Share

2. Kedekatan Bara dan Celina

"Hem, sebaiknya lo pulang ajha Celina! Bara katanya mau libur kerja hari ini." Candra tidak menyukai kehadiran Celina dan terpaksa berbohong, agar gadis itu tidak mengganggu Bara.

"Gue nungguin Bara bentar aja Can, gue mau kasih dia makanan ini, sebagai ucapan terima kasih gue ke Bara. Bara dia udah peduli ke gue." Celina tersenyum ramah, membalas tatapan tidak suka Candra. Gadis itu memangku sebuah kotak makan dan duduk di sofa dengan rapi.

Candra dari dulu tidak menyukai Celina, walaupun ia tahu Celina mempunyai penyakit yang hampir sekarat. Candra tidak memperdulikan itu, yang sekarang ia pikirkan adalah perasaan Nadia, kalau Nadia mengetahui semuanya, pasti gadis itu akan sangat marah ke Bara.

'Dasar pelakor, cewek gak tau malu,' batin Candra menggerutu dengan disertai tatapan tajam pada gadis yang duduk di sampingnya.

"Bolehkan, Can?" Celina tersenyum ramah.

"Terserah lo," balas Candra singkat.

"Lo gak suka banget ya sama gue Can?" tanya Celina lembut.

'Sok lembut banget sih ni cewek,' batin Candra.

"Hem, lo udah tau kan jawabanya?"

"Gue kan sama Bara hanya sahabatan, bukan lebih."

"Karena lo sahabatan. Lo sebenarnya bodoh atau tolol sih?? Bara itu udah punya Nadia. Jadi stop deh, gangguin hubungan mereka."

"Gu-gue."

Krek!! 

Suara pintu ruangan dibuka.

"Selamat siang!" Bara masuk ke dalam ruangan. Sepertinya ia mencium bau kebencian di sini.

"Celina! sejak kapan lo di sini?"

"Sejak tadi, aku mau anterin kamu makan siang. Pasti kamu laper kan? Aku sudah menduga nya."

"Ya, udah gue permisi," ucap Candra muak melihat tingkah laku Celina yang sok manis ke Bara.

"Lo ngak perlu repot-repot anterin gue makanan, lo kan masih sakit."

"Ya gak apa-apa kan Bar, aku kan sahabat kamu."

"Please Bar!! jadilah kenangan terindah, sebelum aku pergi."

"Lo ngomong apa sih? lo gak akan kemana-mana. Sekarang mana makanannya?" sangkal Bara membantah perkataan Celina. 

Celina tersenyum puas melihat Bara duduk berhadapan dengannya. Celina membuka kota makanan dan berniat menyuapi Bara.

"Gue bisa sendiri," ucap Bara memegang tangan Celina yang ingin menyuapinya makanan.

"Please, Bar!"

Sebenarnya Bara takut Nadia akan melihat adegan mereka saat ini, walaupun Nadia tidak mungkin ada di sini, karena ia berada di rumah. Namun Bara akan tetap menjaga hati gadisnya, ia takut Nadia akan salah paham dan meninggalkannya.

"Celina! gue gak mau lihat Nadia sakit hati karena ada lo di sini."

"Nadia gak akan sakit hati kok Bar, kita kan sahabatan. Jadi, Nadia pasti ngerti kok dengan posisi kita saat ini dan permintaan terakhir aku."

"Ya udah," Bara memakan satu sendok suapan Celina. Celina merasa senang melihat Bara selalu ada untuknya, walaupun hati Bara hanya untuk Nadia, namun ia akan mencoba meluluhkannya.

"Bar!!" panggil Celina serius.

"Iya, ada apa Cel?"

"Kamu cinta banget ya sama Nadia?"

"Cinta banget dari dulu sampai sekarang."

"Enak ya, jadi Nadia dicintai oleh pria tampan, sukses, baik seperti lo Bar," suara Celina sedikit pilu.

"Alhamdulillah, gue juga sangat beruntung dicintai oleh gadis cantik, baik dan segalanya pokoknya. Dan gadis itu adalah Nadia, calon istri gue."

"Oh," balas Celina singkat namun jawaban Bara seakan mencabik-cabik hatinya.

"Lo beruntung juga kok Cel, punya mama yang perhatian ke lo. Punya sahabat yang peduli ke lo, dan kalau masalah pasangan, insyaallah lo akan segera menemukannya dan pastinya itu cerminan dari diri lo."

"Tapi Bar, aku..."

"Hidup itu harus dinikmati dan disyukuri Celina. Gue gak mau lo terus-terusan menyalahkan takdir dengan apa yang lo rasakan sekarang."

Celina terdiam lama.

"Lo harus berjuang dengan penyakit lo yang sekarang, jangan mau kalah dan berputus asa, karena itu kesalahan besar. Hidup itu gak datang dua kali, jadi sekarang lo harus semangat ya Celina Anastasia!!"

"Makasih Bar!!"

'Andai kamu tau perasaan aku, Bar. Aku cinta banget sama kamu. Aku mau kamu selalu ada di samping aku, menjadi pendamping hidupku' batin Celina penuh harap.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status