Share

Gardenia
Gardenia
Penulis: Hanaya

Gardenia Nelson

Cahaya matahari perlahan mulai menampakan cahayanya dari balik awan. Seorang gadis berambut coklat panjang tersenyum saat mendapati langit mulai terlihat cerah.

"Akhirnya hujan sudah berhenti." Gadis itu dengan senyum yang masih menghiasi wajahnya mulai berdiri dari posisi duduk. Merapikan pakaian yang terlindungi jas hujan biru muda, ia lalu mengambil dua keranjang yang berada di sebelah kanannya. Di tangan kanannya terdapat sebuah keranjang berukuran sedang berisi berbagai jenis jamur, sedangkan di tangan kiri gadis itu terdapat keranjang berukuran lebih besar yang berisi berbagai macam buah.

"Saatnya pulang, aku harap mereka puas dengan ini semua." Gadis itu berjalan perlahan menyusuri hutan. Sesekali senandung kecil terdengar dari mulutnya sebagai teman perjalan pulang.

Udara terasa lebih dingin dari biasanya, terlebih setelah hujan cukup lebat membasahi hutan tersebut. Beberapa kali gadis itu mengeluh merasakan dingin yang menusuk tubuhnya hingga ke tulang, terlebih dirinya hanya menggunakan pakaian dan jas hujan yang tipis. Ingin berjalan lebih cepat, tetapi kondisi tanah yang licin setelah hujan mengurungkan niatnya. Sebenarnya pemandangan di dalam hutan tidak buruk, bahkan bisa dibilang mengagumkan. Hanya saja udara yang sedang tidak bersahabat membuat pemandangan tersebut terasa susah untuk dinikmati.

Menghela nafas pelan, wajah gadis itu terlihat kesal. Ia mempercepat sedikit langkah kakinya berharap akan segera sampai ke rumah dan bisa menghangatkan diri. Sayangnya, karena keinginan untuk cepat menghangatkan diri tersebut membuatnya salah melangkahkan kaki hingga ia terjatuh, membuat isi kedua keranjang yang sedang ia bawa berhamburan. Mengerang kesal, gadis itu segera memasukan kembali buah-buahan serta berbagai jenis jamur ke dalam keranjang. Dengan perlahan ia segera bangkit dan melanjutkan langkahnya, masih dengan langkah yang terkesan cepat tetapi lebih berhati-hati agar tidak terjatuh lagi. Wajahnya terlihat semakin kesal. Bagaimana tidak, wajah dan pakaiannya kotor karena bekas tanah, di bagian lutut kanan dan siku kirinya terdapat luka kecil yang terasa agak perih. Di betis kiri terdapat lebam yang cukup besar, sepertinya akan membuat betis kirinya dihiasi warna biru untuk beberapa hari kemudian.

Senyum kecil terukir di bibirnya saat gadis itu melihat jalan setapak di ujung jalan yang ia lalui, menandakan sebentar lagi ia akan keluar dari hutan. Gadis itu semakin mempercepat langkahnya, mengabaikan lutut dan siku yang terasa lebih perih dari sebelumnya. Saat kakinya memijak jalan setapak, ia berseru senang seakan baru saja memenangkan uang bernilai besar, membuat orang-orang yang berjalan di sekitar hutan memandangnya heran sebelum tertawa kecil.

"Apa kau baru kembali dari mencari jamur dan buah-buahan seperti biasanya, Gardenia?" tanya seorang wanita tua dengan ramah. Di samping wanita tua itu terdapat seekor anjing Saint Bernard.

Gardenia tertawa kecil dan mengangguk pelan. "Hum, wanita menyebalkan itu seperti biasa memintaku untuk mencari jamur serta buah-buahan di hutan. Padahal jika ia memberikanku uang, aku bisa mendapatkannya dengan mudah di pasar. Dasar wanita yang pelit," ucap Gardenia kesal.

"Bagaimanapun juga ia ibumu, tidak baik mengatakan ia seperti itu," ucap wanita tua itu lalu tertawa pelan. Dengan lembut, tangan yang penuh keruput itu mengelus pelan pipi Gardenia yang terdapat noda tanah, membuat Gardenia tersenyum kecil mendapat perlakuan lembut.

"Sayangnya dia bukan ibuku, Nyonya Lloyd. Dia hanya seorang wanita asing yang dinikahi ayahku setelah beberapa bulan kematian ibuku."

