"Gila!! Gue tadi lihat malaikat ganteng banget," teriak salah satu dari gadis yang Nadia kenal. Siapa lagi kalau bukan sahabat nya sendiri.
Dia Lala, gadis cempreng dan tidak bisa diam. Lala adalah salah satu sahabat Nadia.
Nadia hanya diam mendengar suara kegaduhan di dalam kelasnya. Sudah biasa, jadi Nadia sudah kebal dengan semua itu. Harus ekstra menjaga gendang telinga kalau sudah masuk di kelas ini.
Kelas yang sudah di desain oleh rektor dengan sangat spesial, bagaimana tidak kelasnya ini tempat berkumpul nya mahasiswa pintar tapi pintar dengan kritikan yang pedas. Bukan hanya itu juga kelas ini juga terkenal dengan para mahasiswanya yang biang gosip namun lumayan cantik untuk di hujat. Mimpi apa Nadia di tempat kan di kelas ini.
Nadia menggeser kursi di sebelah Lala. Menghempaskan tubuhnya dengan malas. Hari ini benar-benar membuatnya pusing.
"Lo kenapa?? Kayak orang gak dapat jatah tulang rusuk ajha," tegur Lala melihat tingkah laku sahabat nya. Biasanya Nadia sangat ceria. Tapi hari ini beda.
"Mungkin lagi ada masalah," sahut Maya menggeser kursi dan duduk di dekat Lala. "Lo dicari tadi sama Bara," ungkap Maya malas mendengar nama itu. Malas melihat tunangan temannya yang lebih memilih mengantarkan ekornya daripada Nadia. Yang tunangannya.
"Emang nya pak Bara kenapa nyariin Nadia?? Bukannya lo bareng ya ke kampus?" tanya Lala tidak mengerti. Otaknya terlalu sulit untuk saling bermain tebak-tebakan seperti ini.
"Udah deh jangan dipikirin!! tuh dosen kita udah dateng." Benar saja dosen langsung masuk dan duduk di tempatnya. Sedang kan mahasiswa masih syok dengan kedatangan dosen secara tiba-tiba.
Mereka semua terdiam. Mereka melihat ke arah seorang pria tampan menggunakan masker. Walaupun menggunakan masker tidak akan mengurangi aura ketampanan pria itu.
"Selamat pagi. Saya dosen pengganti bapak Iruan. Beliau memberikan amanah sementara waktu untuk mengajar kalian," singkat dan jelas. Dosen itu langsung mengajar di kelas Nadia.
Nadia masih memperhatikan penjelasan dosen sampai akhir. Kalau soal bidang akademi Nadia sangat berbakat. Maka jangan salahkan Nadia mempunyai sebuah butik saat ini dengan kerja kerasnya. Walaupun belum terlalu besar. Nadia ingin merintisnya dari bawah.
"Sok misterius banget tuh dosen," keluh Lala tidak terima. Baru saja dirinya sangat semangat melihat dosen baru nya yang katanya tampan. Tapi, sekarang pakai masker. Hancur sudah harapan Lala. Sakit hati adek mas.
"Lo kenapa cemberut gitu?" tanya Maya menyenggol bahu Lala. Lala menggeleng. "Jangan bengong! dengerin penjelasan dosen!!" tegur Maya melihat kembali ke depan.
"Baiklah, sebelum saya akhiri, saya akan memperkenalkan diri terdahulu."
Para Mahasiswa hanya mengangguk tersenyum lebar. Khususnya kaum hawa.
"Buka maskernya dong, Pak." Itulah harapan kaum hawa. Dosen mulai membuka maskernya perlahan. Nadia berdecak kesal melihat adegan itu. Sok kegantengan.
"Sumpah. Ganteng banget!!" pekik semua mahasiswa heboh.
"Itu bukannya dokter Ryan," gumam Nadia melihat ke arah dokter Ryan. dokter Ryan tersenyum tipis melihat ke arah Nadia. Nadia langsung memutus kontak mata dengan dokter Ryan. Dokter itu lagi.
"Hei... Tenang!!" mahasiswa kembali tenang. "Perkenalkan nama saya Ryan Pratama. Dosen sekaligus berprofesi sebagai dokter.
