Ayuna, anak seorang juragan yang kaya raya di kampungnya. Gadis itu menyukai seorang pemuda biasa, namun sayangnya, pemuda itu ternyata sudah memiliki seorang tambatan hati. Akan tetapi, Ayuna tidak peduli dan tetap menginginkan pria yang sudah mampu mencuri hatinya itu. Akankah Ayuna dapat merebut hati pujaan hatinya itu? Satu hal yang pasti, jika Ayuna tidak akan menyerah sebelum benar-benar mendapatkan pria pujaannya tersebut.
Lihat lebih banyak"Lo, aku pulang dulu, ya," pamit Ayuna kepada Lola, sahabatnya.
"Mengapa pulang, Ay? Ini juga baru jam sepuluh," jawab Lola.Lola adalah sahabat Ayuna, yang sedang mengadakan pesta anniversary satu tahun pernikahannya."Mengapa pulang? Kalau kamu takut pulang sendiri, nanti biar diantar oleh Ciko," sambung Feri.Feri juga merupakan sahabat Ayuna, sekaligus suami Lola. Mereka baru saja merayakan anniversary satu tahun pernikahan mereka. Meskipun tinggal di desa, namun, di sana tidak terpencil, dan masih dekat dengan kota, dan hanya membutuhkan waktu dua sampai tiga jam jika ingin ke kota."Diantar Ciko?" tanya Ayuna, yang langsung diangguki oleh kedua sahabatnya itu."Aku tidak mau, dia itu terlalu agresif, aku tidak suka," sambung Ayuna lagi."Bukankah kamu menyukai cowok yang seperti itu? Lagi pula, ayahmu terus menjodohkan kamu dengan orang yang tidak kamu kenal, jadi, lebih baik dengan sepupuku, Ciko," ucap Lola sambil menaik-turunkan alisnya menggoda sang sahabat."Memang benar, tapi tidak seperti dia juga, yang suka memegang tangan orang tanpa permisi. Lagi pula, kalau masalah perjodohan, aku masih bisa mengatasi ayah.""Iya deh, terserah kamu saja, aku hanya memberikan saran saja sama kamu, kalau diterima ya syukur, kalau tidak juga tidak masalah," sambung Lola sambil menatap sahabatnya.Ayuna Baskoro gadis cantik nan mungil, berusia 25 tahun dan memiliki tubuh padat berisi. Gadis itu baru saja pulang dari ibu kota tiga bulan yang lalu, dan tentunya setelah menyelesaikan kuliahnya di sana. Awalnya Ayuna ingin bekerja di sana, namun ayahnya Wildan Baskoro sang juragan kampung, melarangnya untuk bekerja di kota. Sebenarnya Ayuna hanya ingin mencari pengalaman saja, karena sebenarnya dia memang tidak ingin hidup di kampung, namun karena sang ayah, juragan Wildan bersikeras untuk memintanya pulang, akhirnya mau tidak mau gadis itu terpaksa mengikuti keinginan orang tuanya."Kamu yakin Ay? Ini sudah larut loh. Apa lagi jalan mau ke rumah kamu itu sepi," tanya Feri sekali lagi."Iya tidak masalah, aku berani kok, sudahlah kak Feri jangan khawatir," sambungnya meyakinkan.Feri dan istrinya Lola yang sekaligus sahabatnya itu saling pandang, dan setelahnya menghelakan nafas berat."Ya baiklah kamu hati-hati, ya?" ucap Lola."Nah begitu dong, kalau begitu kalian bersenang-senanglah, aku pulang dulu, bye." Gadis itu tersenyum, lalu segera melangkahkan kakinya keluar dari rumah sahabatnya tersebut. Ayuna menatap jalan yang saat ini terlihat sepi. "Huuff, gelap banget kampungnya. Padahal masih jam sepuluh, salahku juga, kenapa tadi aku tidak bawa kendaraan Ayah," gerutu gadis itu merutuki kebodohannya."Kamu kenapa, melamun?" ucap seseorang, membuat Ayuna langsung terpekik kaget." Ciko? Astaga bikin kaget saja," ucap gadis itu mendengus kesal. Sedangkan yang di marahi hanya tersenyum saja."Kamu mau pulang, Ay?" tanya pria yang bernama