"Ada apa ini?!!" suara hentakan langkah kaki Claire terdengar nyaring, membuat seluruh pasangan mata menuju ke arahnya.Lavenska segera berlari ke arah ibunya, "Mommy...! Lihat, Angela mengejekku lagi!"Kelopak mata Claire yang dihiasi riasan wajah smoke eyes nampak membulat menatap Angela, sudut bibirnya menyeringai kesal, "Astaga Angela, mengapa kedatanganmu selalu saja membuat orang lain terlibat masalah?!"Sebastian mengepalkan tangannya kuat-kuat, ia tidak percaya Claire justru semakin memperburuk keadaan. Hela nafas Sebastian semakin berat. Matanya memerah penuh kobaran amarah. "Apa anda tidak bisa melihat siapa yang terluka disini?!"Claire memincingkan matanya, wajahnya terangkat, menatap Sebastian dengan penuh angkuh, "Maaf Tuan Sebastian, apa anda tidak bisa menjaga istri anda dengan baik?!"Sebastian menghela nafas panjang, kemudian menegakkan punggungnya dan menatap Claire. Tatapannya dingin, bagai sebilah jarum kecil yang di lempar begitu kuat, menusuk kedalam, menggetark
Rumah ini terlihat biasa dari luar, tidak ada yang istimewa. Namun ketika melangkahkan kaki masuk kedalam, mata kita akan disambut dengan pemandangan yang manis.Dari luar hingga kedalam semua tampak putih dengan list hitam sebagai aksen pemanis. Dinding rumah, furniture, semuanya di dominasi warna putih. Selain dua warna itu, ada juga perabot dengan warna soft seperti abu-abu muda dan coklat sebagai warna pendamping. Entah mengapa, semua dekorasi dan perpaduan warna terasa sangat pas.Apakah karena pilihan Angela tidak pernah salah?Ya, rumah ini adalah rumah yang dibangun Angela dengan susah payah. Memang tidak semewah rumah Sebastian, bahkan terkesan sederhana. Namun jika itu milik Angela, semua nampak menawan di mata Lavenska."Aarrgghhh!!! Apa kamu tidak bisa menjadikan dirimu lebih berguna, Freddie?!" Lavenska berteriak marah, membanting tubuhnya ke atas sofa.Freddie menarik nafas panjang lalu dihembuskannya perlahan. Seolah tidak terjadi apa-apa ia berjalan santai mengambil se
Kalimat Sebastian seperti mantra yang dilafalkan dengan penuh penghayatan. Sorot matanya penuh sihir, yang akhirnya berhasil membuat kedua manik mata Angela terpaku ke arah wajah tampan pria di depannya. Hanya beberapa detik, sampai efek mantra itu menghilang dan Angela segera mengalihkan tatapannya."Bukankah ayahmu meminta kamu untuk mencari wanita yang 1000 kali lipat lebih baik daripada aku?""Apa?""Malam hari setelah perayaan pernikahan kita."Perkataan Angela yang samar-samar menarik kedua sudut bibir pria berwajah datar itu ke atas, menyimpulkan seulas senyum, "Oh, kamu mendengarnya.""Aku hanya tidak sengaja mendengar obrolan kalian.""Lalu kamu mau melepaskanku begitu saja?"Seketika bibir Angela terkatup rapat. Muncul gejolak perdebatan yang sengit di dalam hatinya. Sebagian besar hatinya menolak keras namun bagian yang lain berteriak memaki hatinya yang selalu lemah tiap berada dalam bius tatapan mematikan Tuan Sebastian.
Hari telah berganti, malam telah berlalu. Kini mentari mulai merangkak naik dari ufuk timur. Cahaya mentari yang bersinar, membawa harapan baru pada beberapa manusia.Ditempat yang sama, di posisi yang sama Sebastian membelalak, memandangi kamar yang masih gelap tertutup tirai.Ia perlahan bangun, dengan ingatan yang masih samar kembali ke beberapa jam lalu. Menggerayangi mata dan pelipisnya.Beberapa hal gila kembali terbayang. Tentang setiap sentuhan, kecupan, ciuman, hisapan bahkan ah... pipinya yang terasa panas karena tamparan.Ya, tadi malam Angela keluar kamar dengan marah. Ia merasa dipermainkan. Padahal Sebastian hanya memberikan gadis itu waktu untuk benar-benar menerima dirinya.Bagi Sebastian, ia tidak bisa menyerahkan dirinya begitu saja kepada wanita yang belum ia ketahui bagaimana perasaannya.Walau bagaimanapun, ia masih menyisakan sedikit harga dirinya. Bukankah ia sudah sangat lugas mengutarakan perasaanya dan gadis itu bah
BCB Royal Bank terletak di pusat kota Toronto, dekat dengan Queen Street West, sebuah distrik seni yang terkenal. Daerah ini pula terdapat pusat dari keberagaman edgy, hip dan trendi. Distrik ini juga menawarkan beberapa klub dan cafe yang cukup terkenal.Kehidupan Sebastian sebagian besar ia habiskan di gedung pusat BCB Royal Bank. Sejak remaja ia terbiasa membantu ayahnya mengenal dan mengurus beberapa unit usaha yang dimiliki oleh BCB. Diantaranya ada divisi perbankan investasi BCB Capital Markets, Perusahaan Pialang Investasi BCB Dominion Securities, Situs investasi daring BCB Direct Investing dan Perusahaan Asuransi Jiwa BCB Insurance.Kantor pusat BCB merupakan salah satu gedung tertinggi dan terbesar di Toronto. Memiliki 70 lantai, dengan ketinggian 452 meter termasuk puncak menara. Meski bukan menjadi gedung tertinggi di Toronto, tetapi BCB Royal Bank dengan mudah membuat tiap mata yang melewati gedung ini terpaku dan berharap dapat bekerja dan menjadi salah satu karyawannya.
