Share

BAB 5 TOKO PERHIASAN

Author: Kom Komala
last update Last Updated: 2023-01-24 14:29:32

BAB 5

***

Kami telah sampai di toko perhiasan. Sebelum sampai ke rumahku, Mas Yoga memang memintaku untuk memilih cincin yang aku inginkan.

Namun, baru saja turun dari mobil, dari kejauhan sana sudah nampak pria dan wanita yang aku kenal. Itu Mas Anang dan pacarnya tadi. Sungguh, ini dunia sempit sekali. Apa jadinya kami harus berpapasan lagi?

Mas Anang baru saja keluar dari mobil dan kini menggandeng wanita itu. Aku dan Mas Yoga masih ada di dalam mobil.

Di samping kamu sekarang datang sebuah motor bebek dan parkir di samping mobil Mas Yoga.

***

"Mas? Kamu ngapain?" tanyaku pada Mas Yoga masih di dalam mobil.

"Ini, aku mau buka sepatu. Gerah banget. Aku mau pakai sandal ini saja."

Mas Yoga lepas sepatu pantofel kinclong bermereknya itu dan mengganti dengan sandal gunung.

Aku pun hanya meninggikan alis sambil sedikit tersenyum.

"Yuk!" ajaknya.

Aku malah ragu, karena di sana pasti bertemu dengan Mas Anang. Tapi, untuk apa juga mengurungkan niat hanya karena orang semacam mereka?

Dengan begitu, aku putuskan untuk turun saja. Masuk berdua ke toko perhiasan dengan Mas Yoga.

Tiba-tiba ...

"Eh, ada siapa nih? Sayang, lihat?"

Baru saja kami menginjak lantai marmer di toko perhiasan ini, pacar Mas Anang sudah melihat dan mengejekku lebih dulu.

Mas Yoga melirikku dengan maksud bertanya.

"Mereka orang yang aku ceritakan di mobil tadi, Mas," jelasku dengan nada pelan pada Mas Yoga. Setelah itu, Mas Yoga pun manggut-manggut.

"Siapa, Sayang?" Mas Anang menoleh menanggapi apa kata wanitanya itu.

"Eh, eh, eh, eh. Dunia sempit sekali ya? Kalian mau apa ke sini? Mau beli perhiasan juga? Oh, orang kaya ya?" 

Mas Anang tanpa ada etika bicara pada kami. Sampai-sampai pelayan toko pun menjadikan kami sebagai pusat perhatian. Aku malu sekali di depan Mas Yoga.

"Mas, ayok kita pulang lagi saja. Kita cari tempat lain," saranku pada Mas Yoga. Namun, dia seakan ingin meneruskan pertemuan tak sengaja ini.

"Ada apa kamu ejek-ejek kami?" kata Mas Yoga.

"Aduh, aduh. Jangan-jangan kalian mau beli perhiasan untuk menikah juga ya? Memang mampu beli di sini? Oh ya, mungkin kalian sudah kaya ya?" Kata-kata Mas Anang sungguh nyeleneh sekali. Dia tidak punya malu atau bagaimana?

"Kami memang bukan orang kaya. Saya memang bukan orang terhormat seperti Anda. Tapi, saya akan kumpulkan uang untuk membelikan apapun demi wanita spesial di hati saya."

Deg!

Hatiku berdebar-debar kencang mendengar kalimat tegas nan romantis keluar dari mulut Mas Yoga. Meleleh sekali jadinya. Sekarang, Mas Anang dan pacarnya ibarat upil yang belum terbuang. Aku jadi semakin memiliki kekuatan untuk melawan Mas Anang.

"Wow, keren sekali. Kamu sadar diri ternyata. Mendingan, kamu cari saja perhiasan yang lebih murah. Biar bisa resepsi dengan tampilan mewah."

Jijik sekali mendengar ocehan Mas Anang. Dan apa yang ia katakan itu membuat kami semakin dilirik orang. Ada beberapa orang yang sedang memilih perhaisan pun sejenak menjadikan kami sebagai pusat perhatian.

Ada yang senyum puas, ada juga yang nampak senyum resah. Apa mungkin dari mereka ada gang yang tahu siapa yang sedang dijelekkan ini?

