Share

Rekaman CCTV

Emosi yang memuncak membuat kepala Sebastian sakit. Dengan penuh kemarahan ia membawa langkah kakinya ke lantai lima, tempat dimana tempat gym pribadinya berada.

Ia perlu menyalurkan amarah ini sebelum membuat orang lain terluka.

Saat lift membawanya sampai di lantai lima, ia langsung memilih untuk menyalurkan emosinya pada samsak tinju.

BUG!!

Jemari kokoh Sebastian meninju dengan kekuatan penuh samsak yang tergantung di depannya.

Berani-beraninya ia membentakku berulang kali!!

BUG!!

Dia pikir aku mau memasuki kamarnya secara sukarela jika tidak karena aku khawatir padanya?!

BUG!!

Sialaaann!! Andai aku bisa membuang perasaan cinta sialan ini!!

BUG!!

WANITA SIALAN!! Jika ia begitu membenciku, mengapa ia masih tinggal di rumahku?!!

BRAAKK!!

Samsak tinju pecah berantakan. Mengeluarkan isinya yang berhamburan mengenai lantai sekaligus sepatu sneakers Sebastian. Membuat mulutnya berkali-kali mengumpat penuh kemarahan.

"AAARGHHH!!!"

Dering handphone membuat kekesalan Sebastian memuncak. Ia menggigit sarung tinjunya dan melemparnya asal,

"Ya?! Kenapa?!"

Jordy, Kepala Security menelan salivanya kasar, ia sangat hafal dengan nada suara Tuannya saat ini, "M-maaf, Tuan. Nona Angela bilang sudah mendapat izin dari Tuan untuk melihat rekaman CCTV di kamarnya tadi malam."

Bibir Sebastian menyeringai, "Sebelumnya tidak ada yang mengakses rekaman ke kamar Angela, bukan?!"

"Tidak ada, Tuan. Karena Tuan melarangnya, maka rekaman di kamar Nona Angela ditayangkan terpisah dan hanya bisa diakses oleh Tuan."

"Okey, suruh Angela menunggu di depan kamarku."

Terdengar Jordy berbicara pada Angela. Seperti yang sudah Sebastian duga, wanita itu pasti menolak untuk menunggunya.

"Hey, Jordan. Bilang pada Angela, jika ia ingin melihat seluruh aktifitas di kamarnya bisa di akses oleh setiap penjaga keamanan di rumah ini, maka silahkan saja. Aku bisa saja memberitahu kode akses menuju rekaman CCTV kamarnya dan BOOM...! Mulai hari ini semua orang bisa melihat aktifitas dirinya di kamarnya! Go ahead! Aku tidak rugi sedikitpun!"

Jordy terdiam, menunggu reaksi Angela. Saat melihat Angela hanya mengangguk pelan, ia berkata "Baik, Tuan. Nona Angela akan menunggu di depan kamar."

--------------------------

"Sedang menungguku, Nona?"

Angela melirik sekilas, bibirnya tersenyum sinis, "Kamu sengaja mempermainkan aku ya?!"

Sebastian tertawa, ia sangat puas membuat Angela menunggu dirinya selama lebih dari satu jam. Begitu Sebastian mendengar Angela akan menunggu di depan kamarnya, suasana hatinya langsung membaik. Ia bahkan tidak menyadari sudah menghabiskan waktu di tempat gym selama lebih dari satu jam.

Sambil bersiul Sebastian menaruh sidik jarinya pada smart key di pintu. Setelah pintu terbuka, ia mempersilahkan dengan tangannya untuk meminta Angela masuk.

"Kamu gila? Aku tidak mau masuk ke kamarmu!"

"Rekaman CCTV nya ada di dalam komputer di kamarku, Angela," nada suara Sebastian penuh penekanan. Ia kesal mengapa wanita ini tidak memakai logikanya dan hanya mementingkan harga dirinya saja.

Wajah Angela memerah malu menyadari kebodohannya. Namun dengan cepat ia menguasai dirinya kembali. Ia mengangkat dagunya lalu berjalan mendahului Sebastian.

Suasana yang awalnya terdengar hening seketika buyar saat Sebastian menyetel musik jazz. Saat Angela menatapnya sebagai tanda protes, Sebastian tersenyum kecil,

"Hanya sebagai lagu pengantar sambil kamu memeriksa rekaman."

Angela mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Kamar Sebastian terlihat sangat nyaman dengan nuansa maskulin yang menyengat. Semua serba hitam dan putih. Cat dinding yang berwarna putih dan barang-barang yang berwarna hitam. Lemari, pintu menuju walk in closet, furniture, semuanya berwarna hitam. Hanya alas tidurnya saja yang berwarna putih.

Sebastian mengamati Angela dari ruang sebelah tempat tidurnya, ia tersenyum saat pandangan Angela beralih pada foto pernikahan mereka yang terpampang besar di dinding kamar tepat di kepala ranjang tempat tidur Sebastian.

"Buat apa kamu memajang foto palsu ini?" tanya Angela kesal, raut wajahnya sangat menunjukkan ekspresi hatinya saat ini.

"Hanya berjaga-jaga. Siapa tau keluargaku masuk ke dalam kamar," jawab Sebastian tanpa mengalihkan retinanya pada layar komputer.

"Menurutmu aku perlu melakukan hal yang sama?"

