Beranda / Romansa / Gairah Terlarang CEO / Bab 2. Posisi Yang Salah

Share

Bab 2. Posisi Yang Salah

Penulis: Menook We
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-10 10:41:26

Dentuman keras di jantung Sandra. Sama sekali tak berani menggerakkan tubuhnya sedikitpun, berusaha untuk mempertahankan posisi badannya yang tak nyaman.

"Diam!"

Kata itu seolah menghipnotis pikiran Sandra, bersamaan dengan kalimat Aga, sang bodygoard dari bos besarnya ini kembali terngiang di telinga.

"Jangan pernah membantah apapun ucapan Bos Sean. Atau kamu akan menyesalinya." Pesan Aga menekankan.

Memejamkan kedua mata Sandra dalam, sembari menundukkan kepalanya tak kalah dalamnya.  Semoga lelaki di depannya ini tak beniat macam macam, "Kenapa harus jatuh dengan posisi begini, sih. Sial! benar benar sial!" batin Sandra, posisi yang tak baik untuk ia sekarang, beberapa kali membuatnya melirik ke arah kulit putihnya yang terbuka.

"Jangan berani bergerak!" kembali Sean memperingatkan.

Sama sekali tak tak tahu tentang gejolak rasa di dada Sandra. Jantungnya bertalu talu tak karuan. Takut, cemas, dan juga....malu.

"Angkat kepalamu itu, kenapa menunduk seperti itu?" kembali suara Sean terdengar, seiring dengan ayunan langkahnya perlahan lebih mendekati asisten pribadi barunya, mendongakkan kepala Sandra yang semakin dia buat tertekan.

"Saya sudah mengangkat kepala saya. Izininkan saya untuk kembali berdiri," pinta Sandra.

Hanya mengatupkan rapat bibir Sean yang masih melenggangkan kaki, akan duduk berjongkok di depannya.

"Tunggu sebentar. Dua menit," sesaat sebelum menjatuhkan pendangannya tepat ke arah paha seputih susu milik asisten pribadinya. Menggelengkan kepalanya perlahan. "Ck ck ck," Sean berdecak pelan, sungguh  sangat mengagumi kesempurnaan di depan mata,  ikut menolehkan kepala Sandra yang segera menggerakkan tangan akan menutup paha putihnya.

Namun kembali tertahan, tersentak oleh tatapan tajam dari Sean, menghentikan gerakan tangannya segera.

"Saya lelah dengan posisi begini," melas Sandra.

"Apa kamu mau berganti posisi," paraunya jawaban Sean, kedua sorot matanya telah dibaluti oleh kabut gairah. Menatap mesum ke arah paha Sandra.

"Iya," jawab Sandra. Sesaat sebelum membulatkan kedua matanya spontan. Melihat tangan kanan Sean yang mengulur hendak menyentuhnya "Bo-bos mau apa?" sentak Sandra tak sengaja. Menepis begitu saja tangan Sean.

Plak!

“Aaaaa," Pekik Sandra dalam hati. Menatap sedih telapak tangannya yang sudah terlalu lancang dan berani, akan beranjak berdiri.

"Diam!" sentak Bima. "Kembali ke posisimu!"

Menjingkatkan hati Sandra. Tubuhnya pun semakin dibuat gemetar, berusaha untuk mengembalikan posisi duduknya di atas lantai.

"Tadi posisimu nggak begini." Dingin Sean.

"Benar begini, Bos. Sumpah begini," Sandra memberikan keyakinan.

“Sssttt,” lirih Sean, menyentuh bibirnya sendiri,  Tak ingin diganggu oleh kalimat apapun dari bibir Sandra. Hanya ingin menikmati indahnya ciptaan Tuhan. Kulit mulus tanpa cela, seputih susu. Bolehkah ia menikmati keindahan yang telah disajikan di depannya ini?

Membuatnya spontan. Kembali mengarahkan telunjuknya perlahan untuk mengusapkannya lembut ke kulit putih mulus milik Sandra.

Sungguh semakin mempercepat dentuman keras di jantung Sandra. Memejamkan kedua matanya spontan. Akibat gelenyar dari rasa aneh, geli sekali hingga membuat tubuhnya meremang dan bergidik ngeri.

"Ja-jangan begini Bos.” Kembali Sandra bersuara. Deru napasnya pun sudah memburu, berusaha untuk menolak sentuhan jemari tangan Sean dengan cara menarik kakinya perlahan.

“Ssssst,” sergah  Sean mengulangi.