"Oh maaf, Mas. Resepsi kami memang sederhana. Tapi, kalau saya mau beli perhiasan yang bagus, boleh dong, Mas?" gumam Mas Yoga. Sebenarnya, aku tak tahu apa yang akan dilakukan Mas Yoga. Apa dia akan sama membangkitkan diri atau bagaimana?

"Alah, jangan sok-sokan. Naik apa kamu ke sini?" ucap Mas Anang mengejek. Mentang-mentang dia datang dengan mobil Pajero keluaran terbaru, dia sesumbar itu. 

Dan apakah Mas Yoga akan menunjukkan kalau kami datang dengan Lamborghini keluaran tahun kemarin? 

"Itu kendaraan yang kami bawa, Mas. Memang kenapa?" 

Mas Yoga menunjuk ke arah mobilnya yang berwarna silver itu. 

"Mas? Lihat, dia juga cuma pakai sandal. Barusan dari kondangan seperti pakai jas. Sekarang cuma kemeja dan sandal oblong gitu." Pacar Mas Anang juga tak ada akhlak. Dia mencemooh tampilan Mas Yoga yang memang jasnya dilepas di mobil. Dan sepatutnya juga dilepas. Tapi, biarkan saja sampai mulut mereka berbusa.

"Hemh!" Mas Anang tersenyum sinis.

"Mana? Mana kendaraan kamu? Mobil keren itu? Atau Avanza itu? Atau yang itu? Yang itu?" Mas Anang menunjuk satu persatu mobil termasuk kendaraan yang kami tumpangi.

"Itu kendaraan kami. Memang tak bagus, tapi insyaallah nanti kami bisa beli yang bagus."

Aku sempat kaget ketika Mas Yoga menunjuk sebuah motor bebek di samping kendaraan miliknya. Sepertinya roda dua itu milik si Bapak yang ada kepentingan ke toko sebelah toko perhiasan ini. Namun, karena satu area, jadi dia parkir di sana juga.

"Haha. Motor bebek itu?" 

Aku heran karena Mas Anang menyangka namun keliru. Bagaimana dengan Mas Yoga?

"Em, iya. Memang itu yang kami miliki. Eh, maksudanya, yang saya miliki. Dan sebentar lagi, itu akan jadi milik kami berdua. Oh ya, Anda mantan suami wanita yang saya cintai ya?" Mas Yoga beralih tema menjadi bertanya.

Aku salut, Mas Yoga tak memperlihatkan jati dirinya walau dalam situasi seperti ini. Aku kagum, tapi sedikit ingin tertawa melihat Mas Anang yang menyangka kalau pasanganku ini miskin. Tapi, biarlah, mungkin lebih baik beginu. Ada saatnya dia akan malu karena omongannya sendiri. Mungkin bukan sekarang.

"Ya ampun. Motor bebek sok mau beli perhiasan mahal. Dan iya, dia itu bekas aku. Apa kamu masih mau sama barang bekas hah? Dia itu sudah jadi sampah buat aku." 

Benar-benar apa yang dikatakan Mas Anang membuatku sakit hati. Dia berani melontarkan kata sampah di depan calon suamiku. Apa Setelah ini Mas Yoga akan jijik padaku?

Tapi, aku tak boleh bicara apapun. Diam akan lebih baik. Aku ingin tahu, apa jawaban Mas Yoga.

"Oh begitu? Kalau begitu, wanita di samping kamu juga telah memungut sampah ya?" sindir Mas Yoga. "Dan perlu diingat, ada berlian di tumpukan sampah karena seseorang tak sengaja atau dengan keliru membuangnya. Iabrat pepatah, sesuatu benda akan berharga pada letak dan tempat yang tepat. Kalau bagi Anda mantan istri Anda ini tidak berharga, itu karena memang di tempat Anda, Anda pun kurang berharga. Tapi, bagi saya wanita ini begitu berharga, karena di tempat saya berada, saya telah membuat dirinya menjadi berharga. Silahkan jual ikan hias ke tempat ikan hias lagi. Pasti akan dihargai standar. Tapi coba jual ikan hias itu pada orang yang tahu apa kemampuan dari ikan tersebut. Pasti, harganya akan beribu kali lipat dari penawaran tukang ikan hias. Begitulah, bagi Anda tak berharga, tapi saya teramat berharga. Dan ingat, sekali lagi Anda bicara menjelekkan calon istri saya, itu artinya Anda telah menyesal melepaskannya. Bukan begitu?"

