Jaka berjalan menuju gedung berlantai dua, milik Juragan Wildan. Beberapa saat yang lalu, Wawan baru saja memberitahunya jika Juragan Wildan sedang mencarinya. TokTokTokJaka mengetuk pintu, yang memang tidak tertutup. Alias pintu ruangan tersebut terbuka dengan sempurna. Pemuda itu melihat Ayuna sedang berbicara dengan Juragan Wildan, entah apa yang sedang dibicarakan ayah dan anak tersebut, namun terlihat sangat serius. Jaka tidak ingin mengganggu dan masih setia menunggu keduanya sampai selesai bicara."Ya sudah Ayah, kalau begitu aku pergi dulu," ucap gadis itu sambil tersenyum kepada ayahnya. Ayuna melangkahkan kakinya untuk keluar dari ruangan tersebut, begitu sampai didepan Jaka, gadis itu menatap Jaka dengan tatapan datar, membuat Jaka yang melihat itu merasa heran, sebagai tidak biasanya Ayuna bersikap seperti itu. Setelah itu ayuna langsung melangkah keluar tanpa mengatakan apapun kepada lelaki itu, membuat Jaka sedikit penasaran atas sikap gadis itu yang berbeda dari bia
Jaka memarkirkan motornya dihalaman rumah, lalu melangkah dengan lesu memasuki rumah di mana dirinya tinggal selama 23 tahun ini. Baru saja akan masuk kedalam Jaka langsung mendapat teguran dari Pak Agus, yang memang sedang menunggu kedatangannya sejak tadi. Setelah mendapat kabar jika putranya telah melakukan kecurangan Pak Agus langsung tidak tenang."Jaka apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Juragan Wildan mengatakan jika kau telah menjual puluhan ton buah kelapa sawit pada seorang penadah?""Pak, sabar dulu. Biarkan Jaka duduk dulu, ayo Nak, kau duduk dulu, dan ini di minum air nya," ucap Bu Romlah menenangkan suaminya, lalu setelah itu menyodorkan segelas air kepada putranya tersebut.Jaka mengambil minuman tersebut, lalu meneguknya hingga tandas, memikirkan semua masalah yang tiba-tiba menimpanya membuat tenggorokannya terasa kering, dengan kepala yang berdenyut nyeri."Sekarang coba kamu jelaskan sama ibu dan Bapakmu Nak, apa yang terjadi di perkebunan? Dan kenapa Juragan Wildan
"Saya tidak mau tahu Agus, saya mau anakmu tetap bertanggung jawab. Kalau tidak saya akan memasukan Jaka kedalam penjara." Juragan Wildan menatap tajam kearah Pak Agus."Bagai mana caranya Juragan? Kami hanya orang miskin, dan kami tidak punya uang untuk mengganti rugi, saya mohon Juragan, " ucap Pak Agus. Lelaki paruh baya itu mengatupkan kedua tangannya di atas dada, memohon berharap sang juragan kampung, agar anaknya Jaka tidak dimasukan dalam jeruji besi, apa lagi Juragan Wildan meminta uang yang dikembalikan menjadi tiga kali lipat dari tuduhan tersebut, yang awalnya 50 juta menjadi 150 juta. Tentu itu membuat Pak Agus semakin bingung.Juragan Wildan melirik kearah Ayuna, terlihat gadis itu menggeleng pelan. Melihat itu Juragan Wildan hanya bisa menghela nafas berat."Maaf Gus, asal kamu tahu, karena ulah Jaka, saya mengalami kerugian yang sangat besar, dan saya tidak bisa memaafkan begitu saja,"Jaka menatap orang tuanya dengan tatapan sedih, hatinya sangat marah, karena kebodoh
Orang itu merasakan panas di hatinya, saat sepasang kekasih itu terlihat romantis."Kita lihat, apakah setelah ini kalian masih bisa saling menempel seperti ini," gumamnya. Setelah itu orang tersebut langsung pergi meninggalkan tempat tersebut.Indah menyandarkan kepalanya di bahu sang kekasih. "Bang Jaka, Bapak ingin bertemu dengan Abang," ucap Indah yang langsung membuat Jaka langsung menoleh ke arah gadis itu."Kapan?""Besok Bang, sepertinya mau membahas masalah pernikahan kita," jawab gadis itu sambil tersenyum. Namun senyum itu surut kala melihat Jaka tidak bereaksi apapun, Jaka terlihat melamun dan memikirkan sesuatu, membuat gadis itu sedikit penasaran.Ya, seharusnya Jaka merasa senang dengan berita ini, ini adalah keinginan pemuda itu sejak lama, namun yang kini Jaka rasakan malah sebaliknya, pada kenyataannya lelaki itu malah merasa jika ini belum waktunya, masih ada masalah, dan ini harus diselesaikannya terlebih dahulu."Ada apa Bang? Apa Abang tidak suka dengan kabar bah