"Gila. Dia seorang dokter," kagum Lala tergila-gila.
"Lebay lo," sinis Maya menggelengkan kepalanya.
***
"Yah. Kok cepet banget selesainya??" keluh Lala keluar dari kelas bersama dengan Maya dan Nadia. Rasanya tidak adil. Lala belum puas menikmati kegantengan dosenya. "Oh waktu cepat sekali kau berlalu. Aku hanya ingin menikmati wajah indahnya."
"Tumben banget lo doyan belajar??" tanya Maya jengah. Lala tersenyum lebar. "Lo udah nemu tulang rusuk lo?" sambung Maya sinis.
"Ih. Tega kamu mas," lirih Lala dengan sok sedihnya.
Nadia dan Maya menepuk jidat nya pasrah. Di antara mereka hanya Lala yang sedikit tidak waras. Lebay bin Alay.
"Gue nebeng sama kalian ya?"
"Siap buk bos," balas Lala semangat.
"Kamu pulang sama aku!!"
Deg!
"Lo denger gak?" tanya Nadia merinding. Nadia sengaja untuk memanasi Bara. Itu suara Bara. Dan Nadia mengenali nya. Marah?? Bodo amat Bara marah.
Lala dan Maya menggeleng melihat kelakuan sahabatnya. Dasar calon istri lucknut. "Bukannya itu suara Pak Bara ya, Nad?" tanya Lala hati-hati.
"Gak," tangkas Nadia. "Itu suara makhluk halus," jawabnya asal, melirik sinis ke Bara.
Kedua sahabat nya hanya bisa diam membisu. Baiklah, perang dunia kedua akan segera dimulai dan sebaiknya mereka tidak ikut campur. Namun, sebelum mereka pergi, Nadia langsung mencekal langkah mereka dengan tatapan tajam nya. Melihat Nadia yang menyeramkan, Maya dan Lala bergidik ngeri. Di sinilah mereka akan menjadi saksi bisu pertengkaran mereka.
"Sayang!! Aku minta maaf!!" lirih Bara menyesal dan mencoba meraih tangan Nadia. Nadia langsung menepisnya.
"Bukan mahram," Nadia menghindar perlahan. "Aku gak mau ya. Di pegang sama cowok yang habis nganterin cewek lain. Ogah banget. Emangnya aku pelarian gitu?? Kalau udah bosen sama cewek lain baru kembali ke aku. Kamu pikir aku gak sakit hati?" Nadia mengeluarkan semua unek-unek nya. Lega sudah.
"Kamu sibuk aja sana sama Queen kamu?" Nadia tersenyum miris. "Selingkuhan berkedok sahabat."
"Nadia!!" bentak Bara tidak terima dikatakan selingkuh dengan Celine. Nadia terdiam, sedangkan kedua sahabatnya terkejut bukan main. Kini mereka menjadi tontonan gratis para mahasiswa yang ada di koridor kampus. "Dia lagi sakit sayang."
Nadia tersenyum miring. "Sahabat atau selingan?? Buktinya kamu ngebentak aku karena belain dia. Dia mau sakit kek, dia mau itu kek."
Nadia memajukkan wajahnya di depan Bara. "Kamu, gak akan ninggalin aku karena milih anterin dia. Aku kekasih kamu, Bar." Setelah menyampaikan unek-unek nya. Nadia langsung merangkul kedua sahabatnya dan meninggalkan Bara yang mematung di sana.
Kemarin Bara berjanji, belum seminggu sudah ia ingkari. Bagaimana Nadia tidak membencinya.
"Bar!!" panggil Celina lembut mengusap bahu Bara pelan.
Bara masih terdiam di sana melihat kepergian Nadia dan sahabat nya tampa ingin menengok sama sekali padanya. Dewa menepis tangan Celina.
"Aku sudah selesai, ayo kita pulang," ajak Celin tersenyum.
