalam milik Chacha, dan segera membuka celananya juga. Ia langsung saja memasukkan kepunyaannya ke dalam milik Chacha tanpa ada pemanasan membuat wanita itu merasa sakit di dalam miliknya. Bagaimana tidak ia merasa sangat kering tetapi harus di masukkan dengan kepunyaan Andrew yang panjang dan besar. Bahkan pria itu memompanya dengan sangat kuat dan keras. Andrew juga meremas bukit kembar milik Chacha dari luar dan mencium leher wanita itu. Chacha benar-benar di siksa, bahkan tangan Andrew yang satunya memukul bokong indah milik wanita itu.
“Akhhh Andrew pelan-pelan! Kau menyakitiku! Kau salah paham! Aku hanya membantunya saja, ku mohon berhenti. Jangan lakukan di sini, kita bisa ketahuan.”
“Kalau tidak mau ketahuan lebih baik kau diam saja dan nikmati permainanku Honey! Kau harus di hukum supaya kau tahu apa yang harus kau lakukan!”
“Aku tidak menggodanya, aku hanya membantunya memilih pakaian untuk kekasihnya. Aku membantu karena mengingat kau sama seperti dia yang memikirkanku. Ayolah Andrew jangan seperti ini aku belum siap.”
“Kau harus siap kapanpun aku menginginkannya Honey!” Desis Andrew membuat Chacha memejamkan matanya saat Andrew semakin kuat memompanya.
“Arghhh Andrew!” Desah Chacha dan tangannya langsung saja menutup mulutnya agar tidak mengeluarkan suara lagi.
Akhirnya Chacha hanya bisa pasrah dan menerima siksaan yang diberikan Andrew itu. Tidak puas hanya sekali, setelah mendapat pelepasan pertamanya Andrew kembali menyerangnya. Membalikkan tubuhnya dan membuatnya harus menghadap dinding. Andrew memasukinya dari belakang, setelah mendapat pelepasannya kedua barulah Andrew benar-benar melepaskan wanita itu.
Keadaan wanita itu tidak baik-baik saja, pakaiannya berantakan. Peluh keringat membasahi wajahnya dan bekas sudah pasti di tinggalkan oleh Andrew di lehernya. Chacha merasakan lelah yang luar biasa, walaupun begitu ia tak bisa pungkiri bahwa ia juga menikmati permainan kasar yang diberikan Andrew padanya. Awalnya ia memang merasa sakit, namun setelah itu ia merasakan nikmat.
Ini bukan kali pertama bagi mereka melakukannya di tempat terbuka atau di tempat umum. Keduanya sering melakukan hal itu secara diam-diam. Sudah pasti sensainya jelas berbeda, hanya dengan cara seperti itu membuat Andrew bisa memaafkannya dan bersikap tenang. Benar saja setelah itu ia kembali bisa menghabiskan waktunya dengan Chacha dan kedua anaknya untuk makan malam. Kedua anaknya sudah pasti mengeluh karena mereka yang lama.
Namun Andrew tak peduli dengan hal itu, walaupun para pengasuh dan para pengawal tahu apa yang mereka lakukan. Bagaimana tidak tahu kalau jelas ada perubagan yang terjadi pada Chacha. Setelah selesai mereka langsung saja kembali pulang ke rumah. Sampai di rumah Andrew tidak membiarkan Chacha bisa beristirahat dengan tenang. Karena ia kembali menyerang wanita itu dan menghabiskan malam yang menggilakan dan malam yang panjang.
Chacha hanya bisa pasrah karena Andrew menginginkannya. Ia melayani pria itu dengan senang hati sampai akhirnya mereka selesai saat dini hari. Chacha benar-benar tak sanggup lagi dan Andrew entah sudah berapa kali mendapatkan pelepasannya. Ia saja tidak tahu. Andrew memang tidak bisa menahan diri kalau itu Chacha. Ia selalu saja kehilangan akal kalau sudah berhadapan dengan wanita itu.
Entah apa yang Chacha punya sampai membuat Andrew tergila-gila padanya. Pria itu tidak bisa melepaskan Chacha begitu saja. Ia selalu menginginkan Chacha lagi dan lagi, ia bersikap seperti ini hanya pada wanita itu. Maka itu Andrew tidak bisa tanpa Chacha, ia selalu membutuhkan wanita itu kapanpun, dimanapun saat ia menginginkannya. Ia tak bisa tanpa wanita itu, maka itu Chacha merasa di butuhkan saat bersama Andrew.