Ciko" Iya" hanya itu jawaban yang keluar dari mulut gadis itu, sebab Ayuna tidak terlalu menyukai pria yang ada di depannya saat ini."Mau aku, anterin?" tawarnya"Tidak perlu, aku bisa pulang sendiri," jawab gadis itu lagi. Dan tanpa menunggu jawaban dari Ciko, Ayuna langsung melangkah kan kakinya menuju pagar rumah tersebut. Sedangkan Ciko hanya bisa menghela nafas berat."Kamu yakin mau pulang sendiri Ay? Ini sudah larut loh, lagi pula jalanan sudah sepi," ucap Ciko yang ternyata mengikutinya.Ayuna mendengus, lalu menghentikan langkahnya."Terimakasih tawarannya, tapi maaf aku bisa pulang, sendiri." Ayuna kembali melangkahkan kakinya.Ciko tidak lagi mengikuti Ayuna, dirinya hanya bisa menatap kepergian gadis itu hingga menghilang di kegelapan malam.Ayuna terus melangkahkan kakinya menyusuri jalan setapak untuk sampai di rumahnya, walaupun rumahnya tidak terlalu jauh, namun saat itu jalanan terlihat sangat sepi, maklum di kampung, jika sudah malam hanya ada suara jangkrik dan binatang malam lainnya yang terdengar."Aduh, capek juga tenyata, kalau tau seperti ini aku tadi bawa motor saja," gerutu gadis itu lagi.Saat Ayuna ingin memasuki jalan yang ada di persimpangan rumahnya, tiba-tiba terlihat ada sebuah sepeda motor yang melintas di depannya, Ayuna tidak perduli karena mengira jika itu hanya penduduk kampung yang lewat. Namun kening gadis itu mengernyit heran, saat tiba-tiba pemotor tersebut memutar arah dan berhenti tepat di depan Ayuna, membuat gadis cantik itu sedikit terkejut.Bagaimana gadis itu tidak terkejut. Kalau melihat penampilan dua orang laki-laki yang ada di depannya saat ini, yang terlihat menyeramkan. Satu pria dengan tato di lengannya, sedangkan wajahnya terdapat bekas luka goresan yang memanjang, yang menurut Ayuna jika goresan itu adalah bekas terkena benda tajam. Sedangkan yang satu lagi, bertubuh besar dan hitam dengan rambut gondrongnya yang membuat Ayuna bergidik karena takut, sebab saat itu pria tersebut sedang menatapnya dengan pandangan mesum dan seolah ingin memakannya hidup-hidup. Ayuna yakin jika keduanya adalah preman di kampung tersebut."Siapa kalian, dan mau, apa??" tanya Ayuna lantang. Gadis itu tidak ingin kelihatan takut di depan para pria tersebut, walaupun dalam hatinya berdebar-debar karena rasa takutnya.Kedua pria itu saling pandang, lalu tersenyum smrik ke arah gadis yang berada di depannya, senyum yang menurut Ayuna sangatlah menyeramkan."Tenanglah neng cantik, abang tidak jahat kok. Oya, neng cantik mau ke mana malam-malam begini? Ayo abang anterin," ucap salah satu dari dua orang tersebut, mereka terlihat terus menatap ke arah Ayuna dengan tatapan lapar. Ayuna tau jika orang tersebut sedang mabuk, karna sangat tercium bau alkohol saat pria itu berbicara."Tidak perlu, rumah saya sudah dekat," jawab Ayuna ketus."Wih, cantik-cantik jutek. Tenang saja nona, kita-kita tidak jahat, kok," sambung salah satu preman tersebut kembali meyakinkan. Dan tanpa disadari Ayuna pria itu sudah berada di hadapannya. Membuat gadis itu semangkin waspada."Sebaiknya kalian pergi, dan jangan mengganggu, saya!" ketus gadis itu. Ayuna yang merasa semangkin terancam, ingin cepat- cepat pergi dari tempat tersebut. Namun seolah tau jika gadis yang ada di hadapannya ingin melarikan diri, tiba-tiba saja tangan Ayuna langsung ditarik oleh salah