"Apa?" seketika tawa Sebastian pecah, ia tidak mengerti mengapa Angela mengajukan pertanyaan bodoh itu pada dirinya. Dalam hatinya berteriak berkata, hey, Nona. Kamu yang tidak menginginkan pernikahan ini! Tanya saja pada dirimu sendiri!

Jari Sebastian memutar layar komputernya menghadap ke samping, "Ini rekaman yang kamu minta."

Setengah berlari Angela menghampiri Sebastian, manik matanya seketika memicing, berusaha fokus dengan rekaman video yang ia lihat.

"Kamu ingin aku tetap disini atau..."

"Tetap disini!" jawab Angela sebelum pertanyaan Sebastian selesai, "Aku bisa langsung meminta penjelasan darimu saat aku menemukan perlakuanmu yang tidak senonoh kepadaku!"

"Kamu yakin?"

Angela menoleh kesal ke arah pria di sampingnya, ia tidak mengerti mengapa Sebastian memasang ekspresi seperti meragukan dirinya.

Jari Sebastian sampai harus di letakkan di depan bibirnya hanya agar menjaga agar tawanya tidak meledak. Walau bagaimanapun, ia juga sangat penasaran bagaimana ekspresi Angela saat melihat justru dirinya lah yang bersikap tidak senonoh pada Sebastian.

Dan benar saja, melihat kedua manik mata Angela yang membulat tidak percaya saat melihat rekaman dirinya yang secara sukarela melepas piyamanya dan mencium Sebastian dengan liar membuat Angela berteriak tertahan.

Refleks ia berdiri, tangannya menutupi mulutnya yang menganga. Seketika jari telunjuknya yang gemetar di tuding ke arah Sebastian, "K-kamu... kamu pasti memanipulasi video ini kan?! I-ini tidak mungkin aku!"

Sebastian mengangkat kedua bahunya, "Sudah kubilang, aku tidak ingin berada disini karena sudah menduga kamu pasti menuduhku seperti ini."

"Tentu saja! A-aku tidak mungkin melakukan hal rendahan seperti itu!!"

"Oh ya?" Sebastian ikut berdiri, membuat Angela mendongakkan kepalanya, "Bagaimana kamu sangat yakin bahwa itu bukan kamu?"

Nyali Angela menciut, ia masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Tapi ia juga sadar, wanita dalam rekaman itu adalah dirinya, ia hanya menolak mempercayai matanya.

"Seseorang berhutang permintaan maaf..." sahut Sebastian sambil mengalihkan pandangan matanya ke arah jendela. Ia sengaja menyindir Angela.

"Omong kosong! Aku tidak percaya rekaman sialan ini!!"

"Tanya pada hatimu, Angela. Apa yang sebenarnya kamu rasakan saat melihat video itu?"

Sebastian berjalan ke arah tempat tidurnya, dengan santai mengambil handuk yang terlipat rapi di atas kasurnya.

Seolah tanpa beban, ia hendak melepas kemeja putihnya, membuat suara pekikan Angela terdengar nyaring.

"Apa yang kamu lakukan?!"

"Aku hanya ingin mandi. Seseorang membuatku begadang semalaman menjaganya. Aku belum sempat mandi dari kemarin sore," Sebastian menjawab sambil terus melepas kancing kemejanya satu per satu.

Angela terlihat salah tingkah. Ia tahu, ia salah. Namun egonya membuat bibirnya enggan terbuka untuk mengucapkan kata maaf.

"A-aku ingin menyalin video ini!"

"Silahkan... aku ingin mandi."

Semua kancing kemeja Sebastian terlepas sempurna. Tubuh atletis, dada yang bidang dan punggung yang kokoh membuat Angela tanpa sadar menelan salivanya.

Saat tangan Sebastian hendak melepas ikat pinggang, Angela dengan segera mengalihkan tatapannya, jarinya panik menekan mouse untuk memilih pilihan kirim dan menghubungkannya ke dalam perangkat handphonenya. Telinganya dengan jelas mendengar suara ikat pinggang yang sudah terlepas sempurna. Membuat detak jantungnya seketika memburu.

Sulit sekali bagi Angela untuk fokus sedangkan pantulan tubuh Sebastian dapat dengan mudah ia lihat lewat cermin besar di sampingnya.

"Ah sial! Mengapa tidak mau terhubung juga?!"

Sebastian tersenyum, ia mengangkat alis kirinya lalu tertawa, "Take your time. Aku tidak akan mengusirmu sama seperti kamu mengusirku dari kamarmu."

Semua yang ia lakukan bukan tanpa tujuan. Ia sengaja memancing reaksi Angela. Apakah wanita ini benar-benar tidak tertarik padanya?

Tangan yang gemetar serta wajah panik yang dipantulkan lewat cermin besar di sebelahnya memberikan jawaban yang Sebastian mau.

Angela hanya tidak menyadari bahwa ia menyukai Sebastian. Mungkin ia bisa memanipulasi gerak mulutnya, tapi tubuhnya justru bereaksi berbeda.

Kedua sudut bibir Sebastian terangkat, dengan tubuh yang hanya tertutupi handuk di pinggangnya, ia berjalan menghampiri Angela, berdiri tepat di belakangnya,

"Kamu butuh bantuanku, Angela?"

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Komink Dharmadika
Aq suka ceritanya...
goodnovel comment avatar
Shafira Fadila
bagus cerita nya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status