Panjang lebar apa yang dilontarkan Mas Yoga pada Mas Anang. Hingga saat ini pria yang menjadi ayah dari anakku itu diam dan bungkam dengan beribu kekesalan. 

Jelas saja, kalau dia bicara lagi, itu artinya dia menyesal telah melepaskanku.

Ya ampun, Mas Yoga membuat aura ketampanan dan kejantanannya itu semakin memancar. Sedangkan Mas Anang, kini dia seperti mati kutu di depan banyak orang.

Pacarnya pun nampak mengulum emosi karena malu atas apa yang diucap oleh Mas Yoga. Banyak bicara, ya artinya pasangannya menyesal telah melepaskanku. Haha.

"Sindy, ayok kita pergi. Kita cari toko perhiasan yang lebih bagus dan lebih mahal!"

Dengan cepat Mas Anang menarik tangan wanitanya itu. 

"Tapi, Mas?"

"Jangan tapi-tapi. Di sini jelek-jelek." Itu alibi Mas Anang pada teman wanitanya itu. Sedikit banyak pemandangan ini telah membuatku tertawa dalam hati. Rasakan kamu, Mas! 

"Silahkan, kamu mau pilih yang mana?"

Kini giliran Mas Yoga yang bicara. Kami tidak bergandengan tangan untuk menjaga marwah kami berdua. Alhamdulillah, semoga kami segera sah di mata agama dan hukum.

"Mas, maaf atas kelakuan mantan suamiku ya?"  resahku padanya.

"Santai." Hanya itu Jawa Mas Yoga. 

Semua orang telah kembali normal beraktivitas. Kalau tadi mereka sejenak menyaksikan sedikit adu mulut antara kami, kini semuanya kembali seperti semula. 

Yang pel lantai, yang memilih perhiasan, kini kembali pada kesibukan mereka masing-masing.

"Ada apa tadi, Pak?" 

Tiba-tiba seorang wanita berpenampilan rapi dan elegan menghampiri. Sepertinya dia baru tahu kalau tadi ada sedikit keributan.

"Oh, tidak apa-apa, Bu. Hanya masalah kecil." 

Sepertinya Mas Yoga kenal dengan wanita itu.

"Oh begitu. Saya mohon maaf atas kejadian tadi. Karena ada di toko kami." Wanita itu sepertinya kerja di toko ini juga.

"Mel, tolong berikan pelayanan yang terbaik pada customer kita ini. Berikan mereka berlian limited edition yang baru itu ya," suruh wanita yang tadi menyapa kami dengan anggun pada pelayan toko. Apa dia owner toko perhiasan ini?

"Tentu, Bu." Pelayan mengangguk dengan ramah dan santun. 

"Oke. Pak Lintar, saya kembali dulu ke ruangan saya. Enjoy the shopping."

Mas Yoga yang memang ramah disebut Pak Lintar itu pun manggut-manggut.

Wow, aku baru tahu, kalau dia adalah pelanggan spesial di sini. 

"Silahkan, Pak, Bu. Ini limited edition dengan gaya dan corak yang elegan."

Berdebar-debar semakin jantung ini. Benarkah aku akan menikah dengan Mas Yoga?

"Sayang, ayok pilih! Jangan ngelamun!"

Aku pun menyeringai tipis. Beberapa batuan berharga fantastis kini tersuguh di pandangan.

"Mas, ini mahal ya?" bisikku.

Dia malah tersenyum. "Apa yang mahal? Tak ada yang mahal untuk wanita spesial."

Aku malu karena pelayan toko pun kini merasa sebagai lalat diantara kami. Jelas saja, bukankah kita juga sering malu sendiri saat melihat orang lain menggombal di depan kita?

"Ish. Mas!" Aku mengeur Mas Yoga karena malu.

Dua pelayan yang menghadapi kami nampak mengulum senyum. Tapi, mereka harus jaga sikap.

"Ini bagus, Pak, Bu. Ini juga riasannya sederhana namun elegan. Apa mau dicoba?" tawar pelayan yang sudah lengkap dengan pelindung. Maksudnya, tangan si pelayan memakai sarung tangan untuk meraba berlian tersebut. Mereka juga memakai masker supaya kami berbelanja lebih nyaman dari gangguan udara pernapasan mereka.

"Boleh. Coba, Sayang."

Mas Yoga memintaku untuk mencobanya, namun aku ragu.