satu pria tersebut."Dasar pria kurang ajar lepaskan tangan, saya!" ucap Ayuna marah, lalu mencoba melepaskan tangannya dari cengkraman preman tersebut."Tenang saja cantik, abang akan pelan-pelan, benar tidak, bro?" ucapnya sambil tersenyum pada temannya."M-maksud kalian apa hah? Sebaiknya kalian pergi, atau saya akan berteriak, sekarang," ancam Ayuna. Wajah gadis itu sudah memerah antara marah dan juga takut."Ha ... ha ... ha ... kau ingin coba berteriak? Silahkan saja, karena tidak akan ada yang mendengar," ucap preman tersebut dengan seringai mesum di wajahnya sambil terus mengeratkan genggamannya dilengan Ayuna."Lepaskan gadis itu!"NextIndah masih melamun memikirkan perasaan Jaka terhadapnya sekarang, apakah perasaan pemuda itu telah berubah terhadapnya? Atau yang lebih menyakitkan apakah mungkin sekarang pemuda yang sangat dicintainya tersebut sudah tidak perduli lagi dengannya, dan sudah jatuh cinta kepada istrinya? "Bang, apa kamu sudah tidak perduli lagi denganku?" Jaka menghela nafas panjang, lalu menatap wanita di depannya yang menunduk dengan wajah sedih karna perkataan Jaka barusan. "Justru karena aku perduli padamu Neng, sebaiknya kamu turuti saja permintaan Bapakmu, dan cobalah, walaupun kamu belum mencintai Ciko, tetapi cinta itu bisa tumbuh dengan seiring berjalannya waktu," "Bang! Kenapa Bang Jaka berubah? Kenapa kamu tega memintaku untuk menerima lelaki lain di hidupku? Aku tidak mau Bang, aku cinta kamu, dan aku maunya hanya sama kamu Bang Jaka," pekik Indah dengan suara lantang, membuat dada seseorang bergemuruh karena ucapan tersebut. "Mengapa kau berteriak kepada suamiku?" Deg Indah k
Jaka masih membeku, merasa bingung tidak tahu harus menjawab apa, sedangkan Ayuna yang melihat keterdiaman suaminya, kembali memeluk Jaka. Namun kali ini Jaka pasrah, tidak mungkin dirinya kembali menolak, bisa-bisa Ayuna akan semakin bertingkah dan kembali mengomel padanya. "Uh, nyaman sekali memeluk suami," gumam Ayuna sambil mencari kenyamanan dari tubuh sang suami. Ayuna mendongak untuk melihat Jaka, lelaki itu sedikit gelisah, dan merasa kurang nyaman dengan pelukan sang istri, namun Jaka tidak bisa melakukan apapun, matanya mencoba fokus menatap layar televisi yang ada di depannya. "Kenapa sih Mas, kok sepertinya gelisah banget?" Jaka menunduk, untuk melihat Ayuna yang ternyata juga sedang menatap kearahnya. Deg Tatapan keduanya bertemu, jarak wajah mereka hanya satu jengkal, bahkan hembusan nafas dari keduanya dapat mereka rasakan, Ayuna tersenyum manis, lalu tanpa aba-aba gadis itu langsung menempelkan bibirnya di atas bibir Jaka. Glek Jaka menelan ludah saat mer
Ayuna masih menunggu jawaban yang akan diberikan oleh Jaka, Ayuna berharap jika suaminya itu akan mengatakan tidak. Namun jika pemuda itu memang ingin berpisah darinya, mungkin gadis itu akan mempertimbangkan permintaan suaminya tersebut. 'Ya Tuhan, begini kah rasanya mencintai tanpa dicintai? Padahal belum ada satu bulan kami menikah, namun rasanya hati ini sudah tidak kuat. Kenapa sangat sulit bagiku untuk mendapatkan cinta suamiku Tuhan? Apa karena aku tidak pantas untuknya? Atau karena aku telah menyakiti hati Indah, makanya Engkau menghukum ku dengan cara ini? Agar aku juga merasakan sakit hati, seperti apa yang Indah rasakan karena aku telah merebut Jaka darinya? Jika memang dengan cara ini Engkau mau mengampuniku, aku ikhlas Tuhan. Aku rela sakit hati, asalkan Engkau mau bermurah hati untuk membuat suamiku mencintaiku,' batin Ayuna penuh permohonan kepada yang Maha Kuasa. Jaka sendiri masih membeku, bingung. Itulah yang Jaka rasakan saat ini, dalam hati pemuda itu merutuki
