Share

Berusaha Mel3nyapkan Dindar

Penulis: Tere Bina
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-17 13:00:06

"Aku adalah Aham!" ucap pria di depan Ayana.

"Aham?" Kening Ayana mengkerut seraya tampak berpikir dan mengingat-ingat. Apa ia mengenal atau pernah bertemu dengan pria yang mengaku  bernama Aham tersebut.

"Abraham Pamungkas." Aham memperjelas namanya.

"Aku tidak mengenalmu. Dan aku rasa aku juga tak pernah punya urusan apalagi salah padamu. Oleh karena itu lepaskan aku," ucap Ayana. 

Pria itu tersenyum kecut. "Kau bilang kita tak pernah bertemu?" Aham semakin memajukan tubuhnya lagi. Hingga semakin dekat jarak antara Aham dan Ayana.

"Menjauh dariku. Kau salah orang. Kita tak pernah bertemu," sengit Ayana.

"Kita pernah bertemu, Ayana!" Mata Aham lekat menatap Ayana.

"Kapan? Dan dimana?" tanya Ayana. Dengan suara bergetar.

"Pada malam itu. Di pesta!"

"Pesta?"

"Tepatnya di depan toilet!"

Kening Ayana mengkerut. Tampak berusaha mengingat.

"Aku adalah pria yang ingin suamimu patahkan kakinya."

Mata Ayana membelalak sempurna tatkala mendengar pengakuan Aham.

"Jadi k-kau—"

"Iya, Ayana." Aham tersenyum sinis.

"Jadi kau menculikku untuk balas dendam?" 

"Tidak!"

"Kau seperti tidak apa-apa. Lalu kenapa kau harus balas dendam?" Suara Ayana terdengar nyaring dan bergetar. Emosi dan rasa takut bercampur menjadi satu.

"Aku menculikmu tidak untuk itu."

"Lalu?" Ayana sedikit mengangkat dagunya.

Aham semakin mendekatkan wajahnya hingga membuat Ayana harus sedikit memundurkan kepalanya.

"Aku ingin kau bekerja sama denganku!" lirih Aham.

"Kerjasama?"

"Iya, Ayana."

"Aku tidak mau."

"Kalau begitu kau akan aku kurung tanpa makan dan minum. Hingga kau m4ti disini tanpa ada orang yang tahu."

"Beraninya, kau!" Gigi Ayana bergemeletuk menahan geram dan emosi.

"Aku lebih dari berani, Ayana. Oleh karena itu. Kau tidak bisa lepas dari genggamanku sebelum kau menyetujui ajakan ku." Aham tersenyum licik.

"Katakan sekarang. Apa kerjasamanya."

Aham tak segera menjawab. Ditatapnya wajah Ayana lekat-lekat.

Selanjutnya Aham lebih mendekatkan wajahnya lagi pada Ayana. Lalu ia berbisik di telinga Ayana. "Bvnuh suamimu!"

"Apa!" Ayana sontak terkejut.

Aham tersenyum seraya menjauhkan wajahnya dari Ayana.

"Apa kau tak w4ras. Kau menyuruhku untuk membvnuh suamiku, heum?" Ayana mulai emosi.

"Ada dendam apa kamu sama dia hingga kau—"

"Bukannya kau juga ingin lepas dari pria kasar dan aneh seperti Dindar, Ayana!"

Ayana termangu mendengar kata-kata Aham. Ia heran, kenapa Aham bisa tahu tentang Dindar dan seolah-olah tahu juga sikap Dindar pada Ayana.

"Siapa kau sebenarnya?" tanya Ayana menatap Aham dengan mata memicing.

Aham tersenyum sinis. "Kau tak perlu tau siapa aku, Ayana." Aham menyandarkan punggungnya ke kursi. "Yang jelas suamimu itu bukan pria baik."

"Lalu apa pedulimu!" ketus Ayana.

"Ini peduliku." Aham menyingkap dress Ayana menunjukkan luka lebam di paha mulus Ayana.

"Beraninya, kau!" geram Ayana. Serasa mau memukvl Aham namun ia tak bisa sebab tangannya terikat.

"Sudah kubilang. Aku lebih berani dari itu."

"Lepaskan aku!"

"Baik. Tapi bawa ini." Aham meletakkan b3lati di telapak tangan Ayana.

"Bvnuh suamimu, Ayana. Dia bukan pria baik."

"Kau sudah tak war4s." Ayana melepaskan b3lati di tangannya hingga jatuh ke lantai.

"Suamimu yang tak w4ras, Ayana. Kamu bisa melihatnya sendiri. Oleh karena itu kau harus mel3nyapkan pria itu. Dia berb4haya."

"Aku tidak percaya kamu," teriak Ayana.

"Kau harus percaya."

"Kenapa?"

"Sebab aku seorang polisi yang ditugaskan!"

Ayana tersentak kaget. Matanya melotot menatap Aham.

