author-banner
Resa Anisa
Resa Anisa
Author

Novel-novel oleh Resa Anisa

Ganteng-Ganteng Duda

Ganteng-Ganteng Duda

"Kamu jadi istri saya saja Lia. Selain Gilang, saya juga butuh diasuh." "Sorry Mas, aku enggak tergoda sama duda. Bekasan cewek lain soalnya." "Padahal saya mau bayar kamu mahal." "Yaudah, Lia mau, deal ya?" ^^^^^^^^^ Awalnya, Lia hanya ditawari menjadi pengasuh Gilang, anak duda ganteng tetangga rumah yang digilai banyak janda dan ibu-ibu komplek. Tapi kok lama-lama, si Mas Duda juga minta diurusi. Lia pikir, semua yang mereka sepakati hanya atas dasar uang. Tapi lebih dari itu, Lia malah jatuh cinta pada duda gagal move on yang menjadikan ia sebagai istri bayaran. Lalu, bisakah Lia merebut hati Mas Duda? Atau selamanya, hubungan mereka hanya berakhir sebagai transaksi semata?
Baca
Chapter: 09. Meluluhkan Gilang
Lia menatap diri di cermin. ungkapan Vino tadi sedikit mengusik, tentu saja. Tapi bener, bahwa, apapun alasan Vino untuk menikah adalah bukan urusan Lia sama sekali. Toh, Lia juga mendapatkan keuntungan dari hal ini. Berupa, Aldo yang tahu kalau dirinya bahkan sudah mendapatkan pengganti yang lebih baik. Duda ganteng kaya raya yang digilai banyak wanita. Serta uang bulanan untuk memenuhi biaya hidupnya selama ini. Jadi untuk apa Lia kepikiran tentang alasan Vino dan lain hal? Memang bukan urusannya. Mengembuskan napas, Lia menyentuh rambut. Sudah tidak berbau amis, berkali-kali wanita keramas tadi. Gilang memang menyebalkan. Sebagai anak, didikan sari Ibunya memang salah. Kenapa ada orang tua macam Olivia di dunia ini? Sudah tahu anaknya salah masih dibela. Kalau alasannya maklum karena dia anak-anak, justru anak-anak begitu yang harusnya diurus dan dididik dengan lebih baik. "Lia." "Apa Pah?" "Tuh, Gilang. Papa mau keluar sebentar, ada urusan." "Lia udah malas ngurusin
Terakhir Diperbarui: 2025-08-06
Chapter: 08. Keputusan Yang Tidak Tepat?
Dalam keadaan bingung harus melakukan apa, Lia menatap Olivia yang kini nampak beradu argumen dengan Vino. "Gilang enggak sopan sama orang lain, dan tentu aku sebagai ayahnya harus ngasih tahu kalau kelakuan dia itu enggak baik." "Dengan cara ngebentak gitu Vin? Menurut kamu memang itu bijak?" Olivia melipat kedua tangan di dada lalu melirik kepada Lia. "Lagian siapa tahu pengasuhnya Gilang yang kurang ajar dan kurang baik dalam mendidiknya. Kenapa kamu malah marah duluan ke Gilang?" Vino menyugar rambut yang masih setengah basah. "Olivia, aku cuma enggak mau Gilang kayak gitu. Aku enggak mau Gilang enggak tahu caranya sopan dan santun ke orang. Okei, kalau memang aku salah karena memperlakukan Gilang kayak tadi dan kamu enggak suka, aku minta maaf." Mendengar Vino tiba-tiba melemah dan melembut dalam menanggapi ocehan dari mantan istrinya, Lia langsung saja mengerutkan kening bingung. Tatapan dan gerak-gerik Vino juga nampak berbeda sekali saat bersama dengan Olivia. "Oke
Terakhir Diperbarui: 2025-06-22
Chapter: 07. Interaksi
