Share

02. Selingkuh

Author: Resa Anisa
last update Last Updated: 2025-06-21 09:52:43

Usai kepergian Mas Vino, Lia dan Gilang ditinggal berdua di ruang tamu. Dan tentu, Lia ... kebingungan sendiri. Pertama, ia tak suka anak kecil. Kedua, ia tak pernah mengurus dan mempunyai urusan dengan anak kecil. Jadi sekarang, apa yang harus dirinya lakukan dengan anak yang bernama Gilang ini?

Sejak kecil, Lia sudah tidak diurus oleh Mama. Karena Mama meninggal saat memperjuangkan Lia untuk hadir ke dunia ini dengan susah payah. Jadi, sampai umurnya 25 tahun sekarang, Lia hanya hidup berdua dengan Papa. Pun Lia juga sering ditinggal pergi, mengingat sang Papa bekerja dan bertugas untuk negara sebagai TNI angkatan darat.

Jadi Lia sungguh tidak punya banyak pengalaman dengan anak-anak.

"Aku Lia. Kamu bisa panggil aku Tante Lia." Lia berjongkok agar tinggi mereka sejajar. Wanita itu menyerahkan tangannya untuk dijabat oleh Gilang.

"Gilang enggak suka ya sama Tante."

Lia mengerutkan kening.

"Yang tadi itu Papanya Gilang, Tante jangan macem-macem." Gilang yang kelihatan imut itu menyilangkan tangan di dada.

"Macem-macem sama Papa kamu? Maaf ya, Tante udah punya pacar."

"Tante pacar-pacaran?"

Lia menganggukan kepala dengan wajah malas. "Tante itu cantik, mana mungkin Tante enggak ada pacar."

"Oh begitu, awas aja Tante apa-apa sama Papanya Gilang. Papa itu punya Mama."

"Whatever." Lia mengenbuskan napas, ternyata anak ini sedikit menyebalkan dengan sikapnya yang seperti itu. Nampaknya, dia belum bisa menerima apa yang terjadi antara Papa dan Mama-nya yang kini sudah tidak lagi bersama. "Jadi, sekarang kita harus apa?"

"Mandi."

Kening Lia mengerut bingung.

Ia harus memandikan anak ini? Mana bisa! Apalagi dia kan laki-laki.

Lia mengenbuskan napas, melirik ke lantai dua. "Pa! Papaaa! Ih, Papa kemana sih?"

"Papa di belakang dari tadi, kamu ngapain sih teriak-teriak?"

Lia berdiri. "Anak ini mau mandi. Papa mandiin gih."

"Kok Papa, itu kan tugas kamu Lia."

"Lia enggak bisa Pa."

"Belajar."

Lia menatap anak yang berdiri, tingginya tidak lebih dari lutut Lia saat ini. "Kamu bisa mandi sendiri kan?"

^^^^^^^^^^

Sore hari, usai memberikan makanan pada Gilang, Lia memutuskan untuk pergi ke rumah Mas Vino, sembari membawa tas Gilang di pundak. Agar nanti tidak ribet. Urusan Lia sebagai pengasuh hari ini toh sudah selesai kan?

Jadi Lia ingin segera beristirahat dengan nyaman dan tenang tanpa gangguan dan bayang-bayang Gilang.

Mas Vino adalah seorang dosen, mengajar di universitas ternama di kota mereka saat ini. Lulusan luar negeri yang diagung-agungkan. Selain bekerja sebagai dosen, Mas Vino juga menyeling mengurusi perusahaan keluarga yang bergerak di bidang makanan. Beberapa restoran bintang lima di pusat kota adalah milik keluarganya yang sudah kaya raya sejak lama.

Jadi, sudah terbayang kenapa Mas Vino sangat amat digilai oleh janda, gadis dan bahkan ibu-ibu komplek kan?

"Kamu mau antar Gilang?"

Lia mengedipkan mata kaget kala mendengar suara berat di belakangnya.

"Iya Mas. Ini anaknya udah agak ngantuk abis dikasih makan sama dimandiin."

"Dia enggak boleh tidur sore-sore."

"Kenapa Mas?"

"Susah tidur malam nanti. Jadi mari kita pergi jalan dulu."

"Hah? Sama Lia, Mas?"

"Iyalah."

Lia menatap Mas Vino yang mengambil Gilang dari pangkuannya sebelum kemudian, lelaki itu membawa Gilang untuk masuk ke dalam mobil. Lia menyusul tanpa disuruh dan duduk di kursi penumpang bagian belakang.

"Lang, ayo bangun dulu, kita beli es krim." Vino membangunkan semangat Gilang di sore itu. Membuat Gilang mengerjap dan tersenyum.