"Dengar. Suamimu itu punya masa lalu k3lam. Dan sangat berbah4ya. Kau tidak akan lepas selama dia masih hidup, Ayana."

Ayana menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kau berbohong."

"Ok. Jika aku berbohong." Aham mengeluarkan ponselnya. "Coba lihat ini." 

Mata Ayana membelalak lebar tatkala melihat apa yang Aham tunjukkan padanya.

"Akan aku beritahu sesuatu padamu, Ayana." Aham meraih tengkuk Ayana, mendekatkan mulutnya, lalu berbisik di telinga Ayana.

"Tidak mungkin," lirih Ayana seraya meneteskan air matanya.

*****

Setelah turun dari mobil yang mengantarnya, Ayana berjalan gontai melewati pagar rumah.

Matanya menatap kosong. Tangannya menggenggam b3lati pemberian dari Aham.

Entah kenapa saat pikirannya kembali tergiang-giang dengan bisikan Aham tadi, b3lati di tangannya semakin kuat dan erat Ayana genggam.

Saat ini Ayana sudah tiba di ruang tengah.

"Ayana!" seru Dindar yang ternyata sedang ada di sofa ruang tamu.

Saat melihat kedatangan Ayana, Dindar segera berdiri dan begitu antusias mendekati Ayana.

"Kau darimana saja, Aya?" tanya Dindar. Tampak khawatir.

Ayana tak menjawab. Matanya menatap kosong ke arah Dindar.

"Aya. Katakan. Kau darimana saja. Aku mencarimu. Dan kenapa kau tak bilang jika ingin pergi."

Ayana masih tak menggubris pertanyaan-pertanyaan Dindar.

"Aya jawab! Apa yang telah terjadi?"

Kembali Ayana tak menggubris pertanyaan Dindar.

"Ayana ini apa?" Dindar mengangkat tangan Ayana yang menggenggam erat b3lati.

"Kenapa kau pulang membawa ini?" Dindar penuh selidik.

"Habis bertemu dengan siapa kamu?"

"A-aku…aku…."

"Ada apa, Aya?" Nada suara Dindar terdengar dingin namun menakutkan untuk Ayana.

"Ayana jawab!" bentak Dindar.

Kali ini Ayana mengangkat wajahnya menatap Dindar.

Air mata Ayana jatuh seraya bibir tersenyum. "Maafkan aku, Mas." Ayana segera mengayunkan b3lati di tangannya ke arah perut Dindar.

"Ayana…!"

"Akhh…!"

________

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Gairah Suamiku (Jangan Salahkan Aku Selingkuh)   Menjadi Budak Nafsu

     "Mas…aku akan berhenti kuliah!" ucap Ayana yang panik dengan cepat. Memdengar itu, Perlahan Dindar menurunkan senjatanya. Dan Ayana pun menangkupkan kedua tangannya di dada. "Agar Mas Dindar percaya, kalau aku tak akan bertemu lagi dengan pria itu, maka aku lebih baik berhenti saja. Aku akan menuruti semua kemauan Mas Dindar. Aku juga akan selalu bersamamu…aku tak akan melakukan pelanggaran dan melakukan sesuatu yang tak disukai Mas Dindar…." Semakin deras mengalir air mata Ayana saat mengatakannya.Dindar masih bergeming dengan tatapan tajam namun menakutkan menatap lekat Ayana yang menangis tersedu-sedu."Aku tak akan kemana-mana lagi…aku juga tak akan keluar rumah jika tidak dengan Mas Dindar…aku akan menuruti semuanya…." Ayana berucap sambil menangis tersedu-sedu. Bahkan semakin menjadi setelah menyadari apa yang dikatakannya."Semuanya?" Dindar maju satu langkah

  • Gairah Suamiku (Jangan Salahkan Aku Selingkuh)   Katakan Selamat Tinggal

    Perlahan namun menakutkan, Dindar melangkah menuju tempat di mana Ayana berdiri, seorang diri.Iya, saat mendengar suara Dindar, Aham langsung pergi. Tubuh Ayana semakin bergetar tatkala sosok tinggi tegap suaminya tersebut sudah ada di hadapannya. "Katakan! Siapa pria itu!" bentak Dindar dengan raut wajah bengisnya."Ayana!" Bentakan Dindar kali ini membuat Ayana terperanjat. Dindar menatap begitu menakutkan."S-siapa yang Mas Dindar tanyakan?" Ayana tergugu menahan takut. Bahkan suaranya bergetar.Ia tak tahu, dengan apalagi kali ini akan menyelamatkan Aham dari amarah Dindar. Jangankan Aham, untuk menyelamatkan dirinya saja ia tak tahu.Gigi Dindar bergemeletuk menahan amarah. Tangannya terangkat mencengkram kuat wajah Ayana. Hingga wanita itu harus mendesis kesakitan."Jangan pikir aku tak melihatnya meskipun aku tak sempat melihat wajahnya, Aya!" Semakin kuat cengkraman tangan Dindar di wajah Ayana membuat kuku-kuku tajamnya melukai kulit halus itu. Dan mengeluarkan darah. M