"Gilang enggak setuju saya mau nikah sama kamu." "Terus?" tanya Lia dengan alis yang kini terangkat naik. "Dia enggak mau lagi diasuh sama kamu pagi ini, dia marah besar kayaknya." Ringisan dari wajah Lia terlihat, wanita itu sebenarnya sudah menebak jika, Gilang tak akan suka dengan pernikahan antara ia dan Mas Vino. Dari sejak awal, Gilang sudah menampakan hal tersebut. Anak itu tidak ingin Papa kesayangannya menikah lagi. "Terus sekarang Lia harus apa, Mas? Kita batal aja nikah? Enggak bisa, Lia lagi butuh duit. Dan biar Aldo tahu kalau dia enggak sebegitu pentingnya dalam hidup Lia. Buktinya, Lia bisa nikah cepet setelah dia ketahuan selingkuh. Lagian, apa ijin dari Gilang penting?" "Kamu enggak inget tugas utama kamu apa di rumah nanti? Ngasuh Gilang, kalau Gilang enggak mau, kamu kerjanya apa?" "Ngasuh Mas Vino?" Lelaki berusia 32 tahun itu menyugar rambut. "Terlalu enak, coba hari ini kamu deketin Gilang. Pernikahan kita akan tetap berlangsung meskipun Gilang l
Terakhir Diperbarui: 2025-06-21
Chapter: 06. Kemarahan Gilang
"Gilang enggak kamu bawa?" "Enggak Bunda, Vino selesai ngajar dari kampus langsung ke sini." "Memang ada apa kamu ini Vino? Mau numpang makan siang aja?" tanya Abas, sang ayah yang kini tengah duduk di kursi utama meja makan. "Begitulah, kangen masakan Bunda sama mau nengok keadaan Kak Isa." "Keadaanku udah mendingan kok Vin. Besok juga pulang ke rumah sendiri. Kakak sanggup ngurus rumah, anak dan suami lagi." "Syukur deh kalau gitu." Vino memegang sendok dan garpu saat sang Bunda kemudian berkata, "Gilang happy sama pengasuhnya? Kalau enggak, Bunda kan bilang sama kamu, biar Bunda aja yang ngasuh gilang." "Atau lebih baik kamu cari istri baru. Sudah menduda tiga tahun lamanya, kamu enggak bosen apa Vino. Mantan istrimu saja mau menikah sekarang, bahkan mau pindah ke luar negeri tanpa membawa Gilang dan menyerahkan anak itu ke kamu. Dulu saja dia ribut sendiri ingin hak asuh, sedang sekarang?" Kata-kata dari Abas membuat Vino menyunggingkan senyum. Betapa terlihatnya
Terakhir Diperbarui: 2025-06-21
Chapter: 05. Saling Membutuhkan?
"Saya dengar, Mas Vino mau menikahi anak saya, si Lia?" Vino yang tengah duduk pun mengangguk dengan raut dan gerakan yang tenang. "Betul Pak Darma." "Kenapa tiba-tiba sekali? Lia baru putus dengan pacarnya dan kamu juga baru berinteraksi dengan Lia kemarin. Secepat itu kalian membulatkan pikiran untuk menikah?" "Kami, khususnya saya sendiri merasa jika, enggak ada salahnya kalau menikah. Dalam keadaan yang nampaknya, kurang baik, kami memilih menikah sebagai jalan keluar dari masalah kami." Darma masih merasa bingung dan tidak yakin dengan keputusan yang diambil oleh Lia dan Mas Vino, bukan apa-apa, ini semua juga terlalu cepat bagi Darma sendiri. "Kalian menikah sebagai jalan keluar dari sebuah masalah kan? Jadi sebetulnya kalian itu tidak saling memiliki perasaan kepada satu sama lain?" Perasaan ya? Vino menunduk sesaat, bahkan ia lupa perasaan juga ketertarikan terhadap perempuan seperti apa setelah bercerai dari mantan istrinya. "Mungkin untuk sekarang, baik saya dan