Selang lima menit setelah Lavenska dan Freddie masuk mengikuti Edward. Seorang wanita bertubuh berisi, dengan tinggi badan 155 cm dan rambut berwarna blonde pendek sebahu masuk ke dalam ruangan. Edward tersenyum singkat lalu mengangguk dan meninggalkan ruangan."Mana Boss kamu? Kenapa aku justru bertemu lagi dengan pegawai rendahan sepertimu?!" tanya Lavenska dengan menarik salah satu sudut bibirnya, ia mengangkat jarinya lalu pandangan matanya fokus mengamati ukiran pada kukunya.Alih-alih merasa tersinggung, Milly malah dengan santai menyandarkan punggungnya dan bersedekap tangan. Matanya memicing tajam dengan senyum meremehkan. "Kau tahu, Nona? Kesepakatan sekecil ini tidak perlu sampai membuat Tuan kami turun tangan. Apalagi kesepakatan ini tidak menguntungkan BCB sedikit pun!" Milly memajukan punggungnya, "Apa anda meremehkan kami, Nona?"Dagu Lavenska yang awalnya terangkat kini tiba-tiba tersentak. Ia mengubah posisi duduknya. Kali ini ia mulai berfikir bahwa wanita di depannya
Sebastian melingkarkan kedua tangannya ke tubuh ramping Angela. Jemari kokohnya dengan bebas menyentuh dan mengusap punggung mulus Angela. Angela pun mulai larut dalam buai permainan Sebastian. Tubuhnya tidak kuat menolak pesona pria yang menguasai tubuhnya saat ini.Namun seketika Angela tersadar, "Sebastian, kita sedang ada di kantor," ucapnya dengan nafas terengah-engah menerima ciuman Sebastian."Lalu kenapa?""Ta-tapi..."Sebastian tersenyum lalu kemudian menarik tangan Angela hingga membuat Angela duduk di atas pangkuannya."Apa yang kamu khawatirkan, Sayang?" Sebastian semakin liar menyelisik mulut Angela dengan lidahnya.Angela yang merasa tidak nyaman seketika terkejut saat melihat kedatangan Edward dan Milly yang membawa dokumen berisi persetujuan tanda tangan Lavenska. Seketika wajah Angela pucat diikuti dengan Edward dan Milly yang seketika membalikkan badannya dan terburu-buru kembali menutup pintu."Kamu gila, Sebastian!
Suhu kota di Toronto sudah sedikit turun, dari 42 derajat celcius menjadi 40 derajat. Meski begitu, diluar ruangan masih terasa sangat panas walau sudah memakai pakaian senyaman mungkin.Langit sudah berubah gelap ketika Sebastian dan Angela kembali ke rumah. Pasangan itu nampak kikuk bahkan hanya untuk saling menautkan pandangan mata. Sebastian yang sedari tadi menerima telepon tentang laporan karyawannya dan Angela yang sibuk membuka akun media sosialnya. Mereka pun makan siang bersama ditemani suara bising dari sekitar, tanpa percakapan yang berarti.Sebastian pun tidak mengerti, mengapa ia merasa kikuk seperti ini. Ia hanya khawatir jika ia menatap mata Angela, maka sudut matanya akan menangkap ekspresi penyesalan atau kemarahan di mata wanita itu. Sebisa mungkin ia menghindari tatapan mata mereka bertemu. Ia berharap Angela dapat membuka obrolan tapi sayangnya, ia pun mendapati wanita itu sama kikuknya seperti dirinya.Ah, sial. Sebastian merutuki dirinya sendiri yang bertingkah