Gardenia terlihat tidak senang saat mengatakan hal tersebut. Menghela nafas berat, Gardenia mengukir senyum tipis di bibirnya.

"Apa kau sedang berjalan-jalan sore bersama Tommy, Nyonya Lloyd? Tapi sekarang udara sedang terasa lebih dingin dari biasanya, apa kau tidak apa-apa berjalan-jalan saat kondisi udara seperti ini?"

Nyonya Lloyd tertawa kecil, wanita tua itu kembali mengelus pelan pipi Gardenia. "Walau aku seorang wanita tua sekarang, jangan lupakan aku salah satu mantan pelatih hebat di akademi, Gardenia. Udara seperti ini tidak akan berpengaruh padaku. Dan terimakasih sudah mengkhawatirkan keadaanku Gardenia. Sebaiknya kau segera pulang dan bersihkan dirimu, aku yakin kau tidak ingin mendengarkan ceramah dari ibumu itu kan?"

"Dia bukan ibuku, Nyonya Lloyd. Berhati-hatilah, aku pulang dulu. Sampai jumpa lagi Nyonya Lloyd." Gardenia mengelus sebentar kepala Tommy, anjing nonya Lloyd, dan kembali berpamitan sebelum kembali melangkahkan kakinya menuju rumah.

Sepanjang perjalanan pulang, Gardenia menyapa ramah orang-orang yang berpapasan dengannya, terkadang mengobrol sebentar untuk berbasa-basi. Senyum kecil selalu terukir di bibirnya, tetapi saat melihat pintu pagar rumah tempat ia tinggal, senyum itu segera hilang, tergantikan dengan raut wajah kesal dan sedikit sorot mata yang dihiasi amarah. Gardenia menghela nafas berat untuk kesekian kalinya.

"Ini aku, Gardenia Nelson, cepat buka pagarnya!" ucap Gardenia dengan suara keras dan terkesan berat.

Dari dalam terdengar suara langkah kaki yang terburu buru menuju pintu gerbang dan segera membukanya. Terlihat seorang pria paruh baya dan dua orang wanita muda yang sedikit membungkukan badan menyambut kedatangan Gardenia.

"Selamat datang kembali, Nona Gardenia."

Gardenia segera melangkahkan kakinya memasuki halaman rumah dan membalas sapaan ketiga orang yang menyambut kepulangannya dengan ramah. Dua orang wanita tadi segera mengambil keranjang yang dibawa Gardenia, dan pergi membawa keranjang tersebut. Gardenia kembali melanjutkan langkahnya di temani pria paruh baya yang menyambutnya.

"Paman Lewis, apakah wanita itu dan anaknya ada dirumah?"

"Nyonya Nelson dan Nona Loreen sedang pergi berbelanja, Nona Gardenia."

Gardenia tersenyum kecil mendengar perkataan pria paruh baya tersebut. Dengan wajah bahagia ia segera memasuki rumah dan segera menuju kamarnya untuk membersihkan diri. Selesai membersihkan diri dan mengobati lukanya, Gardenia segera turun menuju dapur. Di dapur Gardenia melihat beberapa pelayan yang sedang menyiapkan makanan untuk makan malam. Dengan santai Gardenia mendekati seorang pelayan yang terlihat sudah tua, dan memeluknya.

"Bibi, aku lapar, apa aku bisa makan sekarang?" ucap Gardenia dengan suara sedih

Pelayan yang sedang Gardenia peluk tersenyum kecil. "Saya akan menyiapkan makanan untuk Anda. Nona Gardenia bisa menunggu saya di kamar."

Gardenia mengangguk pelan dan segera pergi. Sebelum keluar dari dapur Gardenia terlebih dahulu mengambil sepotong roti dan memakan roti tersebut sambil berjalan menuju kamarnya. Saat berada di lorong rumah, dari arah luar terdengar suara kereta kuda yang datang. Tidak berselang lama terdengar suara dua orang wanita yang sedang berbincang-bincang mendekat ke arah Gardenia berada. Gardenia memandang malas dua orang wanita yang sekarang sudah berada di depannya. Dua orang yang sangat tidak ingin ia lihat. Gardenia tidak membenci mereka, hanya sangat tidak menyukai kedua wanita itu. Ibu tirinya, Jeanetta Nelson dan kakak tirinya, Loreen Nelson.

"Oh, kau sudah pulang ternyata, Gardenia."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status