Terakhir Diperbarui: 2025-06-21
Chapter: 04. Pernikahan Yang Semoga Disetujui
Tanpa Gilang, akhirnya Mas Vino dan Lia pulang berdua ke rumah. Di malam itu juga, Vino memutuskan untuk langsung datang menemui Pak Darma. Tetangga yang biasanya ramah dan suka berolahraga hampir setiap hari. "Gimana kerjaan Lia, Mas Vino? Nak Gilang bilang enggak kalau hari ini, dia seneng banget main sama Lia?" Mendengar pernyataan tersebut, Vino pun menganggukan kepala. "Gilang bilang, Tante Lia asik buat dijadiin pengasuh." "Syukur deh kalau begitu, ada gunanya juga dia hidup." Lia melotot tajam mendengar pernyataan Darma yang benar-benar terdengar jahat. Jadi selama ini di mata sang Papa, Lia tidak berguna ya? "Tapi loh kenapa, Lia kayak habis nangis?" Lia berdehem. "Enggak apa kok Pa." "Sebelumnya, Pak Darma. Lia menangis bukan karena saya ya? Tapi dia memang melihat pacarnya lagi bonceng cewek lain." Tak ingin disalahkan dan dituduh oleh Pak Darma, Mas Vino buru-buru menjelaskan. "Kenapa Mas bilang ke Papa sih?" "Saya enggak mau disalahkan." "Sebentar, si
Terakhir Diperbarui: 2025-06-21
Om-Om Pilihan Papa

Om-Om Pilihan Papa

Nala mempunyai dua pilihan dari Papa yang akan menentukan hidupnya. Pertama, menikahi lelaki 33 tahun yang Papa pilihkan. Kedua, pergi dari rumah tanpa membawa apapun dan dihapus dari daftar hak waris. Tentu Nala tidak bisa memilih salah satu dari dua pilihan tersebut. Karena mana mungkin Nala menikahi Om-Om sedang dia saja baru lulus SMA. Dan bagaimana bisa Nala meninggalkan rumah, kehidupan mewah dan uang-uang yang selalu memanjakannya sejak kecil? Bisakah Nala tidak menikah dengan Om-Om puluhan Papa tapi tetap diam di rumah? Dan apa yang kiranya akan Nala lakukan untuk menghindari perjodohan itu?
Baca
Chapter: 45. Never
"Kenapa sih lo harus jemput gue segala Om? Gue kan enggak akan kabur kemana-mana, sekalipun gue nginep di rumah Indy." "Kamu harus selalu ada di dalam pengawasan saya. Itu titah yang diberikan Papa Haryn. Jadi kamu enggak boleh membantah, Nala. Main boleh tapi ada waktunya." "Ck! seharian ini gue udah capek kerja, lihat tangan gue, kasar-kasar sekarang karena harus cuciin mulu barang-barang. Gue cuma mau main." "Besok bisa main lagi, kalau kamu libur. Saya temenin, memang mau kemana kamu ini?" "Sama lo? Ogah, sorry banget ya Om. Gue tuh masih waras. Pakek banget. Main sama lo enggak akan ada asik-asiknya sama sekali." Aku memalingkan wajah menatap jendela mobil dengan keadaan cemberut. Lagian, main sama orang yang tidak sefrekuensi itu malah membuatku capek dan membuang-buang energi secara percuma. "Mending aku diem sendiri di kamar seharian dari pada harus main sama Om Bian." "Ya sudah, its up to you, Nala." Setelah itu, aku terdiam. Bukannya tak ingin mendebat dan memarah
Terakhir Diperbarui: 2025-07-02
Chapter: 44. Kecurigaan