"Beneran Pa?"

"Beneran dong. Jadi kamu jangan ngantuk dulu ya?"

"Oke!" Gilang mengangguk patuh. Mobil mulai melaju di jalanan. Suara Gilang yang tengah berceloteh terdengar. Sedang di sisi lain, Lia yang canggung memutuskan untuk mengunci mulut sembari melihat pemandangan yang tersuguh di luar jendela mobil.

Hingga sekelebat pemandangan membuat Lia terdiam kaget. Bahkan wanita itu melotot tajam pada motor yang berhenti tepat di samping mobil yang tengah dirinya kendarai dengan Mas Vino. Lampu berubah merah di depan sana. Otomatis pengendara mulai menghentikan laju mobil.

"Bangsat!"

Mas Vino yang mendengar ucapan kasar dari Lia langsung melirik kaget. Menemui wanita itu yang turun dari mobil sembari memaki-maki seorang lelaki yang tengah duduk di atas motor.

"Sialan ya kamu Aldo! Ngomongnya lagi nganter Mama tapi nyatanya kamu lagi bawa lonte?! Kamu selingkuh, Do? Bangsat!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ganteng-Ganteng Duda   08. Keputusan Yang Tidak Tepat?

    Dalam keadaan bingung harus melakukan apa, Lia menatap Olivia yang kini nampak beradu argumen dengan Vino. "Gilang enggak sopan sama orang lain, dan tentu aku sebagai ayahnya harus ngasih tahu kalau kelakuan dia itu enggak baik." "Dengan cara ngebentak gitu Vin? Menurut kamu memang itu bijak?" Olivia melipat kedua tangan di dada lalu melirik kepada Lia. "Lagian siapa tahu pengasuhnya Gilang yang kurang ajar dan kurang baik dalam mendidiknya. Kenapa kamu malah marah duluan ke Gilang?" Vino menyugar rambut yang masih setengah basah. "Olivia, aku cuma enggak mau Gilang kayak gitu. Aku enggak mau Gilang enggak tahu caranya sopan dan santun ke orang. Okei, kalau memang aku salah karena memperlakukan Gilang kayak tadi dan kamu enggak suka, aku minta maaf." Mendengar Vino tiba-tiba melemah dan melembut dalam menanggapi ocehan dari mantan istrinya, Lia langsung saja mengerutkan kening bingung. Tatapan dan gerak-gerik Vino juga nampak berbeda sekali saat bersama dengan Olivia. "Oke

  • Ganteng-Ganteng Duda   07. Interaksi

    "Gilang enggak setuju saya mau nikah sama kamu." "Terus?" tanya Lia dengan alis yang kini terangkat naik. "Dia enggak mau lagi diasuh sama kamu pagi ini, dia marah besar kayaknya." Ringisan dari wajah Lia terlihat, wanita itu sebenarnya sudah menebak jika, Gilang tak akan suka dengan pernikahan antara ia dan Mas Vino. Dari sejak awal, Gilang sudah menampakan hal tersebut. Anak itu tidak ingin Papa kesayangannya menikah lagi. "Terus sekarang Lia harus apa, Mas? Kita batal aja nikah? Enggak bisa, Lia lagi butuh duit. Dan biar Aldo tahu kalau dia enggak sebegitu pentingnya dalam hidup Lia. Buktinya, Lia bisa nikah cepet setelah dia ketahuan selingkuh. Lagian, apa ijin dari Gilang penting?" "Kamu enggak inget tugas utama kamu apa di rumah nanti? Ngasuh Gilang, kalau Gilang enggak mau, kamu kerjanya apa?" "Ngasuh Mas Vino?" Lelaki berusia 32 tahun itu menyugar rambut. "Terlalu enak, coba hari ini kamu deketin Gilang. Pernikahan kita akan tetap berlangsung meskipun Gilang l

  • Ganteng-Ganteng Duda   06. Kemarahan Gilang

    "Gilang enggak kamu bawa?" "Enggak Bunda, Vino selesai ngajar dari kampus langsung ke sini." "Memang ada apa kamu ini Vino? Mau numpang makan siang aja?" tanya Abas, sang ayah yang kini tengah duduk di kursi utama meja makan. "Begitulah, kangen masakan Bunda sama mau nengok keadaan Kak Isa." "Keadaanku udah mendingan kok Vin. Besok juga pulang ke rumah sendiri. Kakak sanggup ngurus rumah, anak dan suami lagi." "Syukur deh kalau gitu." Vino memegang sendok dan garpu saat sang Bunda kemudian berkata, "Gilang happy sama pengasuhnya? Kalau enggak, Bunda kan bilang sama kamu, biar Bunda aja yang ngasuh gilang." "Atau lebih baik kamu cari istri baru. Sudah menduda tiga tahun lamanya, kamu enggak bosen apa Vino. Mantan istrimu saja mau menikah sekarang, bahkan mau pindah ke luar negeri tanpa membawa Gilang dan menyerahkan anak itu ke kamu. Dulu saja dia ribut sendiri ingin hak asuh, sedang sekarang?" Kata-kata dari Abas membuat Vino menyunggingkan senyum. Betapa terlihatnya

  • Ganteng-Ganteng Duda   05. Saling Membutuhkan?

