Home / Romansa / Gairah Terlarang Sang Presdir / Apa Yang Kamu Inginkan?

Share

Apa Yang Kamu Inginkan?

Author: Ririichan13
last update Last Updated: 2025-09-19 20:14:50

Marvel menyunggingkan bibirnya lalu menggeleng dengan tegas.

"Tidak, tapi aku memang ingin melihatnya. Lakukan dan akan aku berikan uangnya nanti," ucapnya kembali.

Mata Nara kembali membola. Ingin rasanya menolak dan kabur, tapi sayangnya, nyalinya tak sekuat itu.

Dengan tangan gemetar, ia membuka kancing blusnya satu per satu. Meskipun malu, ia sudah terlanjur masuk, jadi tak mungkin untuk mundur. Sementara di sana, tatapan Marvel terus tertuju padanya, seolah tak ingin bergeser sedikit pun.

Dan setelah beberapa saat, lingerie itu akhirnya terpasang sempurna di tubuhnya. Gegas, ia menutup area dada dan bawahnya dengan kedua tangannya. Ia benar-benar malu meskipun kain tipis itu menutupi kulitnya.

Marvel kembali mendekat, kali ini tanpa jarak lagi. Bahkan, hembusan napas dan detak jantungnya pun bisa Nara dengar dengan jelas.

Tak lama, jemarinya mulai menyusuri wajah, dagu dan juga juga bibir Nara. Darah Nara kembali berdesir hebat, apalagi saat mencium aroma mint dari tubuh lelaki itu.

"Jangan malu, Nara," bisiknya kembali, lalu sebelah tangannya langsung menarik tubuh wanita itu ke dalam dekapannya.

Nara yang tak siap, hanya bisa pasrah diperlakukan seperti itu.

Marvel kembali berbisik, "Kamu sangat cantik memakai itu, Nara. Bahkan, Aluna pun kalah jika dibandingkan kamu."

Nara tak menjawab. Ia tak tahu itu sebenarnya pujian atau hinaan. Tapi tak lama, bibir Marvel pun menempel pada bibirnya.

Nara terdiam, ia sedikit syok, namun tetap berusaha menguasai keadaan. Cukup lama bibir Marvel menempel pada bibirnya. Hanya menempel, tak ada lumatan atau apapun.

Setelah beberapa saat, barulah Marvel mulai mengecupnya dengan sedikit dalam, sehingga mampu mengguncang seluruh syaraf di tubuh Nara.

Lumatan itu begitu lembut dan juga semakin dalam. Marvel mengeratkan pelukannya tanpa sadar. Begitu pun Nara, entah sadar atau tidak, ia mulai terbuai oleh permainan bibir Marvel.

Ia mengalungkan tangannya ke belakang leher Marvel, dan tak lama Marvel pun menghentikan aksinya.

"Bibirmu manis, semanis ceri," puji Marvel.

Nara membuang wajahnya ke samping. Ia merasa bahwa saat itu wajahnya mulai memerah seperti tomat.

Dan tak lama, Marvel pun mulai melepas pelukannya begitu pun dengan lengan Nara yang berada di lehernya.

"Aku tau kamu mulai menikmatinya, Nara. Tapi tidak untuk malam ini," ucap Marvel seraya membalikkan tubuhnya.

Marvel melangkah menjauh, mengambil jaket dan juga kunci motornya di atas nakas. Setelah itu ia kembali ke hadapan Nara.

“Aku harus segera pulang. Aluna akan curiga jika aku pergi terlalu lama dari rumah," ucapnya seraya mengecup kening Nara dengan lembut.

Setelah mengatakan itu, ia pun melangkah menuju pintu keluar.

"Besok, kita akan bertemu lagi di sini, jam tujuh malam. Jangan lupa untuk pakai lingerie itu dan gerai rambutmu. Aku tak suka rambutmu yang di kuncir seperti itu,"ucapnya di ambang pintu.

"Uangnya akan segera aku transfer. Gunakan sebaik-baiknya, dan terimakasih sudah menerima tawaranku."

Klik. Pintu tertutup.

Nara hanya bisa terdiam, masih terguncang.

Ia pun jatuh terduduk di lantai, tubuhnya bergetar hebat, antara marah, malu dan juga takut.

Setelah beberapa saat, barulah ia bangkit, memunguti bajunya dan mengenakannya kembali.

Ia melangkah dengan gontai ke arah sofa, lalu duduk di sana. Tangannya mulai melipat kain biru itu dengan gemetar, seolah benda itu telah menorehkan luka yang begitu dalam.

Tubuhnya sedikit menggigil, bukan karena kedinginan atas AC yang berada di sana. Namun, karena hatinya seolah membeku, tak bisa melihat benar atau salah atas perbuatan yang telah ia lakukan.

Ia meremas ujung bajunya, seolah ingin merobeknya. Air matanya kembali terjatuh tanpa bisa ia tahan.