Setelah menangis, bagai bayi yang ditinggal lama oleh ibunya, Om Bian buru-buru membawaku menjauh dari pusat keramaian, agar tidak menjadi bahan tontonan orang-orang. Di sisi lain, tak lupa aku juga mengoceh tak terima. "Kenapa Papa harus sok baik!? Biasanya juga dia enggak kayak gitu. Gue sering dianggap gak ada, gak diacuhkan, Gue kayak makhluk enggak kasat mata buat Papa, tapi kenapa sekarang dia sok iya banget?" "Kamu tuh ya, bener-bener bikin orang lain serba salah tahu. Diperlakukan baik salah, enggak diperlakukan dengan baik pun salah juga." Om Bian menggelengkan kepala, lelaki itu melepaskan tanganku yang sejak tadi dicengkramnya, kini kami sudah berada di dalam sebuah ruangan. "Kasian Pak Haryn, Nala. Bisa enggak kamu tuh lebih peduli sama beliau?" "Tapi kan aneh banget! Dari kemarin sikap Papa tuh aneh banget." Dengan mata yang basah, aku menatap Om Bian lamat. "Enggak ada yang kalian berdua sembunyiin kan dari gue?" "Apa yang harus kami sembunyikan dari kamu, Nala? Kam
Terakhir Diperbarui: 2025-06-10
Chapter: 43. Karena Papa
Seperti biasa, usai sarapan, pagi ini, aku pun mandi, berganti pakaian dan pergi ke perusahaan sebagai OG. Tak nyaman? Tentu. Aku loh yang biasa foya-foya tidak jelas ini tiba-tiba harus membersihkan lantai perusahaan, mencuci gelas-gelas dan wadah bekas serta disuruh untuk membelikan ini serta itu. Tapi di sisi lain, aku mulai merasa ... ya sudahlah, mau bagaimana lagi. Memikirkan berdiam diri di rumah seharian dalam keadaan kepala yang penuh dengan berbagai macam pemikiran bukanlah hal yang nyaman. Dan yang paling penting dari semua ini adalah, aku malas bertemu lagi dengan Papa. Biarkan kalau dia memang mau berangkat lagi sekarang. Aku enggak akan peduli pada orang jahat yang sudah menghancurkan hidupku. "Ini." Aku menyimpan kopi-kopi yang dipesan oleh orang-orang dalam satu divisi. "Delapan ya, kembaliannya, silahkan." "Ambil aja, enggak apa." Aku menatap uang lima ribu di tangan, dulu, uang segini bukan apa-apa buatku, recehan, tapi anehnya sekarang, aku ... merasa in
Terakhir Diperbarui: 2025-05-15
Chapter: 42. Lo Impoten?
Kami berdua makan dalam diam, tak saling bersuara sama sekali. Seolah tengah tenggelam dalam pikiran masing-masing. "Papa besok udah berangkat lagi kan?" "Gue enggak peduli," ujarku setengah kesal, sejujurnya aku ingin tahu apa yang Papa lakukan sampai bolak-balik keluar negeri begitu. "Saya dalam waktu dekat akan ada tugas ke luar negara juga jadi, kamu harus pintar-pintar jaga diri ya Nala?" Aku menaikan bahu, tanpa dia minta, aku akan jaga diri. Toh selama ini pun juga begitu. "Jangan lupa kasih uang aja, biar gue bisa makan." Terdengar jelas dengusan Om Bian saat itu. Aku tidak peduli, di dalam hidup ini, yang aku mau cuma uang, uang dan uang, tiada yang lain. "Lagian kamu bakalan punya uang setelah kamu gajian nanti." "Mana cukup." "Cukupkan engga mau tahu gimana caranya," ujar Om Bian kepadaku. "Jangan lupa, ponsel kamu itu harus terus aktif Nala. Saya enggak mau tahu, kalau saya telepon, kamu harus langsung angkat. Sebagai suami kamu, saya sering banget khawatir sama
