Share

Part 6

Penulis: Zizara Geoveldy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-23 13:52:14

Orang-orang di ruangan tersebut tidak menyangka bahwa itulah syarat yang diajukan Sky. Suasana mendadak hening. Ketiga orang tua bergantian menatap Sky, lalu pada Jagad, dan akhirnya ke Leo.

"Yang benar saja kamu, Sky? Jagad punya pekerjaan, ya mana mungkinlah mengantar kamu ke mana-mana." Ayana yang paling pertama bereaksi. Wanita itu tidak setuju dengan ide sang putri.

"Gampang sih kalau Mama mau. Mas Jagad tinggal berhenti terus jadi supir pribadi aku."

"Nggak, nggak." Ayana menggelengkan kepalanya kuat-kuat. "Mama masih butuh Jagad di perusahaan. Kalau kamu butuh supir, kamu bisa pake supir Mama, Pak Maman dulu. Nanti Mama bakal cari supir baru."

"Sama aja bohong, Ma. Daripada sama Pak Maman, aku lebih baik nyetir sendiri. Lagian aku nggak cuma butuh supir tapi juga bodyguard. Dan aku maunya cuma Mas Jagad," jelas Sky sekali lagi.

Ayana menghela napasnya dalam-dalam. Dahi wanita itu berkerut. Tidak mengerti kenapa putrinya begitu ngotot.

"Kamu serius ingin Jagad berhenti dari pekerjaan penting di perusahaan hanya untuk menjadi pengawalmu? Ini nggak masuk akal. Jagad itu profesional di bidangnya, bukan bodyguard.”

Sky menegaskan. “Mama, aku nggak peduli profesionalnya apa. Aku mau ngerasa aman. Aku nggak mau lagi ketakutan sama Leo atau orang lain. Kalau Mama benar-benar peduli sama aku, Mama pasti mengerti.”

"Sky, jangan berlebihan. Leo bukan penjahat." Wilda, ibu Leo, berkomentar. Wanita itu tersinggung karena cara Sky memperlakukan anaknya. "Hanya karena Leo satu kali melakukan kesalahan bukan berarti dia bersalah seumur hidup."

"Tante nggak ngeliat aja tadi gimana dia hampir memperkosa aku. Barusan Tante juga yang bilang aku boleh mengajukan syarat." Sky mengingatkan, kalau saja wanita itu lupa.

"Tante memang bilang begitu. Tapi Tante nggak tahu kalau inilah syarat yang kamu maksud. Dan kenapa harus Jagad?" Wilda menatap penasaran dengan sorot mata menyelidik.

Cara calon mertuanya memandang membuat Sky sedikit grogi.

“Karena aku percaya sama Mas Jagad. Dia selalu ada buat aku, aku nggak takut sama dia. Kalau aku harus ditemani, ya cuma sama dia.”

Ayana menepuk dahi, frustrasi. “Sudah Mama bilang, Jagad juga harus kerja. Dia nggak bisa tiba-tiba berhenti dan jadi pengawalmu full time. Pikirkan pekerjaan dia juga!”

"Walau Mas Jagad jadi supir dan pengawalku, dia bisa tetap kerja kok, Ma. Aku cuma minta diantar jemput setiap mau pergi dan pulang kerja. Kalau Mas Jagad nggak lagi sibuk dengan pekerjaannya aku juga minta ditemenin. Sisanya bisa diatur. Lagian, aku dan Mas Jagad satu kantor. Aku rasa nggak sesulit itu."

"Jadi mana lagi waktu untuk Leo?" protes Wilda tidak terima. "Gimana kalau Leo mau jalan sama kamu? Apa Jagad juga ikut?"

"Aku rasa aku nggak perlu jalan terlalu sering sama Leo, Tante. Kami baru bertunangan, bukan menikah."

"Justru karena itu. Karena kalian sudah bertunangan kalian harus lebih sering bersama."

"Sudahlah, Ma. Kita ikuti saja apa maunya Sky. Lagian ini salah anak kita juga. Jadi wajar Sky ketakutan," ujar Hendrawan, papanya Leo.

