Sandra adalah wanita berusia 29 tahun. Dia sudah menikah dengan Rayhan dan memiliki dua orang anak. Namun suaminya yang tempramental, membuat Sandra sering merasa depresi. "Luka yang tertoreh pada tubuh akan segera sembuh. Namun luka yang ada di dalam hati, bahkan waktu pun belum tentu dapat menyembuhkannya." Hingga suatu ketika, Sandra bertemu dengan Arya, partner bisnis suaminya. Arya diam diam memberikan perhatian lebih kepada Sandra. Pertemuan pertama mereka sudah membuat Sandra terkesan pada Arya. Apakah Sandra akan jatuh ke dalam pelukan Arya? Apakah rumah tangga Sandra dan Rayhan mampu bertahan dari kemelut orang ketiga?
View More"Dandan yang cantik. Kamu harus tampil sempurna hari ini. Aku ingin mengenalkanmu kepada temanku," ucap Rayhan sambil menoleh ke arah istrinya.
"Bukankah kita akan pergi ke danau, untuk bersantai bersama anak - anak?" tanya Sandra keheranan.
Rayhan menggelengkan kepala.
"Tidak, kita akan mampir sebentar ke rumah temanku. Setelah dari sana, baru kita bisa pergi ke danau.""Tapi Mas, aku malu. Untuk apa aku berkenalan dengan temanmu?" bantah perempuan berparas cantik tersebut.
"Kamu selalu mengajak aku berdebat! Dan membuatku marah! Aku hanya ingin mengenalkanmu saja, kepada temanku! Biar dia tahu, kalau aku memiliki istri yang cantik di rumah!" Rayhan bicara dengan nada meninggi.
"Memamerkan istrimu sendiri?" gerutu Sandra.
"Aku ini istrimu Mas, tapi kamu memperlakukan aku seperti barang yang dapat dibayar dengan selembar uang." Sandra bicara dalam hatinya.
Sandra menghela nafas panjang. Ia melanjutkan berdandan dan mewarnai bibirnya.
Selesai bersiap, mereka sekeluarga berangkat ke rumah Arya. Sepanjang perjalanan Sandra dan Rayhan tidak saling bicara. Hanya sesekali terdengar suara kedua anak mereka, sedang bersenda gurau.
Di rumah Arya, ia sendiri yang menyiapkan beberapa macam makanan untuk menjamu Rayhan dan keluarganya.
Arya adalah seorang duda, tampan, mapan dan terkenal royal. Umurnya 37 tahun, 3 tahun lebih tua dari Rayhan.
Di rumah, ia hanya tinggal sendirian saja. Jadi semua kegiatan membersihkan rumah, ataupun memasak ia lakukan sendiri.
"Ting! Tong!"
Suara bel pintu berbunyi. Arya bergegas membukakan pintu.
"Hai apa kabar? Ayo silahkan masuk."
"Aku menunggu di mobil saja ya." Sandra enggan turun dari mobil.
Rayhan tak menjawab, ia hanya melotot kepada istrinya. Sandra yang paham, kalau Rayhan tidak sependapat dengannya, hanya mampu mengikutinya dari belakang.
"Ayo mari silahkan duduk. Maaf rumah saya, masih kurang rapi. Maklum duda merana jadi ya beginilah," gurau Arya, disambut gelak tawa bebarengan oleh kedua sahabat itu.
"Ya makanya, ayo segera menikah! Enak ada yang menemani di rumah. Ada yang ngurus rumah juga," ujar Rayhan sambil melirik ke arah Sandra.
"Oh iya, kenalin ini istri aku!" Rayhan memperkenalkan Sandra kepada sahabatnya.
"Sandra!"
"Arya!"
Mereka berdua bersalaman. Dan saling memandang cukup lama.
"Mau aku buatkan teh hangat atau apa?" Arya bertanya kepada Sandra.
"Terserah saja Mas," jawab Sandra sembari tersenyum manis.
"Semua wanita itu istimewa dengan kata terserahnya. Karena terserah bisa berarti banyak hal berbeda."
Kata - kata Arya, membuat Sandra tersipu-sipu.
"Aku akan buatkan teh manis dengan sedikit es dan sentuhan Bungan mawar di atasnya, ya? Dan untuk anak anak, aku sudah siapkan ice cream coklat." Arya melanjutkan kalimatnya.
Sandra hanya mengangguk seraya tersenyum.