Terakhir Diperbarui: 2025-01-20
Chapter: 41. Ujian Hidup
Sejak kembali ke rumah, pikiranku terus saja melayang pada apa yang terjadi antara aku dan Papa tadi siang. Kenapa paruh baya itu banyak sekali membicarakan tentang kematian, seolah dia akan segera mati. Memang bagus sih kalau Papa cepat mati, aku bisa lepas dari lelaki yang selalu mengatur hidupku, harus begitu dan harus begini. Hanya saja tak bisa kupungkiri, mungkin karena Papa sudah ada lama di dalam hidupku, mungkin saja karena Papa adalah Papa ... aku merasakan suatu ketakutan yang tak kasat mata. Ada setitik gangguan di dalam hatiku yang ternyata takut kehilangan sosoknya. Meski Papa sudah terlalu sering mengaturku, meski Papa sudah terlalu sering menyakitiku, tapi tak bisa dipungkiri jika selama ini, dialah yang memberikan aku uang, makan dan fasilitas hidup yang lebih dari kata layak. Di tengah aksiku yang tengah melamun itu, tiba-tiba saja sebuah handuk melayang tepat di wajah. Lembab handuk ini membuatku marah pada sosok laki-laki yang kini berambut basah, berwajah seg
Terakhir Diperbarui: 2025-01-20
Chapter: 40. Keanehan
Ada satu hal yang membuatku selalu terdiam setelah tadi membeli bunga dan melanjutkan perjalan ke makam Mama, yaitu, ucapan Papa yang terus menguasai pikiran. Nanti kalau Papa dan Mama sudah bersama? Maksudnya itu apa sih? Apa Papa mau menyusul Mama karena terlalu pusing dengan aku? Hah! Seharusnya Papa tidak begitu, dalam hubungan ini aku yang paling terluka. Seharusnya, aku orang yang bersama Mama, bukan Papa. Dan tadi, ada baiknya bahwa aku berkata jika aku menyukai bunga mawar agar saat aku meninggal nanti, Papa bisa memberikannya ke makamku. "Nala, kenapa kamu diam sejak tadi?" Aku melirik Papa. "Ya memang aku mau bicara apa lagi? Enggak ada yang mau aku bicarakan dengan Papa." "Tentang ... mungkin pekerjaan kamu atau apa aja?" "Aku udah bicarain itu kemarin Pa." "Iya, lalu temen-temen kamu, mereka kemana?" "Aku enggak tahu karena aku enggak punya ponsel sekarang. Ponsel aku yang sebelumnya di lempar sama Om Bian sampai rusak. Aku enggak tahu disembunyiin dima
Terakhir Diperbarui: 2024-12-15
Menikahi Anak Presdir

Menikahi Anak Presdir

Menikahi laki-laki dingin dan kasar adalah siksaan bagi Arawinda. Sungguh, gadis itu tak mengerti kenapa Papi dengan tega melempar anak perawannya ke dalam pernikahan bagai neraka ini. Demi langit dan bumi, Arawinda benar-benar membenci sosok Kaivan Jayendra sampai ke tulang-tulang. Lelaki itu selalu menatapnya rendah dengan ekspresi yang tak bisa Arawinda jelaskan. Dan nampaknya, di mata Kaivan, Arawinda tak lebih dari boneka hidup yang harus dipertahankan selama perusahaan belum benar-benar jatuh ke tangannya. Lalu, bisakah Awarinda lepas dari jerat lelaki kejam itu? Atau ia harus terjebak sampai mati bersamanya?