  • Gairah Suamiku (Jangan Salahkan Aku Selingkuh)   Pertanyaan Maut Dindar

     "Senyum, Ayana!" bisik Dindar di telinga Ayana saat sudah tiba di pesta.Ayana yang enggan tersenyum sebab memang hatinya sedang bingung juga saat ini akhirnya tersenyum."Kenapa kau susah sekali tersenyum saat lagi bersamaku. Apa kau ingin menampakkan ke semua orang bahwa kau tidak bahagia hidup denganku, heum?" Dindar menekan setiap kata-katanya saat berbisik ke dekat Ayana, yang saat ini duduk di sampingnya. Sontak Ayana segera menggelengkan kepalanya. "T-tidak, Mas. Aku sama sekali tak ada niatan seperti itu." Ayana kembali memaksakan senyum. Sekalipun itu sangat susah. Namun jika tidak begitu, sudah pasti Dindar akan melakukan hal buruk lagi padanya. Bahkan tak segan-segan pria bengis itu akan menghukum dirinya berat hanya karena hal sepele yang membuatnya tidak senang."Bagus. Kau tunggulah di sini. Aku harus menemui teman-temanku di se

  • Gairah Suamiku (Jangan Salahkan Aku Selingkuh)   Selamat Dari Penyiksaan

    "M-Mas…ini…i-ini aku—""Kenapa kau tak menghilangkannya?" Dindar memotong cepat. Membuat Ayana ternganga."Aku memang tak bisa menahan diri untuk tidak melakukan itu padamu, tapi bukan berarti kau bisa seenaknya membiarkan tanda merah itu terpajang di lehermu itu," ucap Dindar dengan sengit. Sedangkan Ayana hanya bisa menelan ludah tanpa berkata-kata.Jadi Dindar mengira kalau tanda merah yang ada di leher jenjang putih istrinya tersebut adalah hasil perbuatan dirinya. Tentu saja hal itu membuat Ayana lega.Kiranya Ayana pikir tadi adalah hari terakhir ia akan hidup, sebab Dindar akan menghabisinya setelah tahu ia memiliki hubungan gelap dengan Aham di belakang pria kejam berstatus suaminya tersebut."Hilangkan tanda merah itu dari sana, aku tak suka melihatnya." Setelah berucap dengan sengitnya, Dindar kembali melanjutkan langkahnya masuk ke kamar mandi.Ayana segera terduduk di sofa merasa lega. Tangannya mengusap keringat yang membanjiri wajahnya. Kali ini ia berhasil lolos dari D

  • Gairah Suamiku (Jangan Salahkan Aku Selingkuh)   Tanda Merah Dari Aham

    "Kenapa terkejut gitu?""Kamu serius dengan apa yang kamu katakan tadi?" Ayana masih tak percaya."Iya, aku tak pernah main-main dengan ucapanku. Apalagi sama kamu.""Iya, tapi untuk apa kamu mau bawa aku ke rumahmu dan mempertemukan aku dengan orang tuamu?" Mata Ayana semakin melebar."Untuk memperkenalkan kamu ke ibuku.""Sebagai apa?"Aham tak segera menjawab, ditatapnya wajah cantik Ayana dengan lekat. "Kamu maunya sebagai apa?""Apa?""Kekasih!""Jangan gila, Aham!""Kenapa?" Aham sedikit tersenyum."Aku tak mau." Ayana kembali melangkah meninggalkan Aham."Ya sudah…." Aham ikut melangkah mengejar langkah Ayana. "Aku kenalkan kamu sebagai calon istri." Sontak A

  • Gairah Suamiku (Jangan Salahkan Aku Selingkuh)   Ajakan Aham

    Maaf, Aham. Aku tadi refleks saja." Ayana segera menjauhkan wajahnya dari Aham setelah menyadari keberaniannya yang menyentuh bibir Aham tanpa persetujuannya.Bahkan kali ini Ayana tak hanya menjauhkan wajahnya, namun juga tubuhnya dari Aham.Melihat itu, Aham hanya bisa tersenyum. "Tidak perlu merasa tak nyaman seperti itu. Bukankah aku kekasihmu," ucap Aham dengan senyuman yang masih terpatri di wajahnya."Kemarilah!" Aham mengulurkan tangannya lagi, kembali ingin menarik Ayana agar kembali dekat dengannya."Tidak, Aham." Ayana segera berdiri dan merasa gugup. Entahlah, bisa-bisanya tadi ia saking bapernya dengan kata-kata Aham sampai seberani itu."Kamu kenapa, sih, Ay?" Aham juga ikutan berdiri. Menatap Ayana dengan kening mengkerut. Bingung."Maaf, aku tak akan mengulanginya." Ayana memalingkan pandangannya ke sembarang arah. Tiba-tiba

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status