Wajah Sandra yang penuh senyuman, membuat Rayhan kesal.
"Kamu kenapa sih? Senyum senyum terus. Kamu salah tingkah ya?"
"Apa sih Mas? Salah tingkah seperti apa? Teman kamu menawarkan aku minum. Apa aku harus cemberut, saat ia bertanya padaku?" Sandra mengelak.
Tak butuh waktu lama, Arya kembali dengan membawa banyak makanan dan minuman.
"Wah banyak sekali yang dibawa ke sini?" tanya Rayhan.
"Banyak? Ah nggak lah, ini hanya sedikit. Cemilan untuk anak anak. Dan untuk kita bertiga."
"Saat ada sesuatu yang istimewa menghampiri, jangan abaikan ataupun di sia - siakan. Sebab kesempatan kedua, mungkin saja tidak akan ada lagi," ucap Arya sembari menyodorkan segelas teh mawar kepada Sandra.
"Terima kasih," ucap Sandra.
Jari jemari mereka yang tak sengaja bersentuhan, membuat kedua orang tersebut seperti merasa tersengat listrik. Keduanya menundukkan wajah dengan pipi yang memerah.
"Pa, lihat itu! Ana menumpahkan es nya. Bajunya kotor!" Levin memegang tangan Sang Ayah.
Rayhan mengambil tissue dan langsung membersihkan baju putrinya yang kotor.
"Arya, aku pinjam toilet sebentar," ucap Rayhan.
"Tentu saja. Letak toilet ada di ujung kamar pertama sebelah kanan. Sebentar aku siapkan handuk," jawab Arya penuh perhatian.
"Ma, Levin lapar Ma, Om Arya nggak ada mie goreng atau nasi goreng gitu?" Si kecil berbisik.
"Nanti saja kita makan di luar. Om Arya sibuk. Jangan membuatnya bertambah sibuk," jawab Sandra kepada anak sulungnya.
Arya yang mendengar ini, langsung menawarkan mereka untuk makan siang.
"Sebentar ya Levin. Om Arya sudah siapkan makan siang, untuk kita semua."
Sandra melirik tajam ke arah putra sulungnya.
"Levin jangan minta macam - macam."
Arya dan Sandra sering mencuri pandang. Saat mereka saling menatap, keduanya tersipu malu. Di mata Arya, Sandra adalah wanita yang sangat cantik.
"Kecantikan tidak hanya bicara tentang penampilan fisik tapi juga tentang hati dan perilaku. Kesederhanaan Sandra sungguh mempesona." Arya bicara dalam hati.
"Akhirnya selesai. Tapi tertinggal warna coklat di baju Ana." Rayhan menggendong Ana berjalan menuju tempat Arya dan Sandra duduk.
"Tidak masalah Mas, besok biar aku cuci menggunakan pemutih," jawab Sandra.
"Ah iya benar. Besok cuci baju itu dengan pemutih pasti nodanya menghilang." Arya ikut bicara.
"Kecuali luka di dalam hati, meninggalkan bekas yang entah kapan akan menghilang," gumam Sandra dalam hati.
"Ya sudah.. Ayo kita makan siang bersama."
"Makan siang? Siapa yang memasak?" tanya Rayhan dengan nada mengejek.
"Aku membelinya di warung depan rumah. Rasanya mantap kok."
"Tapi jika dibandingkan dengan masakan rumahmu mungkin rasanya sedikit berbeda." Arya meneruskan kata katanya.
"Ah tentu saja. Istriku pandai memasak. Dia membuat menu yang berbeda setiap harinya. Kami tak pernah makan di luar. Karena itu boros," ucap Rayhan dengan bangganya.
"Jika istrimu sakit? Apakah ia akan tetap memasak untuk kalian?" Arya penasaran.
"Ya itu kan sudah kewajibannya. Awas saja jika dia berani membantah." Rayhan menjawab dengan wajah serius.
"Kewajiban wanita itu mendidik anak anaknya untuk memastikan akhlak dan perilaku setiap anaknya baik dimata dunia dan Sang Pencipta," celetuk Arya.
"Kalau hanya soal makan, beli juga bisa." Arya bicara lagi.
Jawaban Arya membuat Rayhan geram.
"Ya terserah akulah. Sandra itu kan istriku."
Sandra yang merasa tidak enak hati, mencoba mencairkan suasana yang tampak memanas.