“Jang-,” lirih Sandra terpotong, mengatupkan bibirnya rapat sambil membulatkan mata, diantara serangan dari denyutan di jantungnya yang tak karuan. Napasnya kian tak beraturan, menerima kembali sentuhan lembut telunjuk Sean , namun kini di bibirnya.

“Bisa diam sebentar?” bisik Sean. Memberikan tatapan dinginnya cenderung nyalang, mengancam secara halus, tak ingin menerima bantahan.

“Jangan menggerakkan bagian tubuh kamu sedikitpun, Sandra. “Oke? atau aku akan,” lanjutnya menggantung, kini mengulaskan senyuman seringainya, sedikit mencondongkan kepalanya ke telinga Sandra. “Atau kamu akan menyesalinya.” 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Gairah Terlarang CEO   Bab 14. Mata Dibalas Mata

    "Berhenti kamu! jangan lagi mundur atau aku patahkan kaki kamu!" ancam Sean.Tubuh Sandra membeku, dibuat tercekat dan terpaku, ia tidak lagi berani bergerak. "Saya sudah berhenti Bos." Sandra terbata, berusaha untuk tenang meskipun kondisi tubuh menegang, karena dipandang oleh Sean dengan sangat dala, dari atas hingga, sebenarnya apa yang dilihat bos barunya ini?""Dari sekian banyak baju yang sudah disiapkan, kenapa kamu pilih yang ini?"'Ya?""Telinga kamu bermasallah? atau otak kamu yang lemot tidak bisa mencerna pertanyaan?"'Bukan Bos."Sean menyipitkan pandangan."Maksud saya." Sandra menjeda kalimar.Bodoh, bisa bisanya ia lupa apa tadi pertanyaan Sean. "Bisa diulangi lagi pertanyaannya Bos?" ragu dan takut, kemudian dibuat berjingkat oleh suara gelas dari atas meja yang di senggol Sean."Jangan pura pura bodoh. Kamu ingin mati karena membuatku mengulangi pertanyaan?"Astaga. Jantung Sandra semakin melompat. Ia telan saliva pelan lalu jatuh berjongkok di atas lantai. "Sebenta

  • Gairah Terlarang CEO   Bab 13. Terlambat!

    Berusaha untuk mengatur napasnya agar tak terlalu memburu, Sandra jatuhkan tubuhnya di atas ranjang di dalam kamarnya sendiri. Benar benar luar biasa. Seumur hidup ia tak pernah berpikiran bisa berada di situasi sekarang ini. Bekerja untuk mendapatkan uang, namun seperti menyerahkan nyawa kepada Bos galak yang tak punya hati dan tak segan segan menghilangkan nyawa. Tidak boleh mengulur waktu. Sandra berdiri cepat dari duduknya, harus segera bersiap siap agar tidak lagi mendapatkan tekanan dari Sean. Penampilan lebih baik dari ini. Penampilan seperti apa yang dimaksudkan oleh Bos nya itu? Sandra berdiri di depan cermin di dalam kamar. Meneliti penampilannya sendiri yang tak lagi rapi seperti sebelum masuk ke rumah ini. Sekarang, rambut tampak sedikit berantakan. Tok tok tok. Suara ketukan pintu kamar terdengar, sungguh berhasil meninjingkatkan hati Sandra yang dibuat berdiri cepat. Seperti naik roller coster mudah sekali jantungnya bereaksi berlebihan. "Siapa?" tanya Sandra. Ti

  • Gairah Terlarang CEO   Bab 12. Cepat Bersiap1

    Membulatnya kedua mata Sandra. Sambil membekap mulutnya segera, bagaimana bisa ia tetap banyak tanya setelah diancam oleh Sean?"Mak-maksud saya."Tiga menit.Waktu kamu untuk bersiap siap nggak boleh lebih dari tiga menit." dinginnya ucapan Sean.Kian menghenyakkan hati Sandra yang semakin dia buat tertekan"Tiga menit?" batin Sandra. Ia tak lagi berani berkata ataupun bertanya."Lebih dari satu detik saja. Siap siap terima hukumannya."Membulatkan kedua mata Sandra, ia masih saja diam dan tak lagi berani bersuara. "Astaga Tuhan, tolonglah hambamu ini." Cepatnya dentuman di jantung Sandra. Benar benar dibuat tertekan oleh pekerjaan yang awalnya dia anggap enak namun ternyata mengancam nyawa. Sekali bicara, bisa saja ia mati sekarang juga.Sandra membeku, kenapa kedua kakinya ini tak mau dia ajak melangkah. Hanya membatu dan layaknya terpaku."Kenapa Diam?" Sean mengangkat salah satu alisnya?""Kan kamu yang menyuruhku diam? dan sekarang tanya kenapa aku diam?" batin Sandra, mana bera

  • Gairah Terlarang CEO   Bab 11. Sumpah Demi Nyawa?