“Apa yang sebenarnya bisa kau lakukan?” Teriak Andrew yang baru saja datang itu. Pria tersebut masuk ke dalam rumahnya dengan nada tinggi. Hal itu membuat Chacha serta kedua anak Andrew kaget. Pasalnya mereka sedang main bersama di belakang dan bisa mendengar suara Andrew yang sedang marah itu. “Mom, ada apa dengan Daddy?” Tanya Adelicia takut. Bahkan anak kecil itu mendekati Chacha dan memeluk wanita itu. “Tenanglah, mungkin Daddy lagi ada masalah pekerjaan.” Ucap Chacha dengan lembut sambil menenangkan Adelicia. Andrew lewat dari mereka dan menatap Chacha sekilas. Wanita itu melihat raut wajah Andrew yang mengeras, ia tahu bahwa ada sesuatu yang tak beres dengan sang kekasih. Jangan sampai liburan mereka nanti menjadi terhambat karena hal itu. “Jika ada masalah, apakah liburan kita jadi? Biasanya saat Daddy ada masalah, liburan kita akan dibatalkan. Apakah kali ini juga seperti itu?” Tanya Agrata. “Mommy, kita tidak jadi pergi?” Tanya Adelicia juga saat paham dengan perkataan Agr
Chacha bisa merasakan lidah kekasihnya itu menari-nari dengan lincah dimiliknya. Rasa geli dan sekaligus nikmat yang luar biasa menjalar hebat di sekujur tubuh miliknya.Sedotan dan tusukan lidah Andrew membuat Chacha mendongakkan kepalanya menahan rasa nikmat yang menyerang miliknya. Lidah Andrew terus menari-nari dan menusuk-nusuk lubang kenikmatannya. “Ahhhh, ohhhhh.” Desah Chacha.Suara decakan terdengar dari dalam, menandakan daerah milik tersebut mulai basah. Andrew mendongakkan kepalanya menatap wajah kekasihnya itu. Andrew tersenyum melihat wajah wanita yang sedang menikmati permainannya itu.Andrew kembali merasakan milik Chacha dan aroma wangi cairan Chacha membuat birahinya semakin membara. Andrew semakin liar melahap lubang kenikmatan beserta dengan cairan cinta yang membasahinya. Bulu-bulu lembut yang menutupi area itu tidak menjadi suatu penghalang bagi Andrew mala menjadi sensai yang berbeda baginya.Chacha segera menarik pria itu keatas, ia tersenyum menggoda sambil me
“Bibi, kau baik-baik saja?” Tanya Agrata pada Chacha yang terlihat kesakitan saat duduk.“Aku baik, semua barangmu tidak ada yang ketinggalan?” Chacha sengaja mengalihkan Agrata agar tak bertanya lagi padanya.“Tidak ada. Apa Daddy menyakitimu lagi?” Tanya Agrata lagi, ia tak bisa dengan mudah dialihkan seperti itu.Anak sulung dari Andrew itu tahu jika Chacha sering merasakan sakit, awalnya baik-baik saja. Namun setelah bertemu dengan Andrew, Chacha tidak baik-baik saja. Pria itu sangat memperhatikan, Chacha tahu bahwa anak sulung dari Andrew itu peduli padanya. Namun Chacha sudah terbiasa akan hal itu, Andrew tak pernah memukulnya asal terutama jika mereka bertengkar. Andrew hanya bersikap kasar ketika mereka sedang bercinta saja.“Tidak Agrata, jangan berpikir seperti itu. Daddymu tak pernah menyakitiku.” Kata Chacha berusaha menenangkan Agrata, wanita itu tersenyum.“Mommy, aku ingin di pangku.” Kata Adelicia dengan manja.“Duduklah di kursi, kau sudah besar Adel.” Ucap Agrata den
“Kau benar-benar gila Andrew! Kenapa kau harus ikut? Kau bisa menyusul nanti, biarkan aku pergi sendiri. Apa yang kau takutkan? Kenapa kau tak bisa membiarkanku pulang sendirian? Apa? Rasa cemburumu itu? Kau takut aku akan bersama dengan pria lain? Kau jelas tahu aku sudah memilihmu dan mengabdi padamu selama ini bukan? Lalu apa yang kau takutkan?”“Aku tetap tak bisa membiarkanmu pergi.” Kata Andrew dengan tegas. Wanita itu berlutut dan menangis, Chacha memegang kaki Andrew.“Aku mohon.” Pinta Chacha.“Apa yang kau lakukan? Berdirilah!” Chacha menggelengkan kepalanya.“Aku mohon izinkan aku pulang, aku tak tahu apa yang terjadi ke depannya. Bagaimana jika aku tak punya kesempatan untuk melihat Kak Bryan lagi? Kau jelas tahu Andrew bagaimana peran mereka atas hidupku. Aku hanya punya mereka, tolong biarkan aku di sana bersama dengan mereka. Aku belum siap jika aku harus kehilangan orang yang kucintai. Kali ini biarkan aku pulang, aku sudah lama tidak bertemu mereka. Kak Bryan sedang b