    "Saya dengar, Mas Vino mau menikahi anak saya, si Lia?" Vino yang tengah duduk pun mengangguk dengan raut dan gerakan yang tenang. "Betul Pak Darma." "Kenapa tiba-tiba sekali? Lia baru putus dengan pacarnya dan kamu juga baru berinteraksi dengan Lia kemarin. Secepat itu kalian membulatkan pikiran untuk menikah?" "Kami, khususnya saya sendiri merasa jika, enggak ada salahnya kalau menikah. Dalam keadaan yang nampaknya, kurang baik, kami memilih menikah sebagai jalan keluar dari masalah kami." Darma masih merasa bingung dan tidak yakin dengan keputusan yang diambil oleh Lia dan Mas Vino, bukan apa-apa, ini semua juga terlalu cepat bagi Darma sendiri. "Kalian menikah sebagai jalan keluar dari sebuah masalah kan? Jadi sebetulnya kalian itu tidak saling memiliki perasaan kepada satu sama lain?" Perasaan ya? Vino menunduk sesaat, bahkan ia lupa perasaan juga ketertarikan terhadap perempuan seperti apa setelah bercerai dari mantan istrinya. "Mungkin untuk sekarang, baik saya dan

  • Ganteng-Ganteng Duda   04. Pernikahan Yang Semoga Disetujui

    Tanpa Gilang, akhirnya Mas Vino dan Lia pulang berdua ke rumah. Di malam itu juga, Vino memutuskan untuk langsung datang menemui Pak Darma. Tetangga yang biasanya ramah dan suka berolahraga hampir setiap hari. "Gimana kerjaan Lia, Mas Vino? Nak Gilang bilang enggak kalau hari ini, dia seneng banget main sama Lia?" Mendengar pernyataan tersebut, Vino pun menganggukan kepala. "Gilang bilang, Tante Lia asik buat dijadiin pengasuh." "Syukur deh kalau begitu, ada gunanya juga dia hidup." Lia melotot tajam mendengar pernyataan Darma yang benar-benar terdengar jahat. Jadi selama ini di mata sang Papa, Lia tidak berguna ya? "Tapi loh kenapa, Lia kayak habis nangis?" Lia berdehem. "Enggak apa kok Pa." "Sebelumnya, Pak Darma. Lia menangis bukan karena saya ya? Tapi dia memang melihat pacarnya lagi bonceng cewek lain." Tak ingin disalahkan dan dituduh oleh Pak Darma, Mas Vino buru-buru menjelaskan. "Kenapa Mas bilang ke Papa sih?" "Saya enggak mau disalahkan." "Sebentar, si

  • Ganteng-Ganteng Duda   03. Deal, Ya?

    Satu tamparan keras langsung mampir di wajah Aldo, membuat laki-laki itu limbung sesaat kebelakang dengan ekspresi syok. "Lia!" "APAA?!" Solot Lia tak gentar. "Kamu jangan malu-maluin." "Kamu yang malu-maluin aku tahu?! Sialan! Goblok kamu! Kita putus sekarang juga!" Mata Lia yang nampak marah memancarkan kebencian yang pekat. "Awas aja kamu Do." Sebelum kemudian, wanita itu kembali masuk ke dalam mobil Mas Vino dan menutup pintu keras-keras. Vino, yang sebenarnya tidak terima mobil kesayangan tiba-tiba mendapat perlakuan tak senonoh pun hanya bisa diam, menyadari lampu sudah berubah hijau di depan sana, membuat Vino mau tak mau harus melajukan mobilnya cepat-cepat. Tak ada pembicaraan setelah itu, Gilang yang sejak tadi mengoceh pun memutuskan untuk diam sembari sesekali melirik Lia yang tengah melipat tangan di dada dengan wajah yang masih dikuasai oleh ekspresi penuh amarah. "Ayo turun, kita beli es krim dulu." Vino melepaskan sealbelt dari tubuh Gilang. Sembari menamb

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status