"Coba pilihkan lagi. Dia ini malu-malu," kata Mas Yoga sambil menggerakkan alisnya beberapa kali saat menatapku. Ya sudah, pelayan pun ikut malu.

"Coba dong, Sayang," pinta Mas Yoga. "Apa mau aku pakaikan?" imbuhnya.

"Eh, enggak usah. Iya, aku coba."

Aku dengan ragu mencobanya. Pas sekali. Bagus, cantik sekali. Pintar juga pelayan memilihkan. Lagipula, aku tak mau pilih-pilih. Semuanya bagus.

"Pas?" tanya Mas Yoga. Aku pun manggut-manggut dengan ragu.

"Mau itu? Atau yang mana?"

Aku bingung. "Em, ini aja, Mas."

"Yaelah, mentang-mentang disaranin yang itu. Ya sudah, kalau kamu suka. Menurut aku juga bagus." Dia juga berkomentar.

"Jadi ini saja," katanya lagi. Aku kembali manggut-manggut.

"Ya sudah, ini saja. Tolong yang ini ya?" suruh Mas Yoga pada pelayan.

"Harganya 448.900.000."

Deg!

Aku kaget saat pelayan ucap harga empat ratus empat puluh delapan juta sembilan ratus ribu rupiah. Semahal itu?

"Oke. Ini."

Tapi, tak ada raut kaget sedikitpun dari mimik wajah Mas Yoga. Uang sebanyak itu dia bilang gesek saja. Ya ampun, aku baru ada di posisi ini.

Dia dengan santai berikan kartu kredit dan selesai.

"Hey, ayok!" 

Aku terbuyar dari lamunan uang sebanyak itu. Astaga! 

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Wiwi Dwiyaningsih
bagus sekali
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Ganjaran Untuk Mantan Menyebalkan   156 TAMAT

    PoV Maya***"Oh, jadi kamu Mas biang kerok semua ini? Aku gak nyangka kamu begini ya Mas!" Aku begitu marah. Wajahnya memerah nanar menatap pria itu."Arkh, apaan kalian, dasar tukang tuduh!" Dia itu berdecak. Dia berdalih dan tidak mengakui hal yang sebenarnya terjadi.Kami sekarang sedang berada di sebuah tempat. Dimana sekarang di sini kami sudah berhadapan dengan Mas Diwan yang ternyata memang biang kerok dari semuanya.Di sini juga tidak hanya ada aku dan suami juga anak buahku. Tapi di sini juga ada Hans yang baru saja datang. Aku sengaja ingin memperlihatkan kepadanya kalau anak buahnya selama ini telah melakukan hal yang buruk.Mas Diwan mencuri identitas dirinya untuk menerorku. Dan seakan-akan Hans lah yang ingin menggencarkan rumah tanggaku bersama Mas Yoga. Pijit sekali kelakuannya.Plak!Sebuah tamparan mendarat di pipi nya Mas Diwan oleh telapak tanganku. Mas Yog

  • Ganjaran Untuk Mantan Menyebalkan   155 Sampai Ke Mulut Oma (2)

    Dada omah mundur ke belakang. Bibirnya tertarik ke atas seperti tak mengindahkan apa yang aku duga. "Ya ampun, Yoga. Kamu menduga istrimu itu hanya jadi korban orang lain? Takut itu kah kamu istri kamu pergi? Pasti benar, dia itu sudah selingkuh. Kamu ini kok kaya melindungi banget istri kamu?" Dugaanku benar, Oma menyalahkan istriku."Bukan begitu, Oma. Tapi aku sama Mas Yoga juga sedang menyelidiki siapa orang yang selalu meneror aku dengan barang-barang seperti ini. Aku benar-benar enggak tahu, Oma, aku yakin ini ada unsur disengaja." Istriku mendekat membela dirinya.Aku coba meredam kemarahan Oma. "Oke, Oma tenang dulu. Jangan marah-marah dulu. Sekarang Yoga sama Maya mau ke kamar dulu. Ada hal yang ingin kita bicarakan.""Nah, itu bagus!" Oma setuju, "pasti kamu ingin memarahi dia kan? Bagus itu, ayok sana. Jangan pernah mau kalah sama istrimu. Nanti dia bakal kebiasaan," tandas Oma.Istriku masih terus rerpojok