“Hai Lang, belum balik?” Tanya Andre yang juga sadar.“Belum Kak, ini hidung Chacha kenapa?” Tanya Elang saat sadar.“Biasa kalau kecapekan suka begini.” Jawab Andre.“Ayo ke ruanganku aja, kamu bisa baring di sana sebentar.” Chacha menggelengkan kepalanya.“Nggak usah, kayak gini aja pasti nanti bisa baikan.” Elang menghela napasnya kasar.“Jangan bandel Cha, tolong dengerin aku kali ini. Ayo ikut ke ruangan aku, ayo Kak bawa Chacha.” Kata Elang lagi sambil membawa koper milik Chacha. Sedangkan Andre merangkul adiknya itu dengan masih menyeka hidung adiknya itu. “Ayo naik, kamu baring dulu.” Elang membantu Chacha agar wanita itu berbaring di bangkar yang tersedia di dalam ruangannya. Bangkar tersebut disediakan saat ia sedang memeriksa pasiennya.“Aku ambil air sebentar.” Elang mengambil minum untuk Chacha dan memberikannya pada wanita itu. Chacha meminumnya sampai habis, Elang membersihkan hidung wanita itu. Lalu mencoba memeriksa Chacha. “Perut kamu kosong banget, ini juga denyut k
Ke esokkan harinya Chacha bangun dengan keadaan yang jauh lebih baik lagi. Wanita itu merasa haus dan keluar dari kamarnya, saat ia hendak ke dapur wanita itu kaget saat menemukan Elang sedang berkutat di dapur.“Loh, kamu masih di sini?” Kata Chacha kaget, Elang melihat Chacha dan menilai wanita itu dari atas sampai bawah.Karena sudah terbiasa tidur tidak memakai baju atau hanya dengan gaun tipis, Chacha mengganti bajunya tadi malam sebelum tidur. Ia sudah mencoba tidur namun ia merasa tidak nyaman, setelah mengganti bajunya wanita itu bisa langsung tidur. Chacha pikir Elang tidak ada, sehingga ia cukup percaya diri keluar dengan hanya menggunakan lingerie tipis yang Elang bisa melihat lekuk tubuhnya. Namun Chacha tak sadar akan hal itu karena terlalu kaget, namun Elang bisa melihat hal itu.“Iya, aku emang nginap. Aku emang nggak pulang.”“Tapi kenapa?” Tanya Chacha bingung.“Emang salah kalau aku nginap di apartemen aku sendiri?” Chacha mengernyitkan keningnya bingung.“Tapi kamuk
Wanita itu takut jawabannya akan membuat hubungan mereka terlihat aneh. Ia tidak tahu apakah ini benar atau salah. Keduanya memang sudah berpisah, tapi tak mudah bagi Chacha untuk melupakannya dengan mudah. Selama ini keduanya masih saja sering berkomunikasi diam-diam tanpa Andrew tahu. Bahkan ini bukan pertemuan pertama mereka setelah berpisah, karena keduanya juga pernah bertemu setelah mereka berpisah secara diam-diam.Melihat Chacha yang hanya diam, Elang mencium leher Chacha. Tidak hanya mencium, pria itu menjilat dan bahkan menggigit. Membuat Chacha mendongakkan kepalanya dan memejamkan matanya. Tangan pria itu juga sudah meremas payudara Chacha yang dulu menjadi favoritnya begitu juga dengan sekarang.“Aku sangat merindukan kamu.” Ucap Elang disela ciumannya. Wanita itu kini hanya pasrah saja, kakinya terasa bergetar. “Aku menginginkanmu.” Lanjut pria itu lagi, tangan Elang mulai menyentuh kepemilikannya dan Chacha membuka matanya dan menahan tangan Elang. Dengan napas yang tak
Chacha keluar dari kamarnya begitu wanita itu selesai bersiap. Namun saat keluar ia tak menemukan ada Elang di sana. Wanita itu jelas mencari keberadaan pria tersebut. Bahkan wanita itu mengetuk pintu kamar Elang namun tak ada jawaban. Sampai akhirnya Chacha membuka pintu tersebut dan tak menemukan ada Elang di sana.Bahkan Chacha sampai masuk ke dalam untuk melihat ke kamar mandi. Pria itu benar-benar tidak ada di sana. Chacha kembali keluar dan mencari ke dapur namun juga tak ada. Samapai akhirnya Chacha melihat sebuah surat di meja makan dan wanita itu membacanya.Ternyata pesan dari Elang yang mengatakan bahwa ia sudah pergi ke rumah sakit terlebih dahulu dan memberikan kunci apartemen pada Chacha. Wanita itu menghela napasnya dan mengambil kunci tersebut. Chacha memilih keluar dari sana dan segera menuju rumah sakit.Sesampainya di rumah sakit Chacha bertemu dengan Andre. Melihat Chacha datang, pria itu izin agar pulang sebentar ke rumah untuk beristirahat dan mandi. Malamnya jan