"Sudah - sudah jadi makan atau mau berdebat? Itu lihat lalatnya mulai makan lebih dulu."
Mereka bertiga menuju ke ruang makan diikuti oleh Levin dan Ana
Levin mengambil ayam goreng kesukaannya. Sedangkan Rayhan makan sambil menyuapi putrinya.
"Biar aku saja yang menyuapi Ana," ucap Sandra.
"Tidak! Kamu makan saja. Biar aku yang menyuapi putriku."
Meskipun tempramental dan suka memukuli istrinya, Rayhan adalah sosok Ayah yang penyayang bagi kedua anaknya. Wajahnya tampan namun garang, ia angkuh dan senang memerintah. Itulah watak Rayhan yang membuat Sandra tidak nyaman menyandang status sebagai 'Nyonya Sandra Rayhan Wijaya'.
Rayhan menyodorkan tissue kepada istrinya.
"Untuk apa Mas?"
"Pipimu kotor. Makan dengan hati hati."
Sandra mengambil tissue yang diberikan oleh suaminya dan segera membersihkan pipinya yang kotor.
Namun apa yang dilakukan oleh Sandra, malah membuat noda makanan makin melebar ke mana mana.
Secara reflek, Arya mengambil tissue bersih lain dan langsung membantu Sandra membersihkan wajahnya.
Rayhan melotot hingga kedua bola matanya hampir keluar dari tempatnya melihat apa yang dilakukan Arya pada istrinya.
"Mas, apa yang kamu lakukan?" Sandra gemetaran. Ia takut suaminya memukulnya.
Tapi Jefri tak mudah dikalahkan begitu saja. Meski kakinya tertembak, ia masih berusaha melawan. Ia memegang obengnya dan mengarahkan obeng tersebut ke arah petugas. Dari arah lain, petugas yang baru saja datang ke TKP langsung meluncurkan tembakan ke arah punggung kiri Jefri. "DuuaaRr.. !" Kali ini, Jefri terkapar, bajunya basah karena cairan kental warna merah terus keluar dari punggungnya. "Maafkan aku, kau melawan petugas kepolisian dan berusaha menyakiti kami. Jadi aku harus menembakmu. Panggilkan ambulans. Antar dia ke rumah sakit." Ambulans datang dan membawa Jefri menuju ke rumah sakit dengan pengawalan ketat dari polisi. Arya mengikuti mobil ambulans. Ia menyetir mobilnya tepat di belakang mobil ambulans. "Entah kenapa aku merasa, pembunuhan yang ia lakukan sudah banyak." "Kenapa berpikir begitu?" "Kau lihat sendiri kan, bagaimana caranya kabur dan melawan kita tadi. Hanya pembun*h profesional yang bisa seperti itu. Pegawai bengkel biasa tak mungkin seperti itu."
"Bicara apa, maksud Ibu?" Sandra pura pura tidak tahu.""Rayhan marah saat mengetahui kebenaran mengenai kecelakaan yang menimpamu, hal itu adalah hal yang wajar. Kenapa kau bilang kalau itu bukan urusannya?" "Ehm itu, aku." Sandra tak bisa beralasan."Kau juga bilang jika Rayhan sudah punya kehidupan sendiri. Ada apa sebenarnya dengan kalian berdua?" Suara Sulastri terdengar penuh emosi."Tidak ada apa apa Bu. Kami baik baik saja." Wajah Sandra menyimpan kesedihan mendalam. "Sulastri, Sandra baru saja sembuh. Kenapa kau memarahinya seperti itu!"Sulastri memejamkan matanya, mengatur nafas agar emosinya stabil. "Maafkan Ibu. Mungkin Ibu yang terlalu sensitif. Ibu berpikiran yang tidak tidak."Rayhan berjalan ke arah Sandra. Ia duduk di tepi ranjang. Keduanya bersikap biasa saja di depan Sulastri."Ibu seharusnya tidak datang ke sini." "Kau bicara apa barusan?" Suara Sandra terdengar tidak jelas.