Baca
Chapter: 70. Ibu Tiada
Sembari mengigit kuku dan berdiri di depan jendela kamar hotel, Arawinda pun menempelkan ponsel di salah satu telinga. Ia tengah mencoba menelepon Diajeng namun berulang kali, panggilan itu tidak terangkat karenanya, Arawinda pikir, Kaivan harus segera mengetahui kondisi Ibu.Ketika sambungan telepon terakhir Arawinda diabaikan, Arawinda berbalik dan memutuskan untuk mencari Kaivan di luar. Malam sudah menjemput tapi sang suami belum juga kembali. Entah kemana dia sekarang.Saat baru membuka pintu, Arawinda menemui Kaivan yang tengah berjalan ke arah kamarnya."Kenapa?" tanya Kaivan saat mendapati wajah cemas Arawinda. "Kamu lebih baik pulang aja, saya dilarang ngasih tahu ini sama Diajeng, tapi Ibu lagi di rumah sakit sekarang. Katanya, Ibu kena komplikasi dan saya khawatir karena Diajeng enggak angkat telepon-telepon saya."Wajah cerah Kaivan sebelumnya menjadi keruh saat mengetahui hal tersebut."Saya bakalan di sini, ngurusin hotel semampu saya dan mungkin atas arahan Om Gio dan
Terakhir Diperbarui: 2024-03-10
Chapter: 69. Ajakan Arawinda
Arawinda mengikuti langkah cepat Kaivan untuk pergi ke ruang rapat menemui Manager Umum yang kini sudah menunggu mereka di sana. Saat datang, Kaivan langsung duduk di salah satu kursi sedang Arawinda mengisi kursi lain di sampingnya."Dokumen yang saya minta sudah Anda siapkan?""Sudah Tuan Kaivan. Ini laporan kerja operasional hotel, proposal acara tahunan, di tahun-tahun sebelumnya juga di tahun ini. Rating dan peringkat hotel dari berbagai asosiasi terkenal yang menjadi kiblat perbisnisan. Serta data pelanggan tahunan."Kaivan menganggukan kepala puas. Sedang Arawinda hanya bisa menganga melihat apa yang ada di depannya. Berbagai macam dokumen yang nampak tebal sudah ada dan meminta Arawinda baca."Begini." Arawinda mengintrupsi. "Saya gak harus baca semua buku ini kan?""Kamu harus baca semua, Arawinda." Kaivan menaikan bahu. "Ini dasar kamu, agar bisa mengerti dan menjalankan bisnis hotel secara perlahan. Saya dulu juga saat masuk harus membaca semua dokumen ini berhari-hari.""B
Terakhir Diperbarui: 2024-03-10
Chapter: 68. Firasat Buruk
Sesampainya di rumah sakit, Diajeng langsung melakukan prosedur agar Ibu bisa ditindak oleh dokter.Dan dengan cemas Diajeng menunggu tak jauh dari Ibu yang tengah diperiksa. Ah, ia harus memberitahukan Rama. Tapi masalahnya, Rama seringkali tidak membawa ponsel ketika pergi ke kebun.Sembari menarik dan mengembuskan napas panjang, Diajeng mencoba untuk tenang. Ia tak boleh berpikiran negatif. Benar, Ibu hanya sakit biasa. Karena terlalu lelah di kebun dan kurang beristirahat, beliau jadi begitu. Sesaat kemudian, Diajeng pun menganggukkan kepala. Hingga kemudian, dokter akhirnya keluar memberitahukan hal yang cukup membuat Diajeng sedih.Ibu hipertensi yang sudah tidak terkontrol. Hingga ada kemungkinan Ibu gagal ginjal dan stroke ringan sekarang. Bahkan kalau dibiarkan secara terus menerus Ibu bisa saja mengalami serangan jantung.Dan rasanya saat itu dunia Diajeng runtuh. Sebagai anak, ia merasa benar-benar gagal karena tak bisa mengurus Ibu dengan baik. Mengurus seorang wanita yang
Terakhir Diperbarui: 2024-03-09
Chapter: 67. Maafkan Saya
