Share

3. Janji Yang Di ingkari

"Gila!! Gue tadi lihat malaikat ganteng banget," teriak salah satu dari gadis yang Nadia kenal. Siapa lagi kalau bukan sahabat nya sendiri.

Dia Lala, gadis cempreng dan tidak bisa diam. Lala adalah salah satu sahabat Nadia.

Nadia hanya diam mendengar suara kegaduhan di dalam kelasnya. Sudah biasa, jadi Nadia sudah kebal dengan semua itu. Harus ekstra menjaga gendang telinga kalau sudah masuk di kelas ini. 

Kelas yang sudah di desain oleh rektor dengan sangat spesial, bagaimana tidak kelasnya ini tempat berkumpul nya  mahasiswa pintar tapi pintar dengan kritikan yang pedas. Bukan hanya itu juga kelas ini  juga terkenal dengan para mahasiswanya yang biang gosip namun lumayan cantik untuk di hujat. Mimpi apa Nadia di tempat kan di kelas ini.

Nadia menggeser kursi di sebelah Lala. Menghempaskan tubuhnya dengan malas. Hari ini benar-benar membuatnya pusing.

"Lo kenapa?? Kayak orang gak dapat jatah tulang rusuk ajha," tegur Lala melihat tingkah laku sahabat nya. Biasanya Nadia sangat ceria. Tapi hari ini beda.

"Mungkin lagi ada masalah," sahut Maya menggeser kursi dan duduk di dekat Lala. "Lo dicari tadi sama Bara," ungkap Maya malas mendengar nama itu. Malas melihat tunangan temannya yang lebih memilih mengantarkan ekornya daripada Nadia. Yang tunangannya. 

"Emang nya pak Bara kenapa nyariin Nadia?? Bukannya lo bareng ya ke kampus?" tanya Lala tidak mengerti. Otaknya terlalu sulit untuk saling bermain tebak-tebakan seperti ini.

"Udah deh jangan dipikirin!! tuh dosen kita udah dateng." Benar saja dosen langsung masuk dan duduk di tempatnya. Sedang kan mahasiswa masih syok dengan kedatangan dosen secara tiba-tiba. 

Mereka semua terdiam. Mereka melihat ke arah seorang pria tampan menggunakan masker. Walaupun menggunakan masker tidak akan mengurangi aura ketampanan pria itu. 

"Selamat pagi. Saya dosen pengganti bapak Iruan. Beliau memberikan amanah sementara waktu untuk mengajar kalian," singkat dan jelas. Dosen itu langsung mengajar di kelas Nadia.

Nadia masih memperhatikan penjelasan dosen sampai akhir. Kalau soal bidang akademi Nadia sangat berbakat. Maka jangan salahkan Nadia mempunyai sebuah butik saat ini dengan kerja kerasnya. Walaupun belum terlalu besar. Nadia ingin merintisnya dari bawah.

"Sok misterius banget tuh dosen," keluh Lala tidak terima. Baru saja dirinya sangat semangat melihat dosen baru nya yang katanya tampan. Tapi, sekarang pakai masker. Hancur sudah harapan Lala. Sakit hati adek mas.

"Lo kenapa cemberut gitu?" tanya Maya menyenggol bahu Lala. Lala menggeleng. "Jangan bengong! dengerin penjelasan dosen!!" tegur Maya melihat kembali ke depan.

"Baiklah, sebelum saya akhiri, saya akan memperkenalkan diri terdahulu."

Para Mahasiswa hanya mengangguk tersenyum lebar. Khususnya kaum hawa. 

"Buka maskernya dong, Pak." Itulah harapan kaum hawa. Dosen mulai membuka maskernya perlahan. Nadia berdecak kesal melihat adegan itu. Sok kegantengan.

"Sumpah. Ganteng banget!!" pekik semua mahasiswa heboh.

"Itu bukannya  dokter Ryan," gumam Nadia melihat ke arah dokter Ryan. dokter Ryan tersenyum tipis melihat ke arah Nadia. Nadia langsung memutus kontak mata dengan dokter Ryan. Dokter itu lagi.

"Hei... Tenang!!" mahasiswa kembali tenang. "Perkenalkan nama saya Ryan Pratama. Dosen sekaligus berprofesi sebagai dokter.

"Gila. Dia seorang dokter," kagum Lala tergila-gila.

"Lebay lo," sinis Maya menggelengkan kepalanya.