Bara di sana menunggu Celina. Untuk pekerjaan kantor, Bara menyuruh Candra mengerjakannya. Bara merindukan Nadia. Bagaimana kalau gadisnya marah dan menggagalkan pernikahan mereka. Bara benar-benar geram dengan dirinya sendiri. Tapi, dia tidak bisa menolak permintaan ibu Celina yang menitipkan Celina pada nya.
"Bar!!" panggil Celina lembut. Tidak ada jawaban dari Bara. Bara meninggalkan Celina begitu saja. Celina langsung mengejar Bara dengan berlari kecil. Semua mahasiswa yang melihat kelakuan Celina hanya menatap sinis dan jijik melihatnya. Pelakor.
Nadia langsung masuk ke dalam mobil Lala. Nadia tidak akan menangis, semua percuma saja kan? Sudah terjadi. Nadia hanya mengikuti alurnya.Nadia menyalakan lagu dengan seenak jidat nya. Membuat kedua sahabatnya memekik dengan apa yang dilakukan Nadia. Yang benar saja, Nadia menyalakan lagu dengan suara yang dapat membuat telinga mereka ikut bergoyang."Gila lo Nad, lo mau bunuh kita juga?? Kalau lo mau mati jangan ajak-ajak gue," Pekik Lala mengecilkan volume suara itu.Sakitnya tuh di sini di dalam hatiku, sakitnya tuh disini melihat kau selingkuh.Nadia bernyanyi sesuka hatinya. Kedua sahabatnya hanya menggeleng frustasi melihat tingkah laku Nadia yang seperti ini."Kalau gue jadi lo. Gue udah jam
Hari Ini Nadia kembali masuk kuliah dengan ceria. Untuk masalahnya dengan Bara, Nadia belum memaafkan pria itu. Biarlah Bara berusaha membuatnya luluh. Nadia sudah lelah.Tiga gadis cantik tengah berbincang dan bergosip ria dengan kedua sahabatnya. Sebenarnya hanya mereka berdua yang berbicara, karena salah satu dari mereka tipe cewek pendiam."Nadia! kamu ikut ke ruangan saya!" perintah Ryan dengan halus namun sedikit tegas.Pak Ryan mirip dengan oppa-oppa Korea itu memanggil Nadia kembali. Nadia berhenti bergosip ria, padahal lagi asik."Boleh ajak teman nggak, Pak?" tawarnya , melirik Lala yang sangat ingin ikut bersama ke ruangan dosen tampan itu. Lala sangat mengidolakan dosen itu.Lala tersenyum, berharap do
Nadia memperhatikan mobil hitam di depan pekarangan rumahnya, pasti ini milik Bara tunangannya, siapa lagi. Pria keras kepala itu masih saja membuat ulah, padahal Nadia sudah memperingati Bara agar tidak ke rumahnya selama seminggu.Dengan langkah kesal Nadia masuk ke dalam rumahnya. Ia sangat malas bertemu dengan Bara. Kenapa juga pria itu ke rumahnya."Sayang."Nadia baru saja ingin melewati Bara menuju kamarnya dan pura-pura tidak melihatnya. Namun dirinya ketahuan juga."Apaan sih? Aku capek. Pulang sana!" usir Nadia mengangkat tangan nya seperti mengusir itik ke arah Bara.Bara tidak menyerah, ia langsung memanggil calon mertuanya. Karena hanya calon mertuanya yang bisa membujuk Nadia.