Ia tak hanya malu, tapi juga marah. Marah pada dirinya yang 'murahan', dan juga pada Marvel yang seakan mempermainkan harga dirinya.

Ia hampir jatuh, ia hampir menikmati setiap buaian itu. Tapi, dengan mudahnya, lelaki itu malah menarik dirinya.

"Bodoh!" bisiknya seraya menepuk kepalanya dengan keras. "Bisa-bisanya aku mau di perlakukan seperti itu! Dasar murahan!"

Ia mengusap wajahnya dengan kasar, berusaha menghapus air matanya. Namun, semakin ia hapus, dadanya malah terasa semakin sesak.

"Tuhan, maafkan aku. Maafkan aku yang kotor ini, Tuhan ...."

Nara terus meratapi nasibnya saat itu. Hingga akhirnya, notifikasi dari bank berbunyi di ponselnya.

Dengan gemetar, ia mengambil ponselnya lalu membuka aplikasi bank-nya itu. Saat bar menu mulai tampil, perutnya terasa begitu mual. Uang yang diberikan Marvel bukanlah sebuah hadiah, melainkan sebuah bukti bahwa ia telah menjual harga dirinya.

Mata Nara kembali membola saat melihat nominal yang dikirim Marvel saat itu.

"Kenapa, malah sebanyak ini? Apa yang sebenernya diinginkan Pak Marvel?' tanyanya lirih.

Padahal, Nara hanya meminjam sebesar dua ratus juta saja. Namun, Marvel malah mengirimnya sebanyak satu miliar rupiah. Lima kali lipat lebih banyak dari yang Nara inginkan.

Ia menghembuskan napas pelan, menetralkan degub jantungnya sampai ia benar-benar menguasai keadaan. Setelah hatinya sedikit lebih tenang, ia pun segera bangkit dari duduknya, dan melangkah dengan sedikit limbung keluar dari hotel itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gairah Terlarang Sang Presdir    Bab 24

    Begitu tiba di parkiran motor, Arka berdiri sebentar lalu celingukan mencari motor sang kakak."Motor Mbak dimana? Kok nggak ada?" tanya Arka sedikit bingung.Nara hanya tersenyum lalu menggeleng pelan. "Hari ini, Mbak dijemput sama Pak Marvel. Jadi, nggak bawa motor. Mbak nebeng kamu yah. Nanti, kita mampir di warung pecel depan gang."Arka mengangguk lalu tersenyum senang. Warung pecel depan gang adalah tempat makan favoritnya. Selain karena harganya yang murah, rasa ayam gorengnya juga bikin nagih dan enak.Ia pun segera menyalakan motornya lalu memakai helm. Nara pun segera naik di jok belakang dan memegang pinggang Arka.Perlahan, motor pun mulai melaju meninggalkan rumah sakit.Sekitar dua puluh menit kemudian, akhirnya mereka pun tiba di warung pecel depan gang. Nara turun duluan lalu disusul oleh Arka dibelakangnya."Mau makan di sini atau bawa pulang, Ka?" tanya Nara pelan."Makan di sini aja, Mbak. Aku kangen makan berdua sama Mbak tanpa gangguan Gabby," jawabnya ceplas-cepl

  • Gairah Terlarang Sang Presdir    Bab 23

    "Jadi gini, Ka," ucap Nara pelan, berusaha meredam gemuruh di dadanya."Kan, Bu Aluna ini model yah. Dia itu super sibuk banget dan jarang banget buat ada di rumah. Sementara Pak Marvel, itu selalu stay di sini maksudnya di daerah sini. Paling jauh pun cuma ke Bandung itu pun untuk pekerjaan kantor. Nah, maksud Bu Aluna ini, dia minta tolong sama Mbak buat ngurus semua perlengkapan dan keperluan pribadinya Pak Marvel gitu. Jadi, Bu Aluna bisa fokus ke karirnya."Arka terdiam sesaat, mencoba mencerna ucapan dari sang kakak saat itu. Setelah beberapa saat, ia pun kembali bersuara."Jadi, Mbak kek ngurusin segala keperluan Pak Marvel gitu kah? Kek nyiapin makan, baju terus ngatur jadwal di kantor dan dirumah, gitu bukan?" tanya Arka berusaha mencerna semuanya."Yup, bener banget. Tapi, hanya sebatas itu, pikiran mu jangan kemana-mana yah," ucap Nara sambil menyentil pelan kening Arka.Arka terkekeh pelan. Sepertinya sang kakak tau kemana arah pembicaraan mereka."Asal nggak sampe kejadia