  • Ganjaran Untuk Mantan Menyebalkan   154 Sampai Ke Mulut Oma

    PoV Yoga***"Semua informasinya sudah aku kirim lewat email."Pesan masuk setelah aku keluar dari ruang meeting. Temanku yang detektif ini menjanjikan waktu sebentar, tapi karena katanya dia ada meeting penting sehingga pekerjaannya dia tunda dulu. Dan baru sekarang dia mengirimkan semuanya. Katanya sudah lewat email.Aku Pun bergegas menuju ruang bekerja. Membuka laptop dan segera mencari tahu informasi terbaru yang masuk lewat email yang yang aku pakai untuk mendapatkan informasi darinya.Tanpa basa-basi aku pun segera membaca dan melihat bukti lokasi yang telah temanku itu selidiki.Degh!Aku kaget ketika dua nomor yang berbeda itu ternyata berada di lokasi yang sama. Bahkan bukan berdekatan, tapi memang di titik yang sama.Satu Nomor dengan identitas bernama Diwan. Dan satu lagi nomor atas nama Hans. Aku malah semakin bingung, jangan-jangan dugaan istriku benar, kalau Diwan lah yang memanfaatkan situasi ini untuk meneror istriku. Tapi apa maksud dan tujuannya?Ku tanya lagi kepad

  • Ganjaran Untuk Mantan Menyebalkan   153

    PoV Yoga***[Maaf, kita belum bisa bertemu. Aku hanya bisa mengagumimu tanpa bisa melihatmu. Kita ini berada di posisi yang masih salah. Aku punya istri dan kamu pun punya. Aku hanya berharap suatu saat kita bersatu]Wajah istriku saat ini benar-benar murung dan ketakutan. Dia pasti berpikir kalau aku akan marah. "Mas, sumpah aku nggak tahu lho Mas salah orang ini," resahnya.Aku berusaha percaya. "Oke, sudah jelas kalau orang itu benar-benar menginginkan kamu. Tapi identitasnya terus saja dia sembunyikan.""Mas, aku yakin, ini adalah kerjaan seseorang untuk menghancurkan rumah tangga kita saja. Sumpah, aku gak tahu soal ini." Kekeh istriku seperti meresahkan pikiranku saat ini.Kami berdua diam. Namun, tiba-tiba istriku mengatakan kalau dia memiliki sebuah ide. "Mas!" Dia membuyarkan lamunanku. "Ada apa?" tanyaku.Dia malah mondar-mandir. "Gini nih, Mas, aku kok jadi suuzon kalau

  • Ganjaran Untuk Mantan Menyebalkan   152

    PoV Yoga***"Selidikku siapa Diwan yang dimaksud oleh Hans. Saya mau kabar sebelum 24 jam!" titahku pada orang suruhan.Mereka langsung sigap mengiyakan.Aku ingin tahu nama Diwan yang disebut Hans. Mungkin saja dia adalah Diwan yang sama dengan suaminya Risma.Dari kantor dia resign katanya ingin buka usaha, tapi setelah aku telusuri ternyata Diwan tidak buka usaha di rumah. Kata ibunya istriku Diwan itu seperti masih kerja kantoran.Aku ingin segera clear kan masalah ini. Keresahan hati mengenai Hans yang ingin merebut istriku ini harus segera aku pecahkan saat ini juga. Jangan sampai ada kesalahpahaman diantara kita yang terlalu jauh.Di menit kemudian tiba-tiba ponselku berdenting. Setelah melihat nama yang tertera di nomor panggilan yang masuk, ternyata dia adalah istriku.Segera aku menjawabnya. "Ya, Sayang?" sapaku lebih dulu."Mas, aku ada kabar dari sese

  • Ganjaran Untuk Mantan Menyebalkan   151

    Ternyata Hans sedang ada masalah keluarga. Mungkinkah dia bermasalah dengan istrinya sehingga ingin mendapatkan istriku? Benar saja dia barusan menyanjung istriku tanpa ada rasa resah."Semoga rumah tangga kalian kembali membaik ya," ujarku mengharapakan."Ya, semoga. Terima kasih."Lumayan lama berbincang-bincang ke sana-kemari. Bahkan kami juga membahas bisnis yang sedang berjalan. Namun, karena sudah pukul sebelas, aku pun gegas kembali ke kantor. Cukup untuk hari ini menjadi detektif secara langsung tanpa Hans sadari. Karena aku yakin, dia tak akan sadar kalau kecurigaan hati ini jatuh padanya. Entah kalau dia sudah tahu semuanya, sehingga dia seakan-akan memperlihatkan tak sedang terjadi sesuatu di depanku.***Saat makan siang aku ijin pada istri untuk bertemu dengan dua rekan. Yang satunya baru tiba dari luar negeri setelah pergi selama empat bulan lamanya. Dia melanjutkan studi di sana."Halo, Will, apa kabar?" Aku m

  • Ganjaran Untuk Mantan Menyebalkan   150 Kecurigaan itu benar atau tidak?