***

"Yah. Kok cepet banget selesainya??" keluh Lala keluar dari kelas bersama dengan Maya dan Nadia. Rasanya tidak adil. Lala belum puas menikmati kegantengan dosenya. "Oh waktu cepat sekali kau berlalu. Aku hanya ingin menikmati wajah indahnya."

"Tumben banget lo doyan belajar??" tanya Maya jengah. Lala tersenyum lebar. "Lo udah nemu tulang rusuk lo?" sambung Maya sinis.

"Ih. Tega kamu mas," lirih Lala dengan sok sedihnya.

Nadia dan Maya menepuk jidat nya pasrah. Di antara mereka hanya Lala yang sedikit tidak waras. Lebay bin Alay.

"Gue nebeng sama kalian ya?"

"Siap buk bos," balas Lala semangat.

"Kamu pulang sama aku!!"

Deg!

"Lo denger gak?" tanya Nadia merinding. Nadia sengaja untuk memanasi Bara. Itu suara Bara. Dan Nadia mengenali nya. Marah?? Bodo amat Bara marah.

Lala dan Maya menggeleng melihat kelakuan sahabatnya. Dasar calon istri lucknut. "Bukannya itu suara Pak Bara ya, Nad?" tanya Lala hati-hati.

"Gak," tangkas Nadia. "Itu suara makhluk halus," jawabnya asal, melirik sinis ke Bara.

Kedua sahabat nya hanya bisa diam membisu. Baiklah, perang dunia kedua akan segera dimulai dan sebaiknya mereka tidak ikut campur. Namun, sebelum mereka pergi, Nadia langsung mencekal langkah mereka dengan tatapan tajam nya. Melihat Nadia yang menyeramkan, Maya dan Lala bergidik ngeri. Di sinilah mereka akan menjadi saksi bisu pertengkaran mereka. 

"Sayang!! Aku minta maaf!!" lirih Bara menyesal dan mencoba meraih tangan Nadia. Nadia langsung menepisnya.

"Bukan mahram," Nadia menghindar perlahan. "Aku gak mau ya. Di pegang sama cowok yang habis nganterin cewek lain. Ogah banget. Emangnya aku pelarian gitu?? Kalau udah bosen sama cewek lain baru kembali ke aku. Kamu pikir aku gak sakit hati?" Nadia mengeluarkan semua unek-unek nya. Lega sudah.

"Kamu sibuk aja sana sama Queen  kamu?" Nadia tersenyum miris. "Selingkuhan berkedok sahabat."

"Nadia!!" bentak Bara tidak terima dikatakan selingkuh dengan Celine. Nadia terdiam, sedangkan kedua sahabatnya terkejut bukan main. Kini mereka menjadi tontonan gratis para mahasiswa yang ada di koridor kampus. "Dia lagi sakit sayang."

Nadia tersenyum miring. "Sahabat atau selingan?? Buktinya kamu ngebentak aku karena belain dia. Dia mau sakit kek, dia mau itu kek."

Nadia memajukkan wajahnya di depan  Bara. "Kamu, gak akan ninggalin aku karena milih anterin dia. Aku kekasih kamu, Bar." Setelah menyampaikan unek-unek nya. Nadia langsung merangkul kedua sahabatnya dan meninggalkan Bara yang mematung di sana.

Kemarin Bara berjanji, belum seminggu sudah ia ingkari. Bagaimana Nadia tidak membencinya.

"Bar!!" panggil Celina lembut mengusap bahu Bara pelan.

Bara masih terdiam di sana melihat kepergian Nadia dan sahabat nya tampa ingin menengok sama sekali padanya. Dewa menepis tangan Celina. 

"Aku sudah selesai, ayo kita pulang," ajak Celin tersenyum.

Bara di sana menunggu Celina. Untuk pekerjaan kantor, Bara menyuruh Candra mengerjakannya. Bara merindukan Nadia. Bagaimana kalau gadisnya marah dan menggagalkan pernikahan mereka. Bara benar-benar geram dengan dirinya sendiri. Tapi, dia tidak bisa menolak permintaan ibu Celina yang menitipkan Celina pada nya.

"Bar!!" panggil Celina lembut. Tidak ada jawaban dari Bara. Bara meninggalkan Celina begitu saja. Celina langsung mengejar Bara dengan berlari kecil. Semua mahasiswa yang melihat kelakuan Celina hanya menatap sinis dan jijik melihatnya. Pelakor.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status