"Jadi Papa setuju sama ide gila itu, Pa?" Leo yang sejak tadi mendengarkan akhirnya bersuara. Tidak hanya menahan sakit akibat pukulan Jagad, dia juga harus menahan emosi mendengar kemauan Sky yang mengada-ngada.

"Salah sendiri!" Hendrawan membentak balik. "Siapa suruh kamu kurang ajar sama Sky? Kamu bikin dia trauma!"

"Tetap aja aku nggak setuju. Gila. Masalah sepele doang dibesar-besarin." Leo geleng-geleng kepala tidak terima.

"Terserah. Papa nggak mau berdebat lagi. Sekarang tugas kamu adalah memulihkan kepercayaan Sky. Gimana caranya agar dia bisa percaya, bukannya takut sama kamu."

Leo berdecak. Lelaki itu memandangi tunangannya yang tidak sudi membalas tatapannya.

Akhirnya malam itu diputuskan Jagad menjadi supir dan pengawal pribadi Sky. Leo masih tidak terima tapi akhirnya menyerah, menahan amarahnya di dalam hati.

Sebelum pergi meninggalkan kamar tersebut dengan orang tuanya, Leo memandangi Sky sekali lagi, lalu pada Jagad yang tampak tenang dan tidak melakukan apa-apa, namun berhasil membuat Leo cemburu.

"Sky, kamu tidur di kamar Mama," titah Ayana melihat kamar Sky yang kacau.

"Aku di sini aja, Ma." Sky menolak.

"Gimana mungkin kamu tidur di kamar berantakan begini?" Wanita paruh baya itu mengedarkan mata ke sekeliling.

"Biar aku yang bersiin, Tante," kata Jagad, membuat Ayana memandang padanya.

"Kamu emangnya nggak capek, Gad?"

"Cuma beresin ini nggak bakal bikin energi aku habis, Tante," kekeh Jagad.

"Ya udah. Tante tinggal kalau begitu."

See? Bagaimana Jagad membuat orang-orang memercayainya dengan begitu effortless.

Sepeninggal Ayana, Jagad membersihkan kamar yang kacau. Mulai dari mengumpulkan pecahan kaca, meletakkan kembali meja ke tempatnya, sampai merapikan tempat tidur yang berantakan walau ujung-ujungnya akan diberantakin lagi.

Setelah selesai, Jagad duduk di dekat Sky yang berada di sofa.

"Smart girl, bisa aja idenya," sanjung Jagad sambil menjawil pipi Sky.

Gadis itu tersenyum tipis. Siapa sangka insiden kecil yang dialaminya menjadi jalan pembuka agar dirinya lebih dekat dengan Jagad.

"Tadi aku takut banget, Mas. Aku nggak bisa bayangin kalau tadi kamu datangnya telat."

Jagad merengkuh tubuh Sky lalu mendudukkan di pangkuannya dengan posisi mereka saling berhadapan.

"Sekarang masih takut?" tanya lelaki itu.

"Nggak. Karena udah ada kamu."

Seulas senyum tipis terselip di bibir Jagad. Tangannya naik mengusap pipi Sky yang masih berpoles makeup.

"Tadi kamu udah sempat diapain aja?"

"Dia nyium pipi aku," ucap Sky kesal. Ingin rasanya menampar Leo bolak-balik.

"Bibir kamu?"

"Belum. Kamu keburu datang." Sky sangat mensyukuri Jagad yang datang tepat waktu.

Jagad menempelkan telunjuknya di bibir Sky lalu menggerakkannya di sana dengan sensual. Membuat tubuh Sky menegang.

Dengan refleks Sky memasukkan telunjuk Jagad yang berada di mulutnya lalu mengisapnya.

Seketika, atmosfer di antara mereka terasa berbeda. Jagad tidak menarik jarinya. Ia membiarkan Sky terus mengisap telunjuknya seperti sedang mengemut es krim.

“Sky…” Suara Jagad serak. Telunjuknya basah oleh saliva gadis itu. Tubuhnya bergejolak karena sensasi yang dirasakannya. Libidonya naik.