Saat ini Ayuna dan Ciko sudah berada di depan rumah Indah, namun tidak begitu dekat dengan rumah tersebut, karena Ayuna tidak ingin dicurigai sebagai penguntit oleh para tetangga, saat ini keduanya berada di bawah pohon mangga yang cukup rindang, di pinggir jalan, keduanya duduk di atas motor masing-masing sambil memperhatikan rumah yang ada di depan mereka. "Bukankah itu motor milik Ayahmu? Jadi aku tidak berbohong kan, saat mengatakan jika suamimu sekarang ada di dalam rumah mantannya," ucap Ciko sambil menyeringai. Ayuna tidak menjawab, gadis itu hanya diam sambil terus memperhatikan rumah tersebut. Di dalam hatinya, Ayuna sangat penasaran dengan apa yang Jaka lakukan di dalam rumah mantan kekasihnya itu. Sedangkan di dalam rumah, terlihat Pak Wongso menatap Jaka dengan tajam, pemuda itu baru saja menyampaikan maksud dan kedatangannya ke rumah itu, seperti permintaan Indah. Yang meminta dirinya untuk bicara pada orang tua Indah, agar mereka mau membatalkan perjodohan tersebut
Saat ini Jaka sedang di sibukkan oleh pekerjaannya, memantau setiap pekerjaan karyawan perkebunan. Di sisi lain terlihat ada beberapa orang pemuda yang sedang bergosip sambil menatap kearah Jaka. "Enak ya jadi Jaka, sekarang kerjaannya sudah terjamin, tinggal suruh sana, suruh sini," "Kau benar, sudah gitu dapat istri cantik pula, anak tunggal, warisannya banyak pula," sambung yang lain. "Huus, kalian jangan bergosip terus, nanti kedengaran Juragan Wildan bisa kena marah, kalian jangan iri, itu namanya nasib Jaka yang mujur, jadi jangan sirik," sambung Wawan sahabat Jaka. "Hem, iya deh yang punya sahabat," "Sudah-sudah sebaiknya kita kerja lagi," sambung yang lain. Di saat Jaka sibuk dengan pekerjaannya, tiba-tiba ponsel miliknya berdering, membuat Jaka langsung mengangkat panggilan tersebut, yang ternyata berasal dari Indah, mantan kekasihnya.Meskipun malas, Jaka tetap mengangkat panggilan dari wanita itu. "Iya Indah, ada apa?" "Aku ada di depan Bang, Abang bisa ke s
Saat ini sepasang suami istri tersebut ada di sebuah gazebo, yang berada di belakang rumah orang tua Jaka. Di samping gazebo tersebut ada beberapa tanaman sayur dan juga beberapa pohon buah-buahan, seperti pepaya, jambu air, dan juga mangga. Ayuna tidak menyangka jika di belakang rumah mertuanya ada kebun, yang membuat matanya terasa di manjakan. Terlihat sejuk karena rindangnya pohon mangga yang ada di samping gazebo tersebut. "Maaf karena saya tidak memberitahumu tentang kondisi Bapak," jelas Jaka setelah dia beberapa saat. "Tidak masalah, toh aku tidak terlalu penting untuk mengetahuinya, benarkan?" Jaka yang tadinya menatap lurus ke depan, langsung menoleh pada sosok wanita cantik di sampingnya. "Kenapa berkata seperti itu?" "Lalu harus bagai mana? Toh kenyataannya memang seperti itu kan? Sekarang aku tanya sama kamu Mas, apa kamu ada memikirkan aku saat kamu memeluk wanita itu?" Jaka membeku, sejujurnya Jaka memang tidak memikirkan perasaan Ayuna saat memeluk Indah, s
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen