Dua hari berlalu dan Samuel belum berhasil juga bicara dengan petinggi proyek. Samuel masih kukuh tidak mau mengeluarkan Nadine dan meyakinkan mereka bahwa kesalahan Nadine tidak seberat itu.
"Aku janji kesalahan yang sama tidak akan terulang. Itu hanya kecelakaan kecil, Pak. Hanya laporan yang salah, tapi semua eksekusinya sempurna."
"Bagaimana kau bisa bilang hanya laporan yang salah, Pak Samuel? Lagipula apa susahnya memecat satu orang karyawan?"
"Untuk apa aku melakukannya kalau dia tidak salah?"
"Pada kenyataannya dia salah kan?"
Samuel dan petinggi rapat terus berdebat selama dua hari itu sampai akhirnya beberapa manager di kantor juga menuntut Nadine keluar dari proyek.
"Mengorbankan satu orang itu lebih baik daripada mengorbankan banyak orang, Pak Samuel. Perusahaan kita ikut jelek kalau petinggi proyek tidak mempercayai kita lagi."
Mereka terus berusaha mempengaruhi Samuel sampai Samu
"Dia tidak melirikku! Aku sudah berusaha beberapa kali, tapi dia tidak melirikku juga!" Seorang wanita cantik bernama Cassa berkeluh kesah di kamarnya malam itu bersama sahabatnya, Dera. Tidak ada yang tahu Cassa menyukai Tama sejak pertama kali Tama menggodanya dulu di sebuah club malam. Seorang pria berpenampilan casual dan sedikit urakan, yang entah mengapa begitu membekas di hatinya. Hanya saja, waktu itu Tama kurang usaha. Saat Cassa pertama kali jual mahal, Tama malah mencari wanita lain dan membuat Cassa kesal sendiri. Cassa melupakannya begitu saja. Sampai belakangan ini, Cassa mendengar kabar tentang pria itu lagi dari Dera. Tante dari Dera sendiri adalah manager HRD di Prime Construction, salah satu karyawan lama yang dulunya ikut di perusahaan Xander lalu diminta bantuannya di Prime Construction. Dera mulai memberitahu Cassa tentang Tama lagi. "Namanya Tama, dia menjadi asisten pimpinan di Prime Construction," seru Dera waktu itu. "Kau yakin itu pria yang sama?" "A
"Terima kasih atas waktunya, Pak!" "Terima kasih banyak, Pak Tama! Pak Louis! Sampai berjumpa lagi!" Tama dan Louis baru saja bertemu dengan seorang klien dalam situasi yang santai. Mereka hanya minum bersama sambil mengobrol untuk keakraban di sebuah cafe yang santai juga. Sejak perusahaan makin sibuk, Tama sudah naik jabatan. Bukan lagi asisten Samuel, tapi GM perusahaan. Tugas Tama sangat berat sampai membuatnya makin sibuk, makin produktif, dan makin membanggakan. Bisa dibilang, Tama sendiri adalah pengusaha sukses sekarang. Selain menjadi GM, Tama juga sudah belajar berinvestasi dari Louis dan Samuel. Hidupnya benar-benar sudah berubah ke level atas sekarang. Dan saat Samuel berbulan madu, semua tugas serta tanggung jawab perusahaan ada di pundaknya. "Hari yang melelahkan untukmu, Tama!" seru Louis santai. "Untung ada kau yang menemaniku, Louis! Tapi apa kau tidak perlu pulang cepat? Adikku menunggumu!" "Mama sedang di rumah menemani Hanna. Setiap hari Mama akan muncul di
"Selamat berbulan madu, Samuel dan Nadine!" "Haha, sampai jumpa, Ma!" "Jangan lupa saat pulang nanti bawakan Mama cucu kembar ya!" Dua minggu setelah pernikahan, Samuel membawa Nadine untuk berbulan madu. Pesan Sena pun terus terngiang di telinga Nadine sampai membuatnya tersipu sekaligus bersemangat. Menghabiskan waktu bersama semua keponakan Samuel dan bayi kembar Hanna membuat Nadine juga sangat ingin mempunyai anak sendiri. Begitu juga dengan Samuel yang tidak berniat menunda momongan, lebih cepat lebih baik, walaupun mereka juga pasrah kapan Tuhan akan memberikannya. Samuel dan Nadine mengajak serta Widya dan Bik Har dalam perjalanannya kali ini. Awalnya Widya menolak untuk ikut karena tidak mau mengganggu bulan madu anaknya, tapi Nadine memaksa karena seumur hidupnya, ia belum pernah mengajak ibunya jalan-jalan. Begitu juga dengan Samuel yang memaksa Widya untuk ikut. Dan akhirnya, di sinilah mereka, berbulan madu sekalian jalan-jalan. "Ayo kita berfoto, Ibu!" "Kau suda
"Ah, akhirnya aku bisa melepaskan sepatu hak tinggi ini!" Samuel dan Nadine akhirnya kembali ke kamar hotel mereka larut malam itu. Bahkan, setelah makan-makan berakhir, saudara dan teman-teman Samuel masih memaksanya minum bersama. Samuel tidak mabuk, hanya saja, ia minum alkohol cukup banyak. "Akhirnya pesta ini selesai juga! Tapi besok pagi kita masih harus menjamu sangat banyak orang." "Aku tidak tahu kalau undanganmu begitu banyak dari segala penjuru dunia. Pesta ini besar sekali sampai aku sulit bernapas, Samuel. Sungguh, aku lebih suka pesta sederhana di mana aku bisa bersembunyi." "Haha, bersamaku kau tidak akan bisa bersembunyi, Nadine. Kau tidak lihat bagaimana Hanna juga lelah karena dikenalkan pada semua orang tadi? Begitulah wanita di keluarga kami yang tidak akan bisa bersembunyi." Hanna memang juga digandeng oleh Louis berkeliling. Banyak yang sudah mengenal Hanna sebagai istri Louis, tapi ada juga yang belum karena memang Louis dan Hanna tidak pernah mengadakan p
"Sekali lagi selamat ya, Samuel, Nadine!" Semua orang memberikan selamat pada Samuel dan Nadine setelah pemberkatan nikah berakhir.Namun, pesta belum berakhir dan semua orang pun lanjut dalam jamuan makan malam bersama."Terima kasih semua. Ayo, sayang!" ajak Samuel karena Nadine pasti lelah berdiri sejak tadi.Nadine pun akhirnya bisa duduk dan rasanya lega sekali. Kakinya benar-benar lelah karena seharian memakai sepatu hak tinggi. "Kau lelah, sayang? Mau aku pijati?" bisik Samuel mesra. "Ya ampun, tidak usah! Malu dilihat orang!" "Haha, mengapa malu? Kita sudah menjadi suami istri, Sayang." "Tapi tidak pijat memijat juga, Samuel!" "Ah, aku tahu, kau mau dipijati di kamar saja, hmm?" goda Samuel. Nadine membelalak dan mendadak merinding membayangkan Samuel memijatinya di kamar. "Kau nakal sekali!" geram Nadine gemas. Samuel tergelak dan mereka tertawa bersama dengan begitu mesra. Tidak lama kemudian, Pak Himawan dan istrinya datang menyapa. "Pak Samuel dan Nadine, sekali
Sebuah papan besar bertuliskan "The Wedding of Samuel and Nadine" terpampang di pintu masuk ke taman sebuah hotel berbintang, yang sudah disulap menjadi tempat resepsi outdoor sore itu.Dekorasi mewah dengan bunga-bunga hidup berjejer di sepanjang pintu masuk dan sepanjang jalan menuju altar. Hiasan bunga hidup juga memenuhi meja dan kursi yang tersusun rapi untuk para tamu undangan.Aura kebahagiaan terpancar dari semua tamu undangan yang sudah mulai datang dan memenuhi acara tersebut. Mereka bersiap untuk menjadi saksi menyatunya dua hati yang akan mengucap janji setia sehidup semati itu.Samuel sendiri sudah berada di salah satu ruang VIP sambil menunggu dipanggil memasuki venue acara. "Apa aku sudah keren, hah?" Samuel terus memperbaiki penampilannya di depan cermin. Semua saudaranya mengelilinginya dan terlihat bangga karena adik kecil mereka akhirnya akan melepas masa lajangnya. "Kau sudah sangat keren, Samuel! Aku tidak menyangka akhirnya kau menikah juga," seru Moreno, kaka