  • Gairah Terlarang Sang Presdir    Bab 22

    Nara kembali mendesah pelan. Ia tahu, kali ini Marvel tidak akan main-main. Ia sudah hafal karakter sang bos jika bernegosiasi. Jika ia sudah menawarkan jaminan masa depan untuk anak dan adiknya, pasti lelaki itu akan menepatinya.Tapi yang jadi masalahnya adalah harga yang harus Nara bayarkan sangatlah mahal. Ia dituntut untuk meninggalkan semua moral yang selama ini ia pegang teguh."Mau ke rumah sakit atau langsung pulang?" tanya Marvel. Suaranya terdengar lebih pelan dan juga ringan."Rumah sakit saja, Kak. Kemungkinan Gabby malam ini akan pindah ke ruang rawat. Jadi, sudah pasti saya harus mendampinginya," jawab Nara.Marvel hanya mengangguk lalu kembali fokus pada jalanan di depannya.Setelah hampir setengah jam kemudian, akhirnya mobil pun tiba di parkiran rumah sakit."Sudah tidak ada rapat lagi kan setelah ini?" tanya Marvel memastikan."Sudah, Kak," jawab Nara. "Pertemuan dengan ABC Corp di reschedule ulang menjadi besok pagi, karena itu malam ini tidak jadi."Marvel kembali

  • Gairah Terlarang Sang Presdir    Bab 21

    Nara membelalak matanya tak percaya. Tubuhnya pun mendadak kaku dan wajahnya berubah menjadi pias. Bukan karena tawaran Marvel saja, melainkan karena cara Marvel melontarkan kata-kata itu, terlalu mudah dan juga dingin."A--apa? Apa maksud kakak?" tanya Nara dengan sedikit tergagap.Nara menggosok kupingnya pelan, berharap agar kalimat yang ia dengar tadi adalah salah. Namun, saat Marvel kembali mengatakan itu, reaksi tubuhnya tetap sama."Maksud apa? Aku hanya menawarkan bagaimana kalau kita menikah siri. Apa ada yang salah?" tanyanya lagi.Suaranya tetap sama seperti tadi, tenang dan juga dalam.Nara menggeleng pelan, ia tak percaya bahwa Marvel akan mengatakan itu dengan tiba-tiba.Hening pun kembali menyelimuti mereka berdua. Tak ada percakapan lagi, hanya ada kecanggungan yang ada. Hingga akhirnya, getaran ponsel Nara membuyarkan keheningan diantara mereka.Nara bergegas mengambil ponselnya, melihat siapa yang menelpon. Nama 'Aluna' terpampang jelas di layar ponselnya.Nara mengg

  • Gairah Terlarang Sang Presdir    Bab 20

    Setelah mengatakan itu, keduanya pun saling melirik satu sama lain dan mengangguk mantap.Nara segera menutup tab-nya begitu pun dengan Marvel yang segera berdiri dan merapihkan jas mahalnya."Saya akan berikan waktu 1 x 24 jam untuk Anda mempertimbangkan ulang. Jika Anda setuju dengan kenaikan maksimal 5%, kita lanjutkan. Jika tidak, anggap saja kontrak ini berakhir," tambahnya seraya berbalik.Bu Tania yang sedang terkejut itu masih diam sampai akhirnya ia bisa menguasai keadaan."Pak Marvel, tunggu!" panggil Bu Tania, namun sayangnya Marvel dan Nara sama sekali tak menggubrisnya.Keduanya melangkah dengan mantap menuju lift dan turun ke lantai bawah, tanpa sekalipun melirik ke arah belakang.Saat keduanya sudah berada di dalam mobil, Nara tak kuasa untuk tak memuji ketenangan Marvel tadi."Gila, Kak! Sumpah itu keren banget tau! Hampir semua orang tau, kalau Bu Tania itu paling susah di lobby, tapi sama kakak ... keren! Aku nggak bisa berkata-kata lagi!" seru Nara dengan antusias,

  • Gairah Terlarang Sang Presdir    Bab 19

    Nara terdiam. Kata-kata itu seolah menamparnya secara halus. Lelaki itu benar, sangat benar malah.Semalam, ia menikmati apa yang dilakukan oleh Marvel terhadap tubuhnya, bahkan ia bisa tidur nyenyak setelahnya. Padahal beberapa hari ini jadwal tidurnya sempat terganggu dan hanya tidur-tidur ayam.Tapi, berbeda dengan malam itu. Rasa lelah yang berada di tubuhnya seolah pergi begitu saja, meninggalkan sedikit kenyamanan di tubuhnya.Namun, tentu saja Nara malu mengakuinya. Tidak. Tidak untuk saat ini, begitu lah pikirnya.Ia menghembuskan napas pelan, menata suaranya agar terdengar biasa saja meskipun saat itu ada sedikit rasa bersalah yang mendera."Menikmati, ya? Kenapa Kakak begitu yakin jika saya menikmati sentuhan kakak semalam?" tanyanya pelan.Marvel menoleh, memicingkan matanya sedikit sebelum akhirnya kembali fokus ke jalanan macet yang ada di depannya."Entah. Tapi hanya feeling saja. Buktinya, kamu langsung menerima tawaran Aluna untuk mengurus semua keperluan saya dan ting

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status