Sky terus mengulum jari lelaki itu semakin dalam, sampai Jagad tidak tahan dan menginginkan lebih jauh dari semua ini.

"Mau diisap yang di bawah juga," pintanya dengan tatapan sendu. Napasnya kian berat. Pertanda gairah telah menguasainya.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Diana Susanti
hahaha......... mulai dah mereka
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Gairah Terlarang Sepupuku   Part 124

    Jagad menekan gas mobil semakin dalam. Kendaraan itu melaju meninggalkan gemerlap lampu Jakarta yang semakin mengecil di belakang mereka. Sky duduk diam di sebelahnya sambil berpikir ke mana sang kekasih akan membawanya.Perjalanan berakhir di dermaga kecil yang nyaris terlupakan di utara Jakarta. Hanya ada beberapa perahu nelayan terparkir, lampu minyak seadanya berkedip di dalam gelap. "Ayo turun, Sayang." Jagad mengusap pundak Sky setelah mematikan mesin mobil."Kita mau ke mana, Mas?" Sky bertanya bingung."Ke pulau Cendrawasih."Dahi Sky berkerut mendengarnya. Ia baru kali ini mendengar nama tempat tersebut. "Pulau apa itu, Mas?"“Pulau terpencil, jauh dari keramaian. Nggak ada sinyal sama listrik. Di sana kita bisa aman untuk sementara. Jauh dari Leo dan orang-orang.""Kenapa nggak langsung aja ke luar negeri? Bukannya lebih aman?"Jagad menggeleng, menepuk tangan Sky dengan lembut. "Leo pu

  • Gairah Terlarang Sepupuku   Part 123

    Waktu terasa berjalan sangat lambat.Sejak Asha pergi siang tadi, Sky tidak bisa tenang. Jarum jam seperti tidak bergerak. Ia bolak-balik dari jendela ke pintu, lalu ke tempat tidur lagi, hanya untuk memastikan dirinya masih berada di ruangan yang sama.Langit perlahan memudar. Semburat jingga menampakkan keindahannya, menandai datangnya malam yang ia tunggu sekaligus ia takuti.Setiap suara yang terdengar di luar kamar membuat jantungnya melonjak. Setiap suara pintu yang terbuka membuat napasnya tercekat. Sky tahu, begitu Leo pulang, semuanya bisa berakhir. Sky memandang jam di dinding. Pukul 19.42.Tinggal kurang dari dua puluh menit lagi.Sky memeluk perutnya yang mulai membesar, seolah ingin melindungi sesuatu yang jauh lebih berharga dari dirinya sendiri. 'Tolong, Tuhan ... kali ini aja selamatkan aku.'Lampu-lampu di luar menyala terang. Langit malam tampak bersih, hanya dihiasi cahaya tipis dari bulan separuh. Dari jendela kamarnya yang terkunci rapat, Sky kembali melihat ke

  • Gairah Terlarang Sepupuku   Part 122

    Sky menegang mendengar ucapan Leo. Dengan berani ia mendorong dada lelaki itu hingga tawanya terhenti."Kamu apain Mas Jagad?"Sky mulai berpikir Jagad tidak kunjung muncul karena sesuatu terjadi padanya. Dan penyebabnya adalah Leo. Apa jangan-jangan Leo ... membunuhnya?"Jawab aku, Leo! Kamu apain Mas Jagad!" Sky mendorong dada Leo sekali lagi. Dengan cepat lelaki itu menangkap tangannya.Cengkeraman itu begitu kuat hingga Sky meringis kesakitan. Leo menatapnya dengan mata yang gelap. Bukan lagi sekadar marah, tapi berbahaya."Kamu udah lupa siapa yang kamu hadapi, Sky?" Pria itu menggeram. “Aku nggak suka diinterogasi di rumahku sendiri.”Sky mencoba melepaskan diri, tapi Leo menahan lebih erat. "Lepasin! Aku tanya baik-baik!"Leo tersenyum sinis. "Baik-baik?" kekehnya. "Kamu pikir orang kayak Jagad pantas untuk kamu tunggu?""Dia nggak bersalah!" Sky berteriak keras-keras."Oh ya?" Leo memiringkan kepala, mendekatkan wajahnya begitu dekat hingga Sky bisa mencium aroma napasnya. "D

  • Gairah Terlarang Sepupuku   Part 121

    Sky menunggu dengan perasaan gelisah. Sambil duduk termenung pikirannya tidak jauh-jauh dari Jagad.Di mana kekasihnya itu sekarang?Kenapa tidak datang menjemput seperti yang sudah dijanjikannya pada Sky?Apakah dia baik-baik saja?Sky mengusap wajah. Ia berusaha menepis Jagad dari pikirannya lalu kembali fokus pada laptop.Beberapa saat kemudian email dari Asha masuk.Sky menegakkan duduk. Jantungnya langsung berdegup kencang. Ia buru-buru membukanya, berharap kabar baik, kabar yang memberinya jalan keluar.[Sky, gue udah ada pengacara buat lo. Gue udah ceritain masalah lo. Dia bakal bantu urus semuanya. Lo tenang ya.]Sky membaca baris-baris itu berulang kali, seolah takut maknanya berubah.Ada secercah harapan yang menyelinap di dadanya. Meski kecil tapi cukup untuk membuat air matanya menggenang.Ia menatap layar yang mulai buram oleh telaga air mata.Tangan kirinya menggenggam erat ujung meja, sementara tangan kanannya menekan bibirnya sendiri agar tidak mengeluarkan suara.Asha

  • Gairah Terlarang Sepupuku   Part 120

    Hari ini setelah tiga hari dirawat di rumah sakit akhirnya Sky diizinkan pulang. Leo datang menjemputnya. Kemarin dan kemarinnya lagi pria itu juga datang dengan Lyra, tapi hanya sebentar. Leo hanya sekadar setor muka lalu pergi. Ayana menyerahkan Sky pada Leo dengan begitu ringan tanpa pernah mau memahami perasaan sang putri. "Bawa aja dia, Le. Kalau dia bertingkah jangan sungkan-sungkan kasih hukuman. Kadang dia memang harus sedikit dikerasin." Leo menyeringai mendengarnya. "Tentu, Tante. Aku tahu bagaimana cara menghadapi istri tersayangku ini." Sky yang mendengar ucapan itu hanya diam menahan getir. Ia tidak punya tenaga untuk melawan. Ia hanya menatap wajah ibunya yang baru saja menyerahkannya seperti barang titipan. Leo menarik langkah, membawa Sky menuju mobil hitam yang sudah menunggu. Tubuh Sky masih lemah, tapi ia berusaha ber

  • Gairah Terlarang Sepupuku   Part 119

    Setelah tiba di rumah sakit Sky langsung mendapatkan perawatan intensif. Dokter mengatakan, "Kondisinya cukup berat. Pasien mengalami pendarahan hebat dan tekanan darahnya sangat rendah. Kami akan berusaha menghentikan pendarahan dan menstabilkan keadaannya. Tapi mohon izin, kalau keadaannya memburuk kami mungkin perlu melakukan tindakan lebih lanjut."Ayana mengangguk tanpa banyak bicara. "Baik, Dok."Setelah dokter berlalu, Ayana bicara pada Pak Maman dan Bi Sumi."Kalian pulang sekarang.""Tapi, Bu, saya--""Saya bilang pulang!" Ayana langsung memotong sebelum Pak Maman menyelesaikan ucapannya. "Masih banyak pekerjaan yang harus kalian lakukan di rumah. Biar Sky jadi urusan saya."Pak Maman dan Bi Sumi terkulai lesu. Mereka tidak bisa membantah lagi. Keduanya pergi dengan berat hati dan berharap Sky menemukan caranya sendiri untuk kabur dari rumah sakit.Sore harinya Sky dipindahkan ke ruang rawat. Kondisinya sudah stabil dan kandungannya berhasil diselamatkan. Pemandangan pertam

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status