Arawinda mengigit kuku sembari duduk di tengah pembaringan dengan lutut yang tertekuk. Matanya menatap tembok dan tak lepas dari sana sejak tadi. Mengingat semua kejadian semalam yang sudah ia lewati dengan Kaivan membuat ia tak mempercayai dirinya sendiri lagi. Bagaimana, Arawinda bisa mengeluarkan suara-suara erotis atas setiap sentuhan Kaivan. Bagaimana Arawinda yang seperti orang cabul yang ingin lagi dan lagi memangut bibir sang suami. Menelusuri dan menjambak tubuh Kaivan dengan ekspresi yang memancar menjijikan begitu.Arawinda berteriak tertahan sembari mengacak-acak rambut kepalanya. Ia terlalu malu, sangat amat malu dengan apa yang sudah terjadi.Kaivan sudah melihat tubuhnya. Hampir keseluruhan. Semuanya.Meski ya ... katanya sih, ia dan Kaivan sebelumnya sudah melakukan hal itu. Tapi beda! Kali ini Arawinda mengingat kegilaannya. Tak seperti malam saat ia mabuk dengan Atharya. Ia mengingat sampai tidak sadarkan diri di tempat. Lalu blank setelahnya.Daun pintu kamar nampak
Terakhir Diperbarui: 2024-03-09
Chapter: 66. Ingatan Itu Datang
"Eh." Arawinda keheranan kala mendapatkan buket bunga mawar putih dari manajer umum."Hadiah kecil dari saya atas kerja keras Nyonya Arawinda.""Kenapa harus sebegini?" Arawinda penuh senyum. Tiada yang lebih membahagiakan selain karena, apa yang telah ia kerjakan beberapa waktu terakhir banyak dipuji dan diapresiasi oleh orang lain. Apalagi sampai diberikan bunga begini."Bahkan saya rasa, belum cukup memberikan apresiasi untuk semua kerja keras Nyonya. Acara kemarin sukses dan gemerlap karena kerja keras Nyonya Arawinda.""Terima kasih banyak.""Sama-sama. Anda akan pergi kemana?""Saya turun untuk sarapan.""Tuan Kaivan?""Sudah langsung bertemu dengan Om Gio.""Ah iya, saya harus menyusul mereka berdua jadi, saya permisi.""Silahkan," dengan hati dan mood yang lebih baik, Arawinda pun berjalan ke arah restoran hotel. Sesaat dia duduk dan tanpa diminta, semua pegawai langsung siap siaga menghampirinya. Arawinda bertanya menu yang tersedia saat itu sebelum memilih beberapa. Teh hang
Terakhir Diperbarui: 2024-03-09
Chapter: 65. Malam Bersama Kaivan
Kaivan mengembuskan napas saat Arawinda menjambak kembali rambut kepalanya entah untuk yang keberapa kali sembari menyerocos tak jelas."Pokoknya aku tuuuu benci banget banget sama Kaivan.""Iya, iyaaaa.""Dia nyuruh ini-itu ini-itu kayak bos aja. Padahal siaaaapa?" Arawinda sedikit mengeraskan tekanan suaranya di akhir kalimat. "Siapa pemilik dari hotel ini?!"Gio dan Kaivan secara bersamaan melihat Arawinda yang menepuk dadanya sendiri. "Akuuuuu!"Dan entah kenapa melihat tingkah itu, dua laki-laki itu malah tertawa.Di sisi lain Arawinda yang sudah hampir tak sadarkan diri mendorong kepala Kaivan sekenanya. "Aduh capek banget.""Kalau gitu kamu tidur dan istirahat aja sekarang," perintah Gio."Tapi yaaa!" Arawinda belum selesai berbicara ternyata. Kedua tangan kecilnya hinggap di rahang tegas Kaivan. "Untung dia ganteng banget. Jadi setidaknya walaupun nyebelin seenggaknya dia ganteng. Dan setidaknya, my first kiss—dskskskahdg."Kata yang selanjutnya keluar dari mulut Arawinda terde
Terakhir Diperbarui: 2024-03-09
Anda juga akan menyukai
Tuan CEO, Aku ingin Bercerai
Tuan CEO, Aku ingin Bercerai
Romansa · Bulu Tertiup Angin
1.1M Dibaca
Sugar Daddy I Love You
Sugar Daddy I Love You
Romansa · Rilla
1.0M Dibaca
Sentuh Aku, Pak!
Sentuh Aku, Pak!
Romansa · helloimironman
1.0M Dibaca
Istri Jahat Presdir
Istri Jahat Presdir
Romansa · Queen Moon
1.0M Dibaca
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status