LOGIN"Bagaimana sekarang!? Apa yang sebenarnya sedang dilakukan oleh Viko dan Asih. Kenapa mereka berdua sulit sekali diberitahu?!" Johan mengomel sambil mengejar istrinya."Ma! Tunggu Papa!" ucapnya.Aurelia terus mendengar suara Asih. Suara pembantu rumah tangganya ini, penuh dengan nada emosi dan kalimat kekecewaan."Asih sepertinya ada di lantai atas. Jangan jangan-." Aurelia berpraduga. Kaki jenjangnya berlari makin cepat menuju ke kamar anak lelakinya. Ia tanpa basa basi langsung membuka pintu kamar.Dan benar saja, Aurelia melihat Asih dan Viko sedang beradu argumen di sana. Aurelia mengerutkan dahi, sebelum akhirnya ia bertanya pada Asih, mengenai apa yang terjadi sebenarnya."Ma Mama." Viko gugup."Ada apa sebenarnya ini? Asih? Kenapa kau berada di dalam kamar anakku? Dan kenapa berteriak?" Aurelia memulai interograsinya.Asih menundukkan kepalanya. Ia tak berani menatap wajah majikannya."Asih! Kenapa hanya
Ana dan Viko melihat banyak orang berkerumun di jalan raya. Mereka berdua pun memutuskan untuk turun dari mobil, untuk mencari informasi apa yang sedang terjadi.Viko bertanya pada salah seorang lelaki tua yang ikut berdiri di tengah kerumunan. Si lelaki mengatakan, jika baru saja terjadi kecelakaan."Ada kecelakaan, barusan." Viko memberitahu Ana. Mata Ana tertuju pada sepeda motor yang tergeletak di atas aspal.Sementara Viko yang penasaran, ikut melihat korban kecelakaan, yang ternyata adalah Andrew.Andrew ditabr4k oleh mobil yang melaju kencang dan kehilangan kendali. Untungnya tak ada luka serius di tubuhnya. Warga yang membantu, juga membawakan air minum untuk Andrew."Andrew! Apa kau baik baik saja?!" Viko bertanya dengan panik. Matanya melotot, keningnya juga mengkerut."Aku baik baik saja." Andrew menjawab dengan datar.Ana berdiri di samping Viko, ia menatap Andrew tanpa berkedip. Jantungnya dag dig dug, ia ingin menanyai Andrew tapi bibirnya mendadak kaku."Kau akan menga
"Ana, kau tidak apa apa?" Viko panik melihat pecahan vas yang berhamburan di lantai."Asih! Tolong bantu Ana!" Aurelia segera meminta Asih untuk membersihkan pecahan vas yang berserakan."Baik Nyah!" Asih dengan cepat melakukan apa yang diminta oleh majikannya. Sesekali matanya menatap tajam ke arah Ana, menunjukkan rasa tidak suka. Terutama ketika Viko memegangi bahunya."Tuan Viko, aku tak akan biarkan wanita itu mengambil Tuan dariku!" Asih bermonolog dalam hati.Ana dan Viko duduk berdampingan. Sementara Andrew duduk di depan Ana. Viko tampak sangat mencintai Ana. Ia menata piring makan untuk Ana, meletakkan beberapa makanan di atasnya. Viko juga menuangkan minuman ke gelasnya."Oh ya, kami lupa mengenalkanmu padanya. Dia adalah Ana, menantu di rumah ini. Pernikahannya dengan Viko, akan segera dilaksanakan bulan depan." Alland memperkenalkan calon menantunya pada Andrew.Agar tak menimbulkan kecurigaan, Andrew mengulurkan tan
Andrew menatap perempuan yang berdiri di samping Viko tanpa berkedip. Dalam hatinya penuh tanda tanya, tapi ia tak berani mengutarakannya."Selamat malam Andrew!" Viko tersenyum. Setelah mengucapkan salam pada sahabatnya, Viko mempersilahkan wanita yang ada di dekatnya untuk duduk."Selamat malam!" Andrew menjawab sambil menatap wajah gadis yang duduk di sebelah Viko."Kau pasti penasaran siapa wanita cantik yang aku bawa ini. Iya kan?" Viko menatap wajah gadis di sebelahnya dan wajah Andrew secara bergantian."Dia tunanganmu?" Andrew pura pura tidak tahu."Bukan! Dia bukan tunanganku. Dia adalah Asih. Dia bekerja di rumahku." Andrew hanya mengangguk pelan tanpa suara. "Aku sengaja mengajaknya ke sini. Aku ingin kau berkenalan dengannya. Kau dan Asih akan sama sama cocok, menurutku." Asih menoleh ke arah Viko. Matanya terbuka lebar. Ia terkejut mendengar ucapan Viko. Karena selama ini, dirinya dan Viko sudah
"Ya Ana, ada apa?" Viko tampak sumringah ketika menjawab panggilan telepon dari tunangannya."Kakak ingin mengundangmu untuk makan malam bersamanya dan juga teman temannya. Apa kau ada waktu?""Makan malam? Aduh! Bagaimana ya? Sepertinya aku tidak bisa. Karena aku sedang ada pekerjaan penting hari ini." Viko menatap langit biru di atasnya."Oh begitu. Aku kira ini hari libur dan kau ada waktu untuk bertemu." "Ya harusnya memang seperti itu. Tapi hari ini, aku sibuk. Jadi katakan pada Kakakmu, aku minta maaf karena tak bisa memenuhi undangan makan malamnya." "Baiklah kalau begitu." "Kalau kau yang mengundangku, mungkin aku bisa." Viko tertawa kecil. Ia sengaja menggoda Ana."Aku juga tidak bisa. Aku sudah ada janji dengan temanku, malam nanti. Baiklah kalau begitu, aku tutup dulu teleponnya." "Ya sayang. I love u." Viko mengucapkan kata kata rayuan. Membuat Andrew yang berdiri di belakangnya merasa semakin muak.Andrew mengambil batu dari tanah, ia ingin mem*kul kepala Viko menggun
Pagi pagi sekali, sebelum berangkat bekerja ke tempat kerjanya sendiri, Andrew pergi ke perusahaan milik keluarga Viko. Ia menyerahkan amplop coklat besar kepada satpam yang kemarin ia temui. Selain membuat lamaran dalam bentuk kertas, Andrew juga menulis lamaran serta mengirimkan CV nya ke email rahasia perusahaan yang hanya diketahui oleh orang orang tertentu saja."Saya pastikan, kamu akan segera diterima bekerja di sini. Dan kalau sudah bekerja di sini, jangan lupakan jasa saya ya." Kalimat yang dikatakan oleh satpam menyiratkan bahwa ia menginginkan timbal balik."Tentu saja! Kita akan berteman baik untuk jangka panjang." Andrew mengangguk. Ia menyalakan mesin sepeda motornya, dan pergi dari sana. ****Kurir datang ke kantor, tempat Ana bekerja. Ia mengantar surat pengunduran diri milik Ana.Kurir langsung pergi begitu saja, setelah memberikan amplop coklat tersebut kepada security. Pihak security, menyerahkan amplop coklat itu ke pihak resepsionis.Waktu berlalu dengan cepat ta