    PoV Yoga***Dia seperti gelisah setelah berkali-kali melirikku. "Oh, ya, it's oke. Em, diantar siapa kemari? Em, ya, duduk, duduk!" Ia nampak salah tingkah lagi. Hal yang membuat hatiku jadi tidak nyaman bila dia begini. "Resepsionis yang mengantarkan." Aku menjawab sembari duduk di sofa."Oh iya." Ia manggut dengan bola mata tak henti bergerak.Aku semakin curiga dengan ekspresinya. "Sepertinya Pak Hans sedang gelisah sekali? Ada hal buruk 'kah?" Bola matanya tak menatapku fokus. Semuanya membuatku semakin penasaran. Kenapa aku menduga dialah yang akan merusak rumah tanggaku. Untuk apa juga dia pindah rumah ke tempat yang dekat dengan rumahku? Tapi aku tak bisa suudzon begini. Harus benar-benar dicari bukti terlebih dahulu."Em, ada hal yang teramat pentingkah hingga langkah Pak Yoga sampai kemari?" tanyanya begitu resah. Tapi ada sandiwara persembunyian di baliknya."Oh tak ada apa-apa. Kebetulan saya hari

  • Ganjaran Untuk Mantan Menyebalkan   149 Apakah Hans?

    Betapa kagetnya aku, ada KTP rekan bisnisku di layar. Dengan jelas kutatap foto dan juga nama lengkap. Benar sekali, tak ada yang salah."Hans Putra Baskhara," batinku kaget.Aku zoom kembali lebih detail. Aku juga melihat lagi file lain, siapa tahu salah buka, ternyata tidak. Benar-benar identitas Hans kudapat.Ada sosial media juga yang terpaut dengan nomor asing itu. Semua wajah rekan bisnisku. Ini benar-benar membuatku bertanya-tanya. Bukankah kemarin Risma memalsukan atas nama Hans? Lalu istriku menyelidiki hingga identitas Risma dan suaminya itu terbukti? Sekarang?Apa mungkin ini bukti palsu? Gegas kuhubungi kembali si orang suruhan. Dia yakin 100%, data yang ia dapat dari nomor tersebut itu benar. Tidak ada yang keliru. Aku jadi geleng-geleng kepala. Setelah dipikir-pikir, hari ini lebih baik aku datang pada Hans. Perusahaan cabangnya yang baru berdiri itu akan kuhampiri. Mungkin dia bisa memberikan penjelasan atas semu

  • Ganjaran Untuk Mantan Menyebalkan   148 Bukti dan Tanda

    PoV Yoga***Sekarang di rumah ada Oma. Ia katanya ingin tinggal di sini sampai istriku melahirkan nanti. Biasalah, orang tua selalu banyak sekali aturan dan juga soal pantrangan. Kupikir dulu dia juga melakukan hal yang sama pada anak dan cucunya, dan sekarang istriku. Oma akan berada di sini untuk menjaga istri dan jabang bayiku. Mungkin lebih ke ingin menemani.Itu kata Oma, yang aku pikir di sini Oma lebih ke menginginkan peraturan baru. Dia sepertinya ingin mencaritahu bagaimana istriku kesehariannya lebih detail. Kutahu, Oma selalu menginginkan semua hal itu sempurna.Di sisi lain datangnya Oma membuatku gembira. Jadinya, aku juga bisa melihat dan menjaga dia lebih dekat lagi. Bukan hanya bertemu setahun sekali atau dua kali saja.Usianya sudah sepuh sekali. Kalau tak salah, sudah lebih dari 78 tahunan. Begitu katanya. Dengan usia demikian, dia masih mampu berjalan tegap walaupun tak secepat sewaktu masih muda. Kadang aku berpikir,

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status