Beranda / Romansa / Ganteng-Ganteng Duda / 01. Pengasuh Cumlaude

Share

Ganteng-Ganteng Duda
Ganteng-Ganteng Duda
Penulis: Resa Anisa

01. Pengasuh Cumlaude

Penulis: Resa Anisa
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-13 15:27:41

"Pa! Mana mungkin Lia jadi tukang ngasuh. Anak duda tetangga sebelah pula. Papa jangan ngasal ya? Lia ini lulusan universitas ternama, jurusan ekonomi dan dapet predikat cumlaude. Kenapa ujung-ujungnya malah harus jadi tukang ngasuh anak? Buat apa kalau gitu Lia sekolah tinggi-tinggi Pa?"

"Astaga Li, jadi pengasuh itu bukan pekerjaan yang haram, kenapa kamu seprotes itu si? Lagian, kamu udah nganggur lama, dari lulus, hampir dua tahun. Udahlah Li, kenapa kamu enggak kerjain apa yang ada dulu aja? Sambil nyari kerjaan lain."

Lia menaikan tangan, memegang kening yang berdenyut sakit. Papa ... memang menyebalkan ya?

"Gajinya UMR loh Li. Kasihan juga itu anaknya, kalau Mas Vino kerja, enggak ada yang jaga."

"Pa, Mas Vino itu duda loh."

"Papa juga duda, memang kenapa dengan duda? Ada yang salah?"

"Bukan gitu Pa. Kalau Lia harus ke rumah Mas Vino kan gimana Pa? Lia masih perawan ting-ting, cantik pula."

"Perawan bokek, bukan perawan tingting. Pokoknya Papa enggak mau tahu, kamu mulai besok jaga Gilang ya. Papa udah bilang sama Mas Vino kalau kamu bakalan mau jadi pengasuhnya."

Bergejolak panas, Lia pun hampir meledak mendengarkan keputusan sepihak sang Papa. "Yang bener aja sih Pa? Enggak! Lia enggak mau."

"Uang bulanan kamu Papa stop ya Lia. Jadi kamu harus nyari uang buat nongkrong, belanja dan jajan sendiri mulai sekarang. Karenanya, kalau kamu enggak ngambil kerjaan yang Papa carikan sebagai pengasuh anak Mas Vino, kamu enggak akan bisa ngapa-ngapain ke depannya."

Mulut Lia terbuka lebar-lebar mendengar itu. Maksudnya? Kenapa Darma tiba-tiba saja sejahat ini sih kepada darah daging sendiri? "Papa tega sama Lia? Pa, kenapa enggak bisa sih nunggu sebentar lagi aja sampai Lia dapat kerja."

"Sebentar lagi itu kapan, Lia? Enggak ada pilihan lain, kamu kerja di rumah Mas Vino dan punya uang jajan sendiri. Atau kamu tetep diem di rumah tapi bokek. Itu aja."

Melihat kepergian sang Papa, Lia pun menggelengkan kepala tak percaya. Tubuh yang lemas dan lunglai Lia jatuhkan ke atas sofa yang empuk, membuat ia sedikit terpantul selama sedetik. "Gila, Papa jahat banget sih!? Seorang Lia jadi pengasuh? Mau dikatain apa sama temen-temen yang lain kalau mereka tahu?"

Tak ada jawaban dari pernyataan Lia barusan, paruh baya itu malah meneruskan langkahnya ke lantai dua. Meninggalkan Lia dengan emosi yang sedang memuncak tinggi.

Jadi ... tidak ada pilihan ya? Ia memang harus bekerja dengan duda ganteng yang diperebutkan oleh janda-janda sekomplek itu?

Ck!

Mimpi apa sih Lia sampai harus menerima musibah seperti ini?

^^^^^^^

Pada pagi hari yang cerah, Lia dibangunkan oleh gedoran pintu dari luar. Suara sang Papa yang berteriak membuat Lia mau tak mau bangun dari pembaringannya yang nyaman dan hangat.

"Perawan macan apa kamu ini? Pagi-pagi belum bangun. Lihat dong anak perawan tetangga sebelah, pagi-pagi udah seger banget nyiram tanaman."

"Astaga Papa." Lia mengucek mata, bahkan kesadarannya belum sempurna, rambut Lia masih berantakan, matanya nampak setengah tertutup. "Pagi-pagi udah ngomel aja sih Pa. Kenapa deh? Lia kan beres-beresnya udah agak siangan nanti juga bisa."

"Mana bisa, Lia!" Darma sudah kesal sekali dalam menghadapi sang anak. "Sekarang, kamu cuci muka dan turun buat nyambut Gilang sama Mas Vino. Papa enggak mau tahu."

Dan lagi-lagi, Darma pergi meninggalkan Lia setelah mengatakan titah yang tidak akan bisa Lia tolak.

Nasi sudah menjadi bubur, Lia pikir ia tidak bisa kabur, jadi mau tak mau, wanita itu menuruti permintaan sang Papa. Mencuci muka dan menggosok gigi sebelum turun ke bawah dan menemui Mas Vino yang nampak sudah rapi. Mengenakan kemeja biru tua dengan dua kancing atas terbuka dan kain lengan yang digulung sampai siku, membuat lelaki itu nampak semakin enak dipandang.

Di sampingnya, ada sebuah bocah manis dengan rambut hitam legam yang dicukur stylish, belum genap empat tahun. Mata beningnya kemudian menatap Lia dengan seksama.

"Ini tasnya Gilang ya Lia. Di sini ada daftar apa yang bisa Gilang makan dan enggak. Terus apa aja kegiatannya."

Lia menatap sebuah tangan yang menyodorkan tas, ragu, Lia mengambil barang tersebut.

"Tolong Gilang dijaga. Saya enggak mau sampai Gilang kenapa-kenapa."

Dan kini Lia tahu, ia yang seorang lulusan cumlaude jurusan ekonomi ini akan benar-benar menjadi pengasuh dari anak duda ganteng tetangga sebelah.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ganteng-Ganteng Duda   08. Keputusan Yang Tidak Tepat?

    Dalam keadaan bingung harus melakukan apa, Lia menatap Olivia yang kini nampak beradu argumen dengan Vino. "Gilang enggak sopan sama orang lain, dan tentu aku sebagai ayahnya harus ngasih tahu kalau kelakuan dia itu enggak baik." "Dengan cara ngebentak gitu Vin? Menurut kamu memang itu bijak?" Olivia melipat kedua tangan di dada lalu melirik kepada Lia. "Lagian siapa tahu pengasuhnya Gilang yang kurang ajar dan kurang baik dalam mendidiknya. Kenapa kamu malah marah duluan ke Gilang?" Vino menyugar rambut yang masih setengah basah. "Olivia, aku cuma enggak mau Gilang kayak gitu. Aku enggak mau Gilang enggak tahu caranya sopan dan santun ke orang. Okei, kalau memang aku salah karena memperlakukan Gilang kayak tadi dan kamu enggak suka, aku minta maaf." Mendengar Vino tiba-tiba melemah dan melembut dalam menanggapi ocehan dari mantan istrinya, Lia langsung saja mengerutkan kening bingung. Tatapan dan gerak-gerik Vino juga nampak berbeda sekali saat bersama dengan Olivia. "Oke

  • Ganteng-Ganteng Duda   07. Interaksi

    "Gilang enggak setuju saya mau nikah sama kamu." "Terus?" tanya Lia dengan alis yang kini terangkat naik. "Dia enggak mau lagi diasuh sama kamu pagi ini, dia marah besar kayaknya." Ringisan dari wajah Lia terlihat, wanita itu sebenarnya sudah menebak jika, Gilang tak akan suka dengan pernikahan antara ia dan Mas Vino. Dari sejak awal, Gilang sudah menampakan hal tersebut. Anak itu tidak ingin Papa kesayangannya menikah lagi. "Terus sekarang Lia harus apa, Mas? Kita batal aja nikah? Enggak bisa, Lia lagi butuh duit. Dan biar Aldo tahu kalau dia enggak sebegitu pentingnya dalam hidup Lia. Buktinya, Lia bisa nikah cepet setelah dia ketahuan selingkuh. Lagian, apa ijin dari Gilang penting?" "Kamu enggak inget tugas utama kamu apa di rumah nanti? Ngasuh Gilang, kalau Gilang enggak mau, kamu kerjanya apa?" "Ngasuh Mas Vino?" Lelaki berusia 32 tahun itu menyugar rambut. "Terlalu enak, coba hari ini kamu deketin Gilang. Pernikahan kita akan tetap berlangsung meskipun Gilang l

  • Ganteng-Ganteng Duda   06. Kemarahan Gilang

    "Gilang enggak kamu bawa?" "Enggak Bunda, Vino selesai ngajar dari kampus langsung ke sini." "Memang ada apa kamu ini Vino? Mau numpang makan siang aja?" tanya Abas, sang ayah yang kini tengah duduk di kursi utama meja makan. "Begitulah, kangen masakan Bunda sama mau nengok keadaan Kak Isa." "Keadaanku udah mendingan kok Vin. Besok juga pulang ke rumah sendiri. Kakak sanggup ngurus rumah, anak dan suami lagi." "Syukur deh kalau gitu." Vino memegang sendok dan garpu saat sang Bunda kemudian berkata, "Gilang happy sama pengasuhnya? Kalau enggak, Bunda kan bilang sama kamu, biar Bunda aja yang ngasuh gilang." "Atau lebih baik kamu cari istri baru. Sudah menduda tiga tahun lamanya, kamu enggak bosen apa Vino. Mantan istrimu saja mau menikah sekarang, bahkan mau pindah ke luar negeri tanpa membawa Gilang dan menyerahkan anak itu ke kamu. Dulu saja dia ribut sendiri ingin hak asuh, sedang sekarang?" Kata-kata dari Abas membuat Vino menyunggingkan senyum. Betapa terlihatnya

  • Ganteng-Ganteng Duda   05. Saling Membutuhkan?

    "Saya dengar, Mas Vino mau menikahi anak saya, si Lia?" Vino yang tengah duduk pun mengangguk dengan raut dan gerakan yang tenang. "Betul Pak Darma." "Kenapa tiba-tiba sekali? Lia baru putus dengan pacarnya dan kamu juga baru berinteraksi dengan Lia kemarin. Secepat itu kalian membulatkan pikiran untuk menikah?" "Kami, khususnya saya sendiri merasa jika, enggak ada salahnya kalau menikah. Dalam keadaan yang nampaknya, kurang baik, kami memilih menikah sebagai jalan keluar dari masalah kami." Darma masih merasa bingung dan tidak yakin dengan keputusan yang diambil oleh Lia dan Mas Vino, bukan apa-apa, ini semua juga terlalu cepat bagi Darma sendiri. "Kalian menikah sebagai jalan keluar dari sebuah masalah kan? Jadi sebetulnya kalian itu tidak saling memiliki perasaan kepada satu sama lain?" Perasaan ya? Vino menunduk sesaat, bahkan ia lupa perasaan juga ketertarikan terhadap perempuan seperti apa setelah bercerai dari mantan istrinya. "Mungkin untuk sekarang, baik saya dan

  • Ganteng-Ganteng Duda   04. Pernikahan Yang Semoga Disetujui

    Tanpa Gilang, akhirnya Mas Vino dan Lia pulang berdua ke rumah. Di malam itu juga, Vino memutuskan untuk langsung datang menemui Pak Darma. Tetangga yang biasanya ramah dan suka berolahraga hampir setiap hari. "Gimana kerjaan Lia, Mas Vino? Nak Gilang bilang enggak kalau hari ini, dia seneng banget main sama Lia?" Mendengar pernyataan tersebut, Vino pun menganggukan kepala. "Gilang bilang, Tante Lia asik buat dijadiin pengasuh." "Syukur deh kalau begitu, ada gunanya juga dia hidup." Lia melotot tajam mendengar pernyataan Darma yang benar-benar terdengar jahat. Jadi selama ini di mata sang Papa, Lia tidak berguna ya? "Tapi loh kenapa, Lia kayak habis nangis?" Lia berdehem. "Enggak apa kok Pa." "Sebelumnya, Pak Darma. Lia menangis bukan karena saya ya? Tapi dia memang melihat pacarnya lagi bonceng cewek lain." Tak ingin disalahkan dan dituduh oleh Pak Darma, Mas Vino buru-buru menjelaskan. "Kenapa Mas bilang ke Papa sih?" "Saya enggak mau disalahkan." "Sebentar, si

  • Ganteng-Ganteng Duda   03. Deal, Ya?

    Satu tamparan keras langsung mampir di wajah Aldo, membuat laki-laki itu limbung sesaat kebelakang dengan ekspresi syok. "Lia!" "APAA?!" Solot Lia tak gentar. "Kamu jangan malu-maluin." "Kamu yang malu-maluin aku tahu?! Sialan! Goblok kamu! Kita putus sekarang juga!" Mata Lia yang nampak marah memancarkan kebencian yang pekat. "Awas aja kamu Do." Sebelum kemudian, wanita itu kembali masuk ke dalam mobil Mas Vino dan menutup pintu keras-keras. Vino, yang sebenarnya tidak terima mobil kesayangan tiba-tiba mendapat perlakuan tak senonoh pun hanya bisa diam, menyadari lampu sudah berubah hijau di depan sana, membuat Vino mau tak mau harus melajukan mobilnya cepat-cepat. Tak ada pembicaraan setelah itu, Gilang yang sejak tadi mengoceh pun memutuskan untuk diam sembari sesekali melirik Lia yang tengah melipat tangan di dada dengan wajah yang masih dikuasai oleh ekspresi penuh amarah. "Ayo turun, kita beli es krim dulu." Vino melepaskan sealbelt dari tubuh Gilang. Sembari menamb

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status