    Tersentaknya hati Sean, tertutup rapi di balik gurat wajah datarnya. Ia mengangkat tangan kanannya segera dan tak jadi menyentuh rok asisten pribadinya. "Bo-bos mau ngapain saya?" kembali Sandra bertanya. Diantara gemuruhnya rasa. degupan di jantungnya pun sudah bertalu talu tak karuan. "Aku? ngapain?" Sean mengangkat salah satu alisnya. Menganggukkan cepat kepala Sandra. "Iya. Bos mau ngapain?" sambil menutupi rok yang dia pakai menggunakan kedua tangan. Sandra memberingsut mundur ke arah belakang, menjauhi Sean. "Nggak ngapa ngapain." Masih dengan suara datarnya, Sean melemparkan begitu saja minyak kayu putih ke atas ranjang, ikut mengalihkan pandangan Sandra. "Sudah bangun kan? ayo berdiri." Titah Sean. Ia kemudian berdiri, kembali menolehkan kepala Sandra ke arahnya. Tanpa penjelasan tentang niatnya yang ingin membantu menyadarkan Sandra. Kini Sean berkacak pinggang, menatap tajam Sandra yang segera berdiri, menghadapnya. "Tadi itu apa?" tanya Sandra, memberanikan diri untu

  • Gairah Terlarang CEO   Bab 10. Apa Yang Bos Lakukan?

    “Ngapain kamu?” protes Sean. Menghentikan cepat gerakan tangan Aga yang akan menyingkap rok Sandra. “Ini Bos.” Ragunya jawaban Aga. Menunjukkan minyak kayu putih di tangan, selepas membalurkan minyak tersebut di telapak kaki, juga tangan Sandra. “Kenapa minyak itu?” Sean mengedikkan kepala. "Mau di balurkan disana," jawab Aga, sambil menunjuk perut wanita yang tengah pingsan di depannya. “Mau kamu balurkan ke perutnya?” tersentaknya hati Sean, membulatkan mata. “Iya, Bos.” Aga pun membenarkan. Mencebikkan bibir Sean, meyaut begitu saja minyak kayu putih di tangan Aga. “Mau kamu buka itu rok dia? Terus kamu lihat bagian dalamnya?” sengitnya suara Sean. Mempercepat degupan di jantung Aga.“Itu Bos," bingung Aga. "Itu apa?" kejar Sean. "Itu yang buat saya ragu," jawab Aga. Tak ingin dianggap melakukan pelecehan kepada wanita yang tak sadar. "Keluar sana," usir Sean. "Kemana Bos," pertanyaan bodoh Aga, kemudian menganggukkan kepalanya pelan, melihat dinginnya kedua sorot mata S

  • Gairah Terlarang CEO   Bab 9. Pingsan (2)

    "Ah! Suara pekikan Sandra yang tersentak. Terkena cipratan kopi tepat dibagian dadanya. Akibat gerakan tak hati hati dari tangannya sendiri. "Panas!" Sandra meritih.Bersamaaan dengan berdirinya Sean, mengambil alih cepat nampan dari tangan Asisten barunya yang sedang mengibas ngibaskan baju di bagian depan."Lap sama tisu," reflek Sean. Menghilangkan sikap tenangnya seketika, mengarahkan tiga lembar tisu yang baru saja diambilnya ke dada Sandra."Aaah!" pekik spontan Sandra memundurkan langkahnya. Akibat kondisi hatinya yang tersentak, menerima sentuhan Sean di buah dadanya."Ng-ngapain Anda?" semakin kencang sekali degupan di jantung Sandra, kian bertalu tak karuan. "Kenapa Anda menyentuh itu saya?" entah apa yang terjadi di dirinya sekarang. Berani sekali ia melayangkan protesnya."Itu?" gumam Sean, mengerutkan keningnya."Ini!" Sandra menunjuk dadanya sendiri."Buah dada?" sahut Sean. Mengartikan kalimat 'itu' Sandra dengan begitu entengnya. Sama sekali tak mempertimbangkan ras

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status