Share

Benang Takdir

"Selamat siang, Bu Tiara. Mohon segera ke sekolah karena anak ibu terlibat perkelahian."

Suara si penelepon nyaris membuatku bilang tak lagi punya anak sebelum keburu ingat bahwa masih ada satu bocah pengkhianat yang pernah lahir rahimku yang malang.

"Maaf, tapi Anda bisa menelepon ayahnya karena saya sangat sibuk," elakku

"Sudah kami coba, Bu. Tetapi nomor pak Haris juga sedang sibuk."

Tak punya pilihan, akhirnya aku cuma bisa menyanggupi permintaan guru BK tempat Cipta bersekolah.

Dengan menggunakan taksi, akhirnya aku tiba di sana tiga puluh menit kemudian. Sekolah ini masih seperti yang kuingat. Tampak angkuh dengan gedung luas lima lantai serta jalur penyeberangan khusus yang dibuat mirip jembatan layang.

Aku bergegas menuju ruang BK dan langsung disambut dengan pemandangan dua bocah laki-laki yang sedang dihukum. Berdiri menghadap dinding kosong.

"Ada apa dengan Cipta, Bu?" cetusku tak sabar ketika sudah duduk
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status