"Syukur deh papa pergi kerja. Mama pergi ke pasar. Gue bisa bebas, mengendarai mobil sendiri," ucap Nadia pelan sambil cengengesan. Sebelum menggunakan mobilnya, Nadia terlebih dahulu membersihkan nya. Itu adalah mobil pemberian kedua orang tuanya ketika Nadia ulang tahun kemarin. Nadia ingin mengendarai mobilnya setiap hari. Tapi, karena ulah tunangannya, mobilnya itu hanya menjadi bahan pajangan di garasi rumahnya. "Yuhuuuu... Kita berangkat!!" Nadia masuk ke dalam mobil kesayangannya. Ingat ya, ini sejarah Nadia mengendarai mobil ke kampus pasti keren. Kalau tentang Bara. Ia bodo amat. Pria itu hanya mementingkan Celina dari pada dirinya. Nadia menancap gas dengan kecepatan Penuh. Gadis itu bersorak ria sembari menyetel lagu. Hampir semua Mobil yang ada di jalan ray
"Kamu jangan banyak tingkah Nadia. Aku tahu kamu bohongin aku, kan?" tanya Bara menatap tajam gadisnya. Kalau seperti ini, Nadia jadi takut melihat Bara. Bara mirip seperti Monster kalau sudah marah. Nadia masih enggan berbicara dan tidak ingin melihat Bara."Mama sama papa aku di mana?" tanya Nadia mencari keberada mama dan papanya dengan ekor matanya."Mereka semua sudah pulang. Sekarang aku yang jagain kamu. Sampai kamu sembuh," ujar Bara duduk di dekat Nadia.'Males banget di jagain sama Bara. Bisa-bisa gue gak bebas. Huft! Kenapa mama sama papa pulang sih?' batin Nadia menggerutu kesal."Kamu lagi mikirin, apa?" tanya Bara curiga. Pasti gadisnya tengah memikirkan keberadaan orang tuanya. Bara sudah mengatur sem
Karena tubuh Nadia lumayan kebal dengan penyakit. Maka hari ini Nadia diizinkan pulang oleh dokter, dengan catatan! Nadia harus tetap mengontrol keadaan nya sesekali ke rumah sakit.Nadia mengangguk setuju. Nadia juga sudah bosan tingkat akhir berdiam diri di ruangan yang penuh dengan bau obat, apalagi dengan Bara yang yang tidak pernah jauh dari nya. Nadia ingin bebas tanpa ada kekangan dari siapa pun.Bara yang hafal dengan raut wajah Nadia. Sudah menduga gadisnya tidak mengharapkan kehadirannya. Bara tidak akan melepaskan Nadia sampai kapanpun."Ayo Sayang. Aku gendong, ya?" tanya Bara lembut. Nadia dengan cepat menggeleng. Kalau Bara menggendong nya, semua orang di rumah sakit ini, menganggap mereka seperti pengantin baru yang sedang dimabuk asmara. Nadia tid
"Pagi, Sayang!!" sapa seseorang membangunkan Nadia yang masih manja memeluk bantal guling nya. Merasa terusik, Nadia menutup telinganya menggunakan bantal."Inikan masih pagi, Ma. Tadi, Nadia udah shalat Subuh, kok," balasnya masih enggan membuka mata. Bara yang mendengar hal itu merasa bangga dengan Nadia. Walaupun sifat Nadia sedikit bar-bar, Nadia tidak pernah lupa akan kewajibannya dalam beragama. Gadisnya memang hebat.Bara mendekat ke arah telinga Nadia. "Kalau gak bangun. Aku nikahin kamu sekarang!!" bisik nya tersenyum licik.Mata Nadia terbelalak. Jadi, tadi bukan mamanya, melain Bara. Baiklah, Nadia harus mencari cermin sekarang.'Ya, ampun wajah gue, muka gue, gak berantakan kan? astaga pasti Bara ilfil deh sama gue. Tapi, biarlah bagus juga, b
Bara melirik sekilas ke arah Nadia, kekasihnya. Nadia terlihat lesu hari ini. Setelah Bara menyelesaikan pekerjaan kantornya, Bara langsung menjemput kekasihnya, yang pulang pada sore hari.“Kenapa, hem?” tanya Bara.“Sebentar lagi aku mau nyusun skripsi, tapi judulnya belum ada. Terus gimana dong?” Nadia dari tadi memikirkannya. Ia ingin lulus tepat waktu, agar kedua orang tuanya bangga kepadanya. Walaupun Nadia sering bolos jam kuliah satu atau dua alfa. Tapi Nadia tidak pernah mendapatkan nilai jelek, seperti orang lain. Karena Nadia lumayan pintar dalam mata kuliah apapun. Apalagi ini mata kuliah jurusan ekonomi, kesukaannya.Bara menghela nafas pelan dan mengusap kepala kekasihnya, “Kamu lupa sama aku? Aku lulusan terbaik kampus. Itu adalah hal yang mudah. Nanti aku carikan judul y