Pak Agus membuka pintu berbahan kayu tersebut, Pak Agus sempat terkejut saat melihat ada dua orang pria berseragam polisi yang datang kerumahnya. Entah mengapa pikiran Pak Agus langsung tertuju pada putranya Jaka, lelaki paruh baya itu takut jika kedatangan polisi tersebut ada hubungannya dengan putranya itu."Maaf mengganggu malam-malam begini, apakah betul ini rumah saudara Jaka?" "I-iya betul, saya orang tuanya, ini ada apa ya Pak?" Dalam hati Pak Agus sangat berharap jika kedatangan dua polisi tersebut tidak ada hubungannya sama sekali dengan putranya Jaka."kedatangan kami ke sini karena untuk menangkap anak Bapak Jaka,"DegPak Agus memegangi dadanya yang tiba-tiba terasa sesak, walaupun sudah menduganya, namun saat polisi tersebut mengatakan maksud kedatangan mereka untuk menangkap putranya, tetap saja Pak Agus merasa syok."Siapa Pak?" Bu Romlah muncul dari arah belakang. Wanita paruh baya itu juga terlihat kaget dengan kedatangan polisi kerumah mereka."Pak, kenapa polisi d
Bu Romlah terus memohon kepada lelaki paruh baya yang ada di depannya, bahkan Bu Romlah sama sekali tidak perduli jika sejak tadi suaminya terus berhenti menyuruhnya memohon, karena percuma saja. Namun ternyata ada secercah harapan saat mendengar kata-kata Juragan Wildan setelahnya."Saya akan menarik tuntutan asal Jaka mau mengembalikan uang tersebut tiga kali lipat, bukankah saya sudah pernah mengatakan sebelumnya?""Tapi dari mana kami mendapatkan uang sebanyak itu Juragan, tolonglah kali ini Juragan," Bu Romlah menangis sambil terisak, membuat Ayuna tidak tega melihatnya. Sebenarnya Juragan Wildan juga tidak tega, hanya saja ini harus tetap ia lakukan, karena dengan cara ini keinginan putrinya itu akan terpenuhi."Ada satu cara lain lagi untuk membebaskan anak kalian, namun saya tidak yakin apakah Jaka akan mau melakukannya, itu semua tergantung kepada kalian, jika kalian mau Jaka keluar dari penjara maka bujuk dia agar dia mau melakukan keinginan saya itu, maka dia akan terbebas
Pada akhirnya Indah harus kecewa karena Jaka sama sekali tidak menampakan batang hidungnya di kediamannya. Pak Wongso yang awalnya juga sudah mulai menerima alasan Indah. Itupun karena kabar yang diberikan Indah tentang tanah milik keluarga kekasihnya tersebut. Namun saat mengetahui jika Jaka telah mengingkari janjinya hari ini, membuat Pak Wongso kembali menggunjing pemuda tersebut. Seperti saat ini, Indah sedang di marahi oleh Pak Wongso. "Bapak itu heran sama kau Indah, beginikah laki-laki yang kau harapkan menjadi suamimu kelak? Begini saja dia sudah ingkar janji, apa lagi yang lain. Sudahlah, lebih baik kau pikirkan ulang untuk menikah dengan lelaki seperti Jaka, sungguh Bapak sangat tidak suka melihat tingkahnya itu," ucap Pak Wongso. Sedangkan Indah hanya diam, sambil menunduk, meremas ujung baju yang digunakannya. Indah sama sekali tidak terlalu memperdulikan amarah orang tuanya, yang jadi pikirannya sekarang, kenapa Jaka tidak datang? Padahal lelaki itu sudah berjanji pa
Belum lagi hilang rasa keterkejutan Indah, sekarang gadis itu kembali mendengar kalimat yang benar-benar menyesakan dadanya. "A-apa, di jodohkan? Ibu dan Bapak menjodohkan Bang Jaka? tetapi kenapa Bu, Pak? Kenapa kalian tega melakukannya?" Indah berdiri dari duduknya, matanya menatap sepasang suami istri yang ada di depannya dengan mata yang sudah berlinang air mata. "Kenapa kalian tega padaku?" Indah menangis sambil terisak. Bu Romlah berdiri, lalu menggenggam tangan gadis yang saat ini terlihat sangat rapuh. "Maafkan Ibu dan Bapak Indah, kami terpaksa melakukan ini," "Siapa? Siapa perempuan itu Bu? Apakah Bang Jaka juga menyukainya?" Walaupun sakit dengan pertanyaannya sendiri, namun Indah tetap harus bertanya karena rasa penasarannya lebih mendominasi. "Maaf, Ibu belum bisa mengatakannya sekarang, tolong maafkan kami Nak," ucap Bu Romlah dengan tatapan memelas. Indah tidak menjawab, wanita itu segera menarik tangannya dari genggaman Bu Romlah, tanpa mengatakan apapun wa