Chandra dan seorang perawat berlari ke kamar pasiennya. Ia memeriksa kondisi Sandra."Hasil CT scan apakah sudah keluar Suster?" "Sudah Dok.""Bawa ke sini," ucap Chandra.Dokter melihat hasil CT scan milik Sandra. "Ada sedikit luka pada lambungnya. Ini mungkin saja terjadi ketika pasien mengalami benturan pada bagian perut." "Jadi dia muntah darah karena benturan pada perutnya?" tanya Rayhan, memastikan."Iya. Untuk hasil lebih akurat, saya akan melakukan endoskopi."Dengan segera, Chandra melakukan tindakan untuk pasien. Semua keluarga menunggu dengan cemas. Setelah beberapa saat menunggu, hasil endoskopi keluar."Ada sedikit luka dengan lambungnya. Saya akan memberikan obat melalui selang infus. Kalian tak perlu cemas. Dia tak akan muntah darah lagi setelah ini."Mendengar ucapan Dokter Chandra, semuanya merasa lega. Hanya wajah Sulastri yang masih terlihat tegang.Ia mengingat moment dima
"Tok! Tok! Tok!" "Permisi!" Suara parau terdengar dari balik pintu kamar hotel."Siapa sih yang datang ke sini? Kamu memesan makanan?" tanya Novi."Tidak!" David menggeleng."Lalu siapa yang tiba tiba datang?" "Tolong dibuka pintunya! Kami petugas kepolisian!" Novi melongo kaget. David tak kalah kagetnya dengan Novi."Kenapa polisi tiba tiba datang ke sini? Apa kau sudah ketahuan!" David menuduh.Novi bersembunyi ke dalam lemari. Ia membawa semua pakaian, sepatu, tas serta pernak perniknya ke dalam lemari.Setelah Novi bersembunyi, David baru membuka pintu kamar. "Selamat malam Pak. Mohon maaf mengganggu kenyamanannya.""Ya Pak. Ada apa ya?" "Kami mendapati laporan, jika di dalam hotel ini sedang ada pesta s*bu." Polisi bicara dengan tatapan lurus. Sorot matanya seperti sinar laser yang tajam."Pesta s4bu?" David menjawab dengan suara terbata."Kami akan memeriksa semua kamar yang ada di hotel ini." Polisi masuk ke dalam kamar. Mereka mulai melakukan penggeledahan.Polisi membuka
"Pak! Buka gerbangnya. Saya mau masuk," ucap Novi dengan suara meninggi."Maaf Non. Nggak bisa. Tuan nggak ada di rumah!" Tarjo menyahut."Kemana dia?" tanya Novi mencoba mencari tahu dimana Sandra sedang dirawat, saat ini."Nggak tahu saya Non. Saya di sini cuma penjaga rumah. Bukan anggota keluarga." "Yang benar saja Pak! Masa iya Bapak nggak tahu Rayhan pergi kemana!" "Nggak tahu Non! Maaf Non saya sedang sibuk! Non lebih baik pulang saja!" Tarjo mengusir."Br3ng$*!" Novi kesal. Ia mengumpat sambil menendang tempat sampah yang ada di depannya. Saking kencangnya tendangan Novi, membuat bak sampah terguling ke jalan raya. Beberapa sampah bahkan berhamburan keluar dari tempatnya.Mata Novi tertuju pada secarik kertas kecil yang keluar bersama sampah lain. Ia memungutnya dan memperhatikan setiap tulisan yang tertera di kertas."Kantin Rumah Sakit Catra Hutama. Ini pasti tempat dimana Sandra dirawat! Aku yakin sekali!" Wanita itu dengan segera memesan taksi online dan pergi menuju k
Polisi pun segera memberitahu pihak keluarga korban terkait bangkai mobil yang berhasil mereka temukan.Tepat pada saat ini, Arya mengangkat telepon dari Polisi saat ia berdiri di dekat Dani."Jadi mobil saya berhasil ditemukan.""Ya Pak. Dan kami juga sudah memeriksakan beberapa kerusakan yang ada di mobil Bapak. Kerusakan karena benturan saat terjadi kecelakaan. Dan salah satunya, ada kerusakan yang disengaja.""Kerusakan disengaja bagaimana maksudnya?" Arya emosional."Saluran minyak rem dipotong dengan sengaja." "Apa anda yakin?" "Sangat yakin Pak. Kami akan perluas penyelidikan kasus ini. Untuk sekarang, hanya itu saja yang bisa kami sampaikan.""Terima kasih Pak. Saya harap pelakunya segera ditemukan dan dihukum dengan berat!" "Tentu Pak!" Sambungan telepon terputus.Arya bertarung dengan pikirannya sendiri. Ia benar benar marah mendapati kebenaran itu."